Senin, 28 Agustus 2017

jalan cinta

Jalan Cinta Abu Sa’id al kharraz ra:. “ Lama sekali aku mencari-Nya, tapi yang ku temui hanyalah diriku sendiri, sekarang aku mencari diriku, tapi yang ku temui hanyalah Dia. Jika kalian temui Dia, maka kalian akan terlepas dari segala sesuatu dan jika kalian terlepas dari segala sesuatu, maka kalian akan menemui-Nya. Lalu mana yang harus lebih didahulukan di antara keduanya?. Hanya Allah lah yang lebih tahu. Jika Allah menampakkan Diri maka kamu tiada, dan jika kamu ada maka Dia menampakkan diri. Lalu mana lebih dahulu? Hanya Allah lah yang lebih tahu ”. Apabila seorang hamba tersadar daripada kesilapannya, maka ia akan berfikir dan meneliti segala nikmat yang telah di karuniakan Allah padanya, baik yang dulu mahupun yang baru. Maksud nikmat-2 Allah yang dulu adalah, karunia pemberian-Nya di saat kamu masih belum ada apa-apa lagi, dengan menggolongkan kamu ke dalam kelompok ahli tauhid dan menjadikan kamu beriman dan mengenal zat-Nya yang Maha Mulia. Dia telah menetapkan namamu dengan Qalam di Lawh Mahfuz sebagai seorang muslim, pada hal telah banyak manusia dari masa lampau yang telah dibinasakan oleh-Nya, dan kamu telah dipilih untuk dimasukkan ke dalam golongan terpilih, dari orang yang beriman dan selamat. Setelah itu kamu dimasukkan ke dalam suatu umat yang terbaik dari sekelian umat, menganuti satu agama yang paling mulia dan, menjadi umat kekasih-Nya iaitu nabi Muhammad SAW. Kemudian Dia memberimu hidayah untuk terus berpegang pada Sunah Nabi saw dan, memberimu petunjuk dengan syariat-Nya, serta menjauhkanmu dari kesesatan hawa nafsu. Lalu Dia memeliharamu, membelamu dan memberimu makanan serta minuman sehingga kamu dapat hidup dan berkembang. Tapi sayangnya kamu membalasnya dengan tidak baik. Air Susu dibalas dengan Tuba. Kamu mengingkari segala karunia-Nya, lalai memelihara wasiat-Nya. Meskipun demikian, Allah tetap tidak membalas kejahatanmu dengan kejahatan yang serupa, malah Dia menutupinya, memaafkannya dan juga masih menyayangimu. Sesudah itu, Dia masih tetap menunjukkan kasih-Nya terhadapmu, dengan cara memberi kesadaran atas kelalaianmu. Lalu Dia, mengingatkanmu akan banyaknya ketaatan yang masih belum kamu tunaikan dan masih terus memberimu peluang untuk kembali dan bertaubat kepada-Nya, hingga kamu diletakkan ditempat yang paling baik dan diridhai-Nya. Dari Anas Ibn Malik r.a berkata: “Selama aku mengabdi kepada Nabi Muhammad saw, belum pernah sekalipun beliah menegur atas apa yang aku lakukan. Umpamanya mengatakan, mengapa engkau melakukan itu atau mengapa engkau tidak berbuat begini? Tapi yang biasa beliau katakan, “Begitulah yang telah ditetapkan Tuhan, dan beginilah yang telah ditentukan Tuhan.” Dari Umar Ibn Al khattab r.a berkata: “Aku tidak pernah menghiraukan keadaanku di waktu pagi atau petang, adakah sesuai dengan kehendakku atau sebaliknya, sebab aku tidak pernah tahu keadaan mana yang lebih baik buat diriku.” Pernah Nabi Muhammad Saw berkata kepada Ibn Mas’ud r.a: “Wahai anak hamba Allah ! kamu jangan banyak berfikir, sebab apa-apa yang ditakdirkan-Nya pasti akan terjadi. Dan makanlah apa-apa yang boleh engkau perolehi sebagai rezekimu.” “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami.” QS Ath Thuur:48 Hebah/Sebar/Kongsikan Buat Yang Mahu Mengambil Manfaat Like Dan Kongsikan Page2 Di Bawah Ini: 1. www.facebook.com/Allah-142023832524908 2. www.facebook.com/maulabillah 3. www.facebook.com/tradezara 4.www.facebook.com/Muallim-1777274602593032 Sila tolong kongsikan.Please Do Like&Share Our Pages

penyebab hati tetap gelisah,meski rajin ibadah

*"PENYEBAB HATI TETAP GELISAH MESKI RAJIN BERIBADAH"* Berikut ini sebuah cerita dari Abu Yazid Al-Busthami, yang insya Allah, dapat kita ambil pelajaran daripadanya; Di samping seorang sufi, Abu Yazid Al Busthami juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak. Santri itu juga menjadi kyai bagi jamaahnya sendiri. Karena telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalihannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu. Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Abu Yazid, “Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan.” Abu Yazid menjawab, “Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu.” Murid itu heran, “Mengapa, ya Tuan Guru?” “Karena kau tertutup oleh dirimu,” jawab Abu Yazid. “Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?” pinta sang murid. “Bisa,” ucap Abu Yazid, “tapi kau takkan melakukannya.” “Tentu saja akan aku lakukan,” sanggah murid itu. “Baiklah kalau begitu,” kata Abu Yazid, “sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping. Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, “Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.” Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, “Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!” “Subhanallah, masya Allah, lailahailallah,” kata murid itu terkejut. Abu Yazid berkata, “Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir.” Murid itu keheranan, “Mengapa bisa begitu?” Abu Yazid menjawab, “Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan-akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu.” “Kalau begitu,” murid itu kembali meminta, “berilah saya nasihat lain.” Abu Yazid menjawab, “Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!” Cerita ini mengandung pelajaran yang amat berharga. Abu Yazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadat mudah terkena penyakit ujub dan takabur. “Hati-hatilah kalian dengan ujub,” pesan Iblis. Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah. Tetapi karena takaburnya terhadap Adam, Tuhan menjatuhkan Iblis ke derajat yang serendah-rendahnya. Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Abu Yazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk.menonjol dan dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah swt. Orang-orang yang suka mengaji juga dapat jatuh kepada ujub. Mereka merasa telah memiliki ilmu yang banyak. Suatu hari, seseorang datang kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, “Ya Rasulallah, aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh?” Nabi menjawab, : ”Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber-istiqamah-lah kamu.” Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan. Ia menganggap ibadat sebagai investasi. Orang yang gemar beribadat cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan amat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadat dan ahli dzikir, ia ingin disambut dalam setiap majelis dan diberi tempat duduk yang paling utama. Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya; Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu. Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.” Nabi hanya berkata, “Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya.” Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?” Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi. Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?” “Aku,” jawab Abu Bakar. Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.” Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?” Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, “Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?” Nabi masih bertanya, “Siapa yang akan membunuh orang itu?” Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.” Nabi kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….” Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah: Selama di tengah-tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Nabi memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam. Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti yang dinasihatkan Abu Yazid Al-Busthami kepada santrinya. اللهم طهر قلوبنا من كل وصف يباعدنا عن مشاهدتك ومحبتك. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Jumat, 25 Agustus 2017

wahai pemilik sandal

  madinahrasul.com Baru saja dioptimalkan Lihat yang asli Kemuliaan Sandal Rasulullah SAW ? No Comments |  Para ulama menukilkan dalam beberapa buah kitab berkenaan sepatu atau sandal Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam. Apa hebatnya sandal Rasulullah ini? Mengapa sehingga boleh tertulis namanya dalam kitab-kitab, sehingga dibaca oleh ribuan murid? Di mana istimewanya sandal ini? Kenapa sandal ini yang dipilih? Sudah tentu ulama yg mendahului kita, yang memiliki ilmu seluas jagat raya, lebih memahami mengapa perlunya sandal Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam dibicarakan. Ketika Anas ditanya tentang Sandal Beliau, "Bagaimanakah sandal Rasulullah SAW itu?" Anas ra. menjawab : "Kedua belahnya mempunyai tali qibal"  (tali sandal yang bersatu pada bagian mukanya dan terjepit di antara dua jari kaki) Martabat Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam terlalu tinggi, apapun yang berkenaan dengannya, bahkan Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam memiliki derajat khusus disisi Allah swt. Lebih dari itu, Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam Penutup sekaligus Penghulu bagi para Nabi dan Rasul. Dinukilkan daripada Al-Quran yang mafhumnya, Nabi Musa Kalamullah sering kali bermunajat di Bukit Tursina. Nabi Musa diberi mukjizat untuk berbicara secara langsung dengan Allah SWT. Namun, ketika Nabi Musa as sebelum masuk ke tempat khalwah, menghadap Allah SWT di Bukit Tursina, maka di saat itu diperintahkan kepada Nabi Musa as :  “Lepas kedua sandal mu wahai Musa kau berada di lembah yang suci” (QS Thaahaa 12) " Berbeda dengan sandalnya Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam. Sandal yang terukir gambarnya seperti di atas itu, pernah naik hingga ke atas, ke sidratul muntaha. Di saat Rasul shallallahu 'alaihi wasallam Mi’raj naik ke hadhratullah tidak di perintah membuka kedua sandalnya pada peristiwa Isra Wal Mikraj. Ini menjadi dalil bahawasanya segala yang berkait dengan Baginda Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam adalah mulia dan tidak hina sama sekali. Maka berkata para penyair dalam syairnya: "Manakah yang lebih mulia, apakah Jibril as atau sandal Rasulullah SAW?" Jibril as. tidak bisa naik ke hadhratullah, tapi sandalnya Rasulullah SAW naik ke hadhratullah subhanahu wata'ala. Jibril as. tentu lebih mulia daripada sandal, sandal hanya terbuat dari kulit kambing tapi karena sandal terikat dengan kaki Muhammad SAW. Walaupun terbuat dari kulit kambing tapi karena terikat dengan kaki Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian pakaian Rasulullah SAW ikut naik ke hadirat Allah SWT, Rasulullah SAW tidak diperintah membuka kedua sandalnya. Ini sebagai tanda bahwa orang-orang yg terikat hatinya dengan Rasulullah SAW sangat dekat dengan Allah SWT. Allah tidak perintahkan semua yang bersama Rasul SAW untuk berpisah, bahkan sandalnya pun tidak diperintahkan dibuka. Ini menunjukkan lebih lagi hatinya yang terikat cinta pada Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka mendapatkan rahasia kemuliaan isra’ wal mi’raj, seluruh ummat beliau Buktinya, saat kita shalat kita mengulang kembali kalimat percakapan Allah dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Rasulullah SAW berjumpa dengan Allah SWT dan Allah SWT telah berfirman: “saat itu sangat dekat dia dengan Allah subhanahu wata'ala” (QS Annajm 8-9) Diriwayatkah dalam Assyifa oleh Hujjatul Islam Al Qadhi’iyad alaihi rahmatullah bahwa di saat itu Rasulullah SAW menceritakan: "Saat aku naik menuju Mi’raj aku melihat di langit itu para malaikat gemuruh dengan dzikir dan tasbih dan warna dan bentuk yang belum pernah aku lihat di permukaan bumi belum pernah ada warna seperti itu dan bentuk seperti itu dan kulihat hamparan Surga itu bentangan tanahnya adalah Misk yang di keringkan, minyak wangi yang mengering dari indahnya di campur dgn berlian dan juga mutiara dan kemudian aku sampai menembus Muntahal khalai’iq (batas akhir seluruh Makhluk) tidak lagi kudengar satu suarapun, sepi dan senyap, tidak ada lagi bentuk dan warna warni dan saat itu akupun mendengar satu suara" “mendekatlah mendekat wahai Muhammad, tenangkan dirimu dari ketakutanmu wahai Muhammad” maka beliau pun bersujud lalu berkata: "Attahiyyatul Mubaarakaatus shalawaatut thayyibaatu lillah“ (Rahasia keluhuran, kebahagiaan, kemuliaan, keberkahan, milik Allah dan untuk Allah subhanahu wata'ala) maka Rasulullah SAW mendengar jawaban: "Assalaamu alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh” (Salam sejahtera wahai Nabi dan Rahmatnya Allah, dan keberkahannya) Maka Rasulullah SAW menjawab: “Assalaamu alaina, wa alaa ibaadillahisshaalihiin” (Salam sejahtera bagi kami (yaitu aku dan ummatku), dan hamba hamba yg shalih (yaitu para nabi dan malaikat) Rasulullah SAW tidak mau mengambil rahasia salam sejahtera dari Allah sendiri, tapi ingin menyertakan Ummat Beliau dengan ucapan: “salam sejahtera untuk kami dan para hamba Allah yang Shaleh yaitu para malaikat dan para Rasul dan Nabi” Sepanjang hidup entah sudah berapa kali Rasulullah Saw berganti sandal. Yang pasti, salah satu bekas Sandal Rasulullah Saw tersebut kini tersimpan rapi di salah satu ruangan rahasia di dalam Museum Negara Topkapi Istanbul,Turki hingga kini. Sandal Rasul itu kini berdiam di sana, tapi mungkin tidak ada yang pernah menyangka bahwa jejak-jejak yang ditinggalkan oleh pemakainya (Rasulullah Saw) kini bukan hanya terbatas di Mekkah atau Madinah, tapi sudah sampai di Eropa, Asia, Amerika, Afrika, Cina, India dan Australia lewat Risalah Dienul Islam. Sang pemilik sandal itu meninggalkan jejak yang begitu mendalam di seluruh alam raya dan di qalbu milyaran kaum muslimin di seluruh dunia. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad Saw berserta Keluarganya, dan para sahabat yang mengikutinya dan kita ummatnya hingga akhir zaman. Penjelasan dari Kitab Terjemahan ini diambil dari Mitsaalunna’li assyariifi (Gambar sandal Rasulullah SAW) yang telah disusun oleh Syekh Yusuf Ismail Annabhani. Alhamdulillahilladzi kholaqol kaunaini watsaqolaini washalallahu ‘alaihi wasallam ‘ala shohibinna’laini sayyidina Muhammadibni Abdillahi ibni Abdil mutholibni Haasyim alladzi turjaa syafaa’atuhu ila yaumiddin wa alaa alihi wa ashhaabi rasulillahi ajma’iinaa, amma ba’du. Berikut isinya secara singkat, “Sungguh benar bahwa sandal Rasulullah SAW itu dari kulit yang di rangkap menggunakan 2 “tancapan” seperti batang dari kulit yang dinamakan Qibal. Yang satu dimasukkan kira – kira antara ibu jari dan jari yang didekatnya, dan yang satunya lagi dimasukkan kira – kira antara jari tengah dan jari yang ada didekatnya, 2 tancapan tadi dihubungkan dengan wadah (sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki) yang ada di atas telapak kaki. Tungkainya juga memakai wadah (sebuah bingkai berbentuk yang disesuaikan dengan ukuran kaki) yang mencakup hingga seluruh telapak kaki.Adapun warna sandal Rasulullah SAW adalah berwarna kuning. Gambar tersebut sudah diuji kebenarannya oleh Ibnu ‘Araby , Ibnu ‘Asaakir, Ibnu Marzuqi alfaaruqi, Assyuyuuthi, Assakhoowi, Attata’I, dan beberapa Syekh yang semuanya telah menerangkan pengambilannya. Adapun sandal tersebut berasal dari Sayyidatina ‘Aisyah lalu berpindah – pindah hingga kemudian diambil gambarnya persis dan sama seperti ukuran aslinya. Al ‘Alamah Syekh Al muqorri di kitab Fathul Muta’aal “fi mat hinni’al” memberikan keterangan: “waqod sallama lima dzakarohu rohimahullohu ta’aala Assyekhul imam Al hafidz al ’alqomiyyi fi hasiyaatihi ‘alaa jamii’I shoghir fi ahaaditsil basyiir annadzir idz qoola waroda annathuula na’lihi SAW syibrun wa usbu’aanii wa ardluhaa mimma yalil ka’baini sab’uu asshhoobi’ wa bathnal qodami khomsun wa fauqohaa sittun waro’suha muhaddadun wa ardloma bainal qibalaini, ushbu’aani wa naqoltuhu ana ma’a jamii’il fawaaidi allati haulahu min fathil muta’aali, qola al manawi wal qooriiy fi syarhil syamaawiili. qolal Ibnu Arobi wanna’lu libaasul anbiyaai wa innama ittakhodannasu ghoiroha lima fi ardlihim min atthiini wa khotamtuhu bi qoulihi innii khodamtu mitsaala na’lil mushthofa li a ‘iisya fiddaaroin tahta dhilaaliha sa’iidabnu Mas’uudin bi khidmati na’lihaa wa ana assa’iidu bikhidmati limitsaalihaa Faedah: Adapun faidah Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) ini sudah diterangkan oleh Imam Qistholani dan Imam Muqorri. Menurut keterangan para ulama yanag artinya seperti ini: “Barang siapa yang menyimpan Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) di dalam rumahnya atau tempatnya dengan niat supaya mendapatkan berkah, maka tempat orang tersebut diliputi keselamatan dari orang yang bermaksud buruk (jahat), pencuri, perampok, orang yang hasud, syetan yang menyesatkan, selamat dari penyakit ‘ain dan sihir artinya santet dan tenung, Disamping itu juga ketika ada perempuan yang kesulitan dalam melahirkan bayi / proses persalinannya apabila si perempuan tersebut menggenggam gambar ini di tangan kanannya maka akan diberi kemudahan dalam proses persalinannya Dengan daya Allah dan Kekuatan Allah SWT. Juga barang siapa yang mengistiqomahkan membawa Mitsaalunna’lissyariif (Gambar sandal Nabi Muhammad SAW) yang dilipat dan digunakan azimat atau diletakkan di kopyah / songkok atau sabuk maka orang tersebut terkabul maksudnya atas makhluq (apa yang menjadi tujuannya akan tercapai). Bisa ziarah ke makam Rasulullah SAW, dan bisa mimpi bertemu Rasulullah SAW. Jika digunakan untuk perang dalam membela agama Allah maka, akan diberikan kemenangan dan juga tidak sampai melarikan diri (dari peperangan). Jika digunakan untuk berdagang maka akan selamat dari perampok. Jika di letakkan pada barang dagangan maka akan aman dari pencurian dan perampokan. Apabila di letakkan di dalam rumah maka akan selamat dari kebakaran. Apabila dibawa di dalam kapal / perahu maka akan diberikan keselamatan dari karam/ tenggelam. Apabila dibawa orang yang sedang sakit maka akan diberikan cepat sembuh. Apabila orang yang hatinya kalut maka akan segera bahagia. Apabila mempunyai hajat dan mau bertawasul kepada Rasulullah SAW maka orang tersebut akan segera tercapai hajatnya. Pelukisan sandal Rasulullah tentunya muncul dari kecintaan kepada Rasulullah SAW, yang diberi keistemawaan berupa derajat dan kedudukan yang tinggi. Ibarat sesorang mencintai orang lain, maka segala apa yang berhubungan dengan yang dicintai, juga akan disukainya. Lukisan sandal hanya sebagai wasilah kepada Rasulullah SAW yang telah diberikan Allah badan dan kaki yang bagus dan tidak ada orang lain yang menyamainya. Sebenarnya bukan mencintai sandal, tetapi mencintai orang yang memiliki sandal itu.Shallallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam. Semua ini didasari dengan keyakinan yang teguh/kuat dan cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW . Allohumma arinaa barokata hadzihi anna’li bihaqqi man danaa fatadallaa fakaana qooba qousaini au ‘adnaa.  2014@abdkadiralhamid http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2014/07/manakah-yang-lebih-mulia-apakah-jibril.html Share This:    Facebook Twitter Google+ Artikel, Sejarah Related Posts: Kisah Nabi Khidir dan Nabi Ilyas Di dalam kitab "Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah" karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki halaman 5 diterangk… Read More Khalid bin Walid Perang Bertabaruk Rambut Rasulullah SAW ..ia bertabarruk dan selalu memenangkan perang, di antaranya adalah perang Yarmuk.... Dia lebih khawatir kehilangan rambut Sang Nabi SAW daripada kehi… Read More SYARIFUDDIN KHALIFAH KINI DEWASA, BAYI AJAIB NON-MUSLIM AFRIKA subhanalloh.....allohu akbar!!!!SYARIFUDDIN KHALIFAH KINI DEWASA, BAYI AJAIB NON-MUSLIM AFRIKAKembali mengingat peristiwa tahun 90-an, dunia saat itu … Read More Sejarah Pemberian Tanda Baca & Tajwid Tentu, tak bisa dibayangkan bagaimana sulitnya membaca Alquran andai hingga saat ini kalam Ilahi itu masih ditulis dalam huruf Arab yang belum ada t… Read More Asal Usul Istilah SARKUB Berawal dari info dari salah sohib di Bojonegoro kalau ada website yang lumayan ajib isinya namanya juga ajib,sarkub.com apa sikh sarkub itu? penulis … Read More 0 komentar: Posting Komentar Beri komentar sebagai: Translate Powered by Translate Instagram kami WEBSTA WIDGETS Laman Facebook Kami Info Lembaga berita Buku Info lembaga Info pendaftaran PROFIL PESANTREN Galeri Galeri Video DONASI Lokasi Pesantren Kajian JMR 1 Adab Alhikam Anekdot Aqidah Artikel Aswaja berita Doa download-kitab download-kitab-for-hp Kajian JMR 2 hikmah Kajian Ihya Ulumuddin Kajian-Fiqih Khutbah jum'ah kisah hikmah Manaqib Nasehat Sejarah Siroh Nabawiyah Tanya Jawab Wanita kreasi © 2017 Pondok Pesantren Madinah Ar Rasul | Santri Madinah ArRasulBabakan | Ciwaringin Cirebon Profil Pesantren Visi dan Misi Biografi Pendiri dan Pengasuh SMP PROGRESIF MR SMK PROGRESIF MR Jadwal Kegiatan Program Pendidikan Info Pendaftaran Persyaratan Santri Baru Tata Tertib Brosur Video Home

Kamis, 17 Agustus 2017

inama yakh syallah

English | 中文 | Uygur | Français | Español | 日本語 | Indonesian | Русский new | Turkish | Hindi new | বাংলা new | German new | Portuguese new | فارسی new | اردو | عربي | Islam Question and Answer General supervisor shikh : Mohammad Al Munajjed Thu 25 DhQ 1438 - 17 August 2017 - » . enares 52817: Penafsiran Firman Allah Ta’ala : (إنما يخشى الله من عباده العلماء) "Sesungguhnya Yang Takut Kepada Allah Diantara Hamba-Hambanya Adalah Mereka Para Ulama." Bagaimana pengertian dari firman Allah Ta’ala: (إنما يخشى الله من عباده العلماء) “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya adalah mereka para Ulama”? Kepada siapakah dikembalikan rasa takut? Dan kita semua mengetahui sesungguhnya Allah tidak takut kepada siapapun, akan tetapi yang takut kepadanya adalah para hamba-hamba Nya? Published Date: 2015-01-12 Alhamdulillah … Allah Ta’ala berfirman: ( إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ) “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Surat Fathir: 28) Maka sebagai pelaku dalam ayat ini adalah: Para ulama adalah orang yang paling khawatir dan paling takut kepada Allah. Lafdzul jalalah (Allah) sebagai obyek yang didahulukan. Adapun faedah dan fungsi didahulukannya peletakan obyek ini adalah: untuk pembatasan kerja subyek. Maksudnya yang takut kepada Allah Ta’ala tak lain hanyalah para Ulama. Karena kalau subyeknya yang didahulukan pastilah pengertiannya akan berbeda, dan menjadi "Sesungguhnya para ulama kepada Allah," Permaknaan seperti ini tidak dibenarkan, karena artinya ada di antara para Ulama yang tidak takut kepada Allah. Atas dasar inilah Syekhul Islam berkomentar tentang ayat: “Hal ini menunjukkan bahwa setiap yang takut kepada Allah maka dialah orang yang Alim, dan ini adalah haq. Dan bukan berarti setiap yang alim akan takut kepada Allah” (Dari kitab “Majmu Al Fatawa”,  7/539. Lihat “Tafsir Al Baidhawi”, 4/418, Fathul Qadir, 4/494). Dari penjelasan di atas maka ayat yang mulia ini memberikan faedah: Sesungguhnya para Ulama itu pemilik rasa takut kepada Allah, dan sesungguhnya siapa saja yang tidak takut kepada Allah berarti dia bukanlah seorang alim. Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dan benar-benar takut adalah para Ulama yang mereka paham betul tentang hakekat Allah Ta’ala, karena ketika pengetahuan kepada Yang Maha Agung dan Maha Kuasa sudah sempurna dan bekal ilmu tentang-NYA sudah memadai maka perasaan takut kepada-NYA akan semakin besar..” Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radliyallahu Anhu tentang firman Allah Ta’ala :  إنما يخشى الله من عباده العلماء Dia berkata, "Mereka yang takut kepada Allah adalah mereka yang mengetahui sesungguhnya Allah Kuasa atas segala sesuatu." Said bin Jubair berkata, "Yang dinamakan takut adalah yang menghalangi anda dengan perbuatan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla." Al Hasan Al Bashri berkata, "Orang Alim adalah yang takut kepada yang Maha Pemurah terkait perkara yang Ghaib, menyukai apa yang disukai oleh Allah, dan menjahui apa-apa yang mendatangkan kemurkaan Allah. Lalu beliau membaca Ayat:  إنما يخشى الله من عباده العلماء إن الله عزيز غفور “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” Dari Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu Anhu dia berkata, "Bukanlah yang dikatakan orang berilmu itu orang yang banyak hafal hadits, akan tetapi yang dinamakan orang berilmu itu orang yang rasa takutnya amat besar." Sufyan Ats Tsauri meriwayatkan dari Abu Hayyan At Taimi dari seorang lelaki dia berkata, "Seorang yang alim tentang Allah adalah orang yang Alim tentang perintah Allah. Orang yang Alim tentang perintah Allah bukanlah orang yang alim tentang Allah. Adapun  orang yang Alim tentang Allah dan tentang perintah Allah, dialah orang yang takut kepada Allah Ta’ala dan mengetahui koridor agama serta hal-hal yang difardlukan oleh agama. Adapun orang yang Alim tentang Allah bukanlah orang yang Alim tentang perintah Allah, apabila dia takut kepada Allah Ta’ala dan tidak mengetahui ajaran agama serta hal-hal yang difardlukan oleh agama. Begitupun orang yang Alim tentang perintah Allah bukanlah orang yang alim tentang Allah, jika dia adalah orang yang mengetahui batasan-batasan dan hal-hal yang difardlukan oleh agama akan tetapi sama sekali tidak takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla." (Dikutip dengan ringkas dari “Tafsir Ibnu Katsir, 4/729) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitab “Majmu Al Fatawa”, 17/21, tentang firman Allah Ta’ala ( إنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ). Maksud dari ayat tersebut adalah tidak takut kepada Allah melainkan orang yang Alim. Allah telah memberitakan sesungguhnya setiap yang takut kepada Allah maka dialah orang yang alim, sebagaimana Firman Allah dalam ayat yang lain: أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (سورة الزمر: 9) "Apakah kalian hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya ? katakanlah : “ apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”. (QS  Az Zumar: 9) As Sa’di Rahimahullah berkata : “Setiap orang yang pengetahuannya kepada Allah sangat mendalam, maka dialah orang yang banyak takut kepada Allah. Maka rasa takutnya kepada Allah mewajibkan dia menghindari prilaku maksiat dan selalu bersiap diri menjumpai yang ia takuti. Ini merupakan bukti dari keutamaan ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu menuntun untuk takut kepada Allah, dan orang yang biasa takut kepada Allah maka dia layak mendapat karomah-Nya, sebagaimana firman Allah Ta’ala : رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (سورة البينة: 8) "Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhan-Nya."  (QS Al Bayyinah: 8) Kesimpulannya: Sesungguhnya subyek dalam ayat tersebut adalah para Ulama. Pengertian ayatnya adalah, "Sesungguhnya tidak ada yang takut kepada Allah Ta’ala melainkan para Ulama. Merekalah yang paling mengetahui kekuasaan-Nya dan kemampuan-Nya. Tidak ada maksud dari ayat tersebut bahwa Allah Ta’ala-lah yang takut kepada para Ulama karena Allah lebih agung, lebih Mulia dari yang demikian. Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan kepada kita semua rizki berupa ilmu yang manfa’at dan amal shalih. Wallahu A’lam. Soal Jawab Tentang Islam Create Comments WhatsApp Categories Articles & Books Introduction to Islam New Fatwas Send A Question contact us Semua Hak, Milik Website Islam Soal Jawab ( islamqa.com )©  1997-2017  0.075

Selasa, 15 Agustus 2017

nafas ilmu

Pandangan Wali Imamul Haddad berkata dalam sebuah bait syairnya, "Engkau harus memiliki seorang Guru (Syeikh) yang selalu engkau ikuti jejaknya. Pilihlah mereka dari kalangan yang berhati bersih untuk menuju keapda Allah." Imam Ali Habsyi berkata: "Barangsiapa di zamannya tidak pernah bersahabat dengan seorang Guru (Syeih) yang arif dan kokoh. hidupnya berlalu begitu saja sedangkan ia termasuk orang-orang yang bangkrut." Seorang arif mengatakan: "Barangsiapa yang tidak pernah memandang wajah orang yang beruntung pasti ia tidak akan beruntung." Karena pandangan seorang auliya mampu menembus hati, Dan bila ia telah menembus hati akan menghasilkan bibit, Bibit itu akan selalu tumbuh dan tumbuh, Ia mendapat siraman dari curahan rahmat Ilahi hingga orang tersebut menjadi pribadi yang didekatkan oleh Allah SWT berkat pandangan aulita tersebut. Seorang arif bersyair, "Satu pandangan darinya bila memang mengenai seseorang. melalui pandangan kasih sayang, atas izin Allah pasti dapat menghidupkannya. Imamul Haddad berkata: "Para pembimbing manusia beruntunglah orang yang melihat mereka dan duduk dengan mereka meski sekali seumur hidup." Karena mereka para guru (masyayikh) itu ibarat permata merah. Apabila mereka telah memberikan pandangan pada seseorang niscaya mereka memberinya keberkahan dan rahmat, Dan bila seseorang melihat mereka ia dapat mengambil manfaat cahaya mereka dan mengambil cahaya itu hingga cahaya-cahaya tersebut menyelimutinya kemudian mencapai sisi Allah SWT, dan mengentasnya dari kelalaian dan kemaksiatannya. Dikisahkan oleh Imam Ali Habsyi bahwa di masa dahulu ada seorang lelaki yang sejak kecil selalu bermaksiat. Suatu hari ia berjalan melewati rumah seorang wali. Ia melihat pintu rumah sang wali terbuka. Ia berkata dalam hati, "Aku ini sejak diciptakan Allah selalu bermaksiat. Sedangkan sang wali itu, ia sejak diciptakan Allah selalu taat. Aku ingin masuk ke rumahnya dan MEMANDANG tubuh yang taat itu dari ujung kaki hingga ujung rambut, semoga di hari kiamat kelak aku memperoleh syafaatnya." Ia lalu ia masuk ke rumah itu. Saat itu sang syeikh sedang berdiri di depan pintu. Lelaki itu lalu memandang sang syeikh dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah itu ia pergi. Baru beberapa langkah ia bertemu dengan salah seorang murid sang syeikh tadi. Mengapa kau pergi meninggalkannya?" tanya si murid. "Aku hanya ingin menatapnya. Kukatakan pada diriku semoga dzat yang taat itu memberi syafaat kepada dzat yang suka maksiat ini." Si murid lalu menemui sang syeikh dan berkata, "Apakah tadi ada seorang lelaki datang menemuimu?" "Ya, ia berhenti di pintu kemudian pergi begitu saja," jawab sang syeikh. "Aku juga melihatnya meninggalkanmu. Kutanyakan mengapa ia berbuat demikian, ia lalu menjelaskan alasannya," kata si mruid menjelaskan alasan si lelaki. "Benarkah ia berkat demikian?" "Benar" "Kalu demikian, tidak ada yang pantas memegang sir-ku kecuali dia. Panggillah dia!" Si murid lalu mencari mencari dan bertemu dengannya di pasar. "Cepat ke mari, kau akan memperoleh sesuatu tanpa harus bersusah payah." ajak si murid. Sang syeikh kemudian memberikan sir-nya. Lelaki itu akhirnya menjadi khalifah sang syeikh dan menggantikan kedudukannya untuk mendidik murid-muridnya. Begitulah para masyayikh yang sejati, Mereka laksana tiang utama bagi pencari jalan akhirat, Tiang penegak agama, Sumber turunnya rahmat, Dan tiang penegak hidayah. Sebagaimana kata pepatah: "Bersimpuh dihadapan ulama lebih utama daripada belajar tanpa guru."

siapa ulama salaf itu

Alhamdulillah... bisa belajar sejarah lagi. PERBEDAAN GURU ASWAJA DAN WAHABI. SUBHANALLOH.... 1. *Imam Hanafi* : Lahir 80 Hijrah 2. *Imam Maliki* : Lahir 93 Hijrah 3. *Imam Syafi'i* : Lahir 150 Hijrah 4. *Imam Hanbali* : Lahir 164 Hijrah *5. Imam Asy'ari* : Lahir 240 Hijrah Mereka ini semua ulama Salafus Sholih dikenali dgn nama ulama *SALAF*... *Apa itu SALAF?* Salaf ialah nama "zaman" yaitu merujuk kpd golongan ulama yg hidup antara kurun zaman kerasulan Nabi Muhammad hingga 300 HIJRAH. 1) Golongan generasi pertama dr 300 tahun hijrah tu disebut *"Sahabat Nabi"* kerana mereka pernah bertemu Nabi. 2) Golongan generasi kedua pula disebut *"Tabi'in"* yaitu golongan yg pernah bertemu Sahabat Nabi tp tak pernah bertemu Nabi. 3) Golongan generasi ketiga disebut sbg *"Tabi' tabi'in"* yaitu golongan yg tak pernah bertemu Nabi & Sahabat tp bertemu dgn Tabi'in. Jd Imam Abu Hanifah (pengasas madzhab Hanafi) merupakan murid Sahabat Nabi maka beliau seorang *TABI'IN.* * *Imam Malik*, * *Imam Syafie*, * *Imam Hanbali*, * *Asy'ari* pula berguru dgn Tabi'in maka mereka adalah golongan *TABI' TABI'IN.* Jd kesemua imam2 yg mulia ini merupakan golongan *SALAF YG SEBENAR* & pengikut mazhab mereka lah yg paling layak digelar sbg "Salafi" kerana "salafi" bermaksud "pengikut golongan *SALAF".* Jd beruntung lah kita di *(Nusantara) yg masih berpegang kpd mazhab Syafi'i yg merupakan mazhab SALAF* yg *SEBENAR* & tidak lari dr kefahaman *NABI & SAHABAT*... Rujukan orang Wahhabi : 1) *Ibnu Taimiyyah* lahir: 661 Hijrah (lahir 361 tahun selepas berakhirnya zaman SALAF) 2) *Albani* lahir: 1333 Hijrah (mati tahun 1420 hijrah @ 1999 Masihi, lahir 1033 tahun selepas berakhirnya zaman SALAF) 3) *Muhammad Abd Wahhab* *(pengasas gerakan Wahhabi)*: 1115 Hijrah (lahir 815 tahun selepas berakhirnya zaman SALAF) 4) *Bin/Ibnu Baz* lahir: 1330 Hijrah (mati tahun 1420 hijrah @ 1999 Masihi, sama dgn Albani, lahir 1030 tahun selepas berakhirnya zaman SALAF) 5) *Ustaimin* lahir: 1928 Masihi (mati tahun 2001, lebih kurang 12 tahun lepas dia mati, lahir entah berapa ribu tahun selepas zaman SALAF. Mereka ini semua hidup di *AKHIR ZAMAN* kecuali Ibnu Taimiyyah yg hidup di pertengahan zaman antara zaman salaf & zaman dajjal (akhir zaman)... tak ada sorg pun imam rujukan mereka yg mereka taksub buta hidup di zaman *SALAF*.... Mereka ini semua *TERAMAT LAH JAUH DARI ZAMAN SALAF* tp *SANGAT2 ANEH* apabila orang2 Wahhabi menggelarkan diri sebagai "Salafi" (pengikut golongan Salaf). Sedangkan rujukan mereka semuanya merupakan manusia2 yg hidup di *AKHIR ZAMAN?*

Sabtu, 12 Agustus 2017

nafas ilmu

Nafas Ilmu Ilmu Nafas sering disebut dengan Ilmu Zikir Nafas, yaitu pernafasan dengan dengan mengucapkan zikir ismu zat, adapun proses zikir tersebut yang diikuti dengan irama naik dan turunnya nafas, karena dengan zikir nafas kita akan selalu mengerti dalam diri kita mempunyai keyakinan dan keimanan yang haqiqi yang selalu kembali kepada Allah dan hanya untuk Allah semata-mata. Dikalangan Ulama Sufi berpendapat bahwa nafas adalah kembaran Ruh. Ruh adalah hakikat dan nafas adalah syariatnya di alam ini. Ruh diibaratkan kapal dan ombak bagaikan nafas. Jika ombak tenang maka tenanglah perjalanan kapal, begitu juga dengan Ruh, jika nafas seorang tenang, maka ia memberi kesan pada ruhnya. Oleh sebab itu apabila pernafasan itu baik dan benar maka akan baik pulalah perjalanan ruh dengan Tuhannya.Nafas seumpama alam barzah. Ilmu Nafas atau zikir nafas bukanlah hal yang baru dan sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw dan diajarkan kepada para sahabat dan para pengikutnya untuk latihan riyadah secara khusus, Didalam pengertian kalimat zikir sebagai mengingat kepada Allah dan zikir merupakan kendaraan agar seorang hamba sampai kehadirat Allah semata-mata. bila manusia sampai kehadirat Allah maka apapun yang manusia kehendaki maka Allah akan mengabulkan segala kehendaknya. Nafas kita normal keluar masuk sehari semalam sebanyak 24.000x yaitu pada siang 12.000x dan pada malam 12.000x karena inilah jumlah jam sehari semalam 24 jam, pada siang 12 jam dan malam 12 jam, seperti huruf “ Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah ”, masing-masing mempunyai 12 huruf berjumlah 24 huruf semuanya, barang siapa mengucap dengan sempurna 7 kalimah itu niscaya ditutupkan Allah pintu Neraka yang 7, barang siapa mengucap yang 24 huruf ini dengan sempurna niscaya diampuni Allah Ta’ala yang 24 jam. Hal Inilah yang menjadi persembahan hamba kepada Tuhannya yang tiada putus-putusnya, nafas adalah sumber kehidupan tanpa nafas maka hancurlah kehidupan ini. Nafas adalah al-Hayat yang datang dari Tuhan ia adalah rahasia Illahi. Para ulama sufi mengamalkan zikir nafas untuk pembersihan rohani sedangkan para ahli praktis tenaga dalam mengamalkan pernafasan untuk mengaktifkan tenaga ghaibnya sehingga dapat melakukan perkara yang luar kekuatan jasad. Setiap makhluk hidup memiliki nafas, melihat, mendengar, merasa itu semua termasuk didalam sifat Al-Hayat, Manusia boleh hidup tanpa memiliki mata, telinga, tangan dan anggota tubuh lainnya akan tetapi manusia tidak akan dapat hidup tanpa nafas. dan manusia boleh berkata-kata dan melakukan perbuatan apa saja, hal itu semua berlaku karena Qudrat dan Iradat dari Allah dan sesungguhnya nafas berada di dalam Qudrat dan Iradat Allah. Adapun proses turun dan naiknya nafas dari tubuh kita tidak ada yang awal dan tiada yang akhir, begitu juga dengan jutaan makhluk hidup lainnya, dan nafas juga sebagai penghidup hati dan jasad dengan memahaminya serta mempelajarinya akan membawa manusia kepada kesempurnaan hidup. serta memimpin gerak seluruh anggota badan ini tanpa arahan suara mahupun gerak isyarah. Nafas sebenarnya bukanlah udara yang keluar masuk melalui hidung yang pada umumnya manusia hanya mengetahui bahwa yang disebut Nafas adalah angin yang keluar masuk dari lubang hidung dan mulut dari luar tubuh kedalam tubuh, udara yang keluar dari mulut atau hidung itu ialah karbondioksida sedang yang disedut masuk itu pula ialah oksigen. Fungsi oksigen ialah untuk memutarkan darah dalam jantung, membolehkan nyawa bergerak, oksigen itu disebut dari luar dimana dia diproses untuk manusia, haiwan, tumbuhan dan alam seisinya. Pertama-tama Allah mengerakkan Ruhani dari ruhani mengerakan Al-Hayat dari Al-Hayat menggerakkan nafas dan dari nafas menggerakkan jasad dan adalah pada hakikatnya itu Allah juga yang menggerakkan sekalian gerak. Segala macam gerak atau perbuatan apakah perbuatan diri sendiri ataupun perbuatan yang terjadi diluar dirinya, memiliki dua macam pengertian, pengertaian pertama dinamakan Mubasyarah dan pengertian kedua dinamakan Tawallud kedua macam pengertian initidak dapat terpisah satu sama lainnya. Hal ini didasarkan perbuatan Allah Sebagaimana firman Allah Swt : “ Tidaklah anda yang melempar ( Hai muhammad ) tetapi Allah lah yang melempar ketika anda melempar “ Zikir Nafas memiliki rangkaian tersendiri dan terbagi menjadi 4 bagian yaitu : Zikir Nafas, Nupus, Tanapas dan Ampas. Keempat perkara tersebut berkaitan diantara satu sama lainnya. Pertama-tama nafas itu kerena ampas, dan hidup ampas itu kerena nupus, manakala hidup nupus itu dengan rahasia dan rahasia itulah yang merupakan rahsia Allah. Nupus, Ampas dan Tanapas itu adalah satu perkara yang ghaib, nafas tidak dapat dirasa, diraba serta dilihat wujudnya. Sabda Rasululloh Saw : “ Nafas itu suatu jauhar yang masuk dan keluar dari badan, sehingga apabila menjadi kurang ilmu kepadanya, maka iaitu jahil namanya, tiada mulia kepada Allah Ta’ala pada hari kiamat, didalam kubur dan didalam titian Sirat al-Mustaqim. karena sesungguhnya anfas tiada masuk ke dalam tubuh dan tanaffas itu tidak keluar daripada badan ". Sedang nafas itu masuk dan keluar dari pada badan.” Dinaikkan Tanafas hingga ditempatkannya dengan sempurna di Nufus dengan melihat pada mata hati itu dari Allah dengan Allah dan untuk Allah. Allah mengerakkan Rohani dari Rohani menggerakkan Al-Hayat, dari Al-hayat mengerakkan Nafas, dari Nafas mengerakkan Jasad dan pada hakekatnya Allah yang mengerakkan sekalian yang ada. Zikir Nafas adalah Nur yang memancar keseluruh jiwa bagi pengamalnya dan besar akan manfaatnya, dengan melakukan zikir nafas akan menghancurkan kebekuan darah hitam yang berada dihati yang dianggap sebagai istana iblis, dan selagi istana Iblis tidak terpecah dan hancur musnah Nur Qalbi sebagai penyuluh lampu marifat yang diharapkan itu tidak mungkin tercapai. Imam Ghazali mengatakan " Dzikir yang dilakukan dengan cara menahan nafas akan mempercepatkan proses penyucian hati " Zikir Nafas menghubungkan Hayat Qalbu kita kepada Alam Roh. Nafas datang dan pergi kepada Allah setiap saat dan setiap nafas yang tidak berzikir maka nafas itu tidak akan membawa manfaat kepada Qalbu dan Roh kita. yang pada umumnya manusia tidak sadar bahwa hidup dia di kuasai penuh oleh pengedaran nafas keluar dan masuk dari Allah tanpa zikir nafas ia tidak akan memperolehi barakah dan nikmaat dari Allah Sebagaimana Rasulullah Saw Bersabda : “ Barang siapa keluar masuk nafas tanpa zikir Allah maka sia-sialah ia ”. Adapun mengetahui Ilmu Nafas atau zikir Nafas untuk memperteguh keyakinan dan keimanan akan adanya kebesaran Allah, namun disamping itu ada manfaat lain bagi seorang hamba yang mengharap akan suatu keberkahan, maunah bagi kehidupan sehari-hari. Ilmu zikir Nafas pada zaman dahulu dipelajari dan diamalkan oleh para Nabi dan para Wali, suatu keilmuan yang mengarah ketauhid atau menyingkap jatidiri, kita harus meningkatkan ketaatan ibadah terhadap Tuhan dan dibarengi dengan ilmu agama, Karena ilmu agama adalah ilmu yang akan menyelamatkan diri kita dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Pengatahuan zikir Nafas akan menunjukkan pada anda, bagaimana caranya mengatasi berbagai masalah yang mengintai dalam kehidupan serta memuat berbagai alternatif solusinya. rahasia ilmu ini masih banyak hikmah dan manfaat lainnya dan akan sangat bermanfaat pada orang-orang beristiqomah dalam mengamalkan suatu ilmu. Yang sangat penting adalah niat,jagalah niat,setiap amal dengan niat(ikhtiar/pilihan) maka pilihlah yang abadi,Allah Semata.Berhati-hatilah dengan niat anda,syaitan dapat menipu daya dengan niat yang tidak ikhlas. Hebah/Sebar/Kongsikan Buat Yang Mahu Mengambil Manfaat Like Dan Kongsikan Page2 Di Bawah Ini: www.facebook.com/maulabillah www.facebook.com/tradezara www.facebook.com/Allah-142023832524908 Sila tolong kongsikan.Please Do Like&Share Our Pages

Jumat, 11 Agustus 2017

ta'dhim itu belum sirna

"TA'DHIM ITU BELUM SIRNA, DAN TAK AKAN PERNAH SIRNA" Diceritakan bahwasannya Syeh Abdul Qodir Aljailani RA jika melihat orang yg lebih tua Beliau mengatakan (dlm hati) orang ini lebih mulia dariku, dia lebih tua dan lebih banyak ibadahnya. jika melihat yg orang lebih muda, Beliau mengatakan (dlm hati) orang ini lebih mulia dariku, dia lebih muda dan sedikit pula dosanya. jika melihat orang Alim, Beliau mengatakan (dlm hati) orang ini lebih mulia dariku, Allah SWT memberikan suatu kebaikan, sementara aku belum di berinya, berarti Allah SWT lebih mencintainya dari pada kepadaku. jika melihat orang bodoh, Beliau berkata (dlm hati) orang ini lebih mulia dariku, aku memiliki ilmu, dan karena ilmu ini aku akan di mintai pertanghung jawaban, sementara orang bodoh ini tidak dimintai pertanggung jawaban karena ilmunya. jika melihat orang kafir, Beliau berkata (dlm hati) orang ini lebih mulia dari pada diriku, mungkin suatu saat dia akan di beri hidayah oleh Allah lalu bertaubat, sementara aku, apakah aku bisa mempertahankan imanku ini sampai aku meninggal? berarti orang ini lebih mulia dari pada diriku.... Wallahu 'alam... FOTO : Syeh Fadhil Aljailani (keturunan Syeh Abdul Qodir Aljailani) mencium tangan cucu KH Masbuhin Faqih (mas M badrudduja bin Agus Suhaimi) نفعنا الله بهم وبعلومهم في الدارين (Sumber: Ponpes alfadhlu Kaliwungu Kendal). Kiriman: Sayyid Taufiq AL Jaelani **Boleh Dibagikan ***Saran Halaman: Komunitas Orang Jawa Timur ·

pandangan wali

Pandangan Wali Imamul Haddad berkata dalam sebuah bait syairnya, "Engkau harus memiliki seorang Guru (Syeikh) yang selalu engkau ikuti jejaknya. Pilihlah mereka dari kalangan yang berhati bersih untuk menuju keapda Allah." Imam Ali Habsyi berkata: "Barangsiapa di zamannya tidak pernah bersahabat dengan seorang Guru (Syeih) yang arif dan kokoh. hidupnya berlalu begitu saja sedangkan ia termasuk orang-orang yang bangkrut." Seorang arif mengatakan: "Barangsiapa yang tidak pernah memandang wajah orang yang beruntung pasti ia tidak akan beruntung." Karena pandangan seorang auliya mampu menembus hati, Dan bila ia telah menembus hati akan menghasilkan bibit, Bibit itu akan selalu tumbuh dan tumbuh, Ia mendapat siraman dari curahan rahmat Ilahi hingga orang tersebut menjadi pribadi yang didekatkan oleh Allah SWT berkat pandangan aulita tersebut. Seorang arif bersyair, "Satu pandangan darinya bila memang mengenai seseorang. melalui pandangan kasih sayang, atas izin Allah pasti dapat menghidupkannya. Imamul Haddad berkata: "Para pembimbing manusia beruntunglah orang yang melihat mereka dan duduk dengan mereka meski sekali seumur hidup." Karena mereka para guru (masyayikh) itu ibarat permata merah. Apabila mereka telah memberikan pandangan pada seseorang niscaya mereka memberinya keberkahan dan rahmat, Dan bila seseorang melihat mereka ia dapat mengambil manfaat cahaya mereka dan mengambil cahaya itu hingga cahaya-cahaya tersebut menyelimutinya kemudian mencapai sisi Allah SWT, dan mengentasnya dari kelalaian dan kemaksiatannya. Dikisahkan oleh Imam Ali Habsyi bahwa di masa dahulu ada seorang lelaki yang sejak kecil selalu bermaksiat. Suatu hari ia berjalan melewati rumah seorang wali. Ia melihat pintu rumah sang wali terbuka. Ia berkata dalam hati, "Aku ini sejak diciptakan Allah selalu bermaksiat. Sedangkan sang wali itu, ia sejak diciptakan Allah selalu taat. Aku ingin masuk ke rumahnya dan MEMANDANG tubuh yang taat itu dari ujung kaki hingga ujung rambut, semoga di hari kiamat kelak aku memperoleh syafaatnya." Ia lalu ia masuk ke rumah itu. Saat itu sang syeikh sedang berdiri di depan pintu. Lelaki itu lalu memandang sang syeikh dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah itu ia pergi. Baru beberapa langkah ia bertemu dengan salah seorang murid sang syeikh tadi. Mengapa kau pergi meninggalkannya?" tanya si murid. "Aku hanya ingin menatapnya. Kukatakan pada diriku semoga dzat yang taat itu memberi syafaat kepada dzat yang suka maksiat ini." Si murid lalu menemui sang syeikh dan berkata, "Apakah tadi ada seorang lelaki datang menemuimu?" "Ya, ia berhenti di pintu kemudian pergi begitu saja," jawab sang syeikh. "Aku juga melihatnya meninggalkanmu. Kutanyakan mengapa ia berbuat demikian, ia lalu menjelaskan alasannya," kata si mruid menjelaskan alasan si lelaki. "Benarkah ia berkat demikian?" "Benar" "Kalu demikian, tidak ada yang pantas memegang sir-ku kecuali dia. Panggillah dia!" Si murid lalu mencari mencari dan bertemu dengannya di pasar. "Cepat ke mari, kau akan memperoleh sesuatu tanpa harus bersusah payah." ajak si murid. Sang syeikh kemudian memberikan sir-nya. Lelaki itu akhirnya menjadi khalifah sang syeikh dan menggantikan kedudukannya untuk mendidik murid-muridnya. Begitulah para masyayikh yang sejati, Mereka laksana tiang utama bagi pencari jalan akhirat, Tiang penegak agama, Sumber turunnya rahmat, Dan tiang penegak hidayah. Sebagaimana kata pepatah: "Bersimpuh dihadapan ulama lebih utama daripada belajar tanpa guru."

Sabtu, 05 Agustus 2017

agar tdk terjerumus karomah

"AGAR TIDAK TERJERUMUS OLEH KAROMAH" Karomah artinya kemuliaan, yang diberikan Allah untuk hambaNya yang cinta kepada Allah Swt. Dan karomah auliya (para wali) itu bukan tujuan (ghayah). Dalam ibadah mereka bukan untuk mencapai martabat karomah atau supaya mendapatkan karomah. Tapi semata-mata karena Allah Swt., merupakan fadhal Allah Swt. Sebab, karomah itu sendiri bagi orang-orang yang belum mampu (kuat) sedang ia mengejar tentang karomah itu maka yang muncul adalah fitnah. Bukan fitnah antar manusia yang percaya dan tidak percaya (terhadap karomah), melainkan fitnah mengundang dirinya sendiri yang tidak terjaga oleh Allah Swt. hingga ia sendiri terjerumus. Diantaranya (terjerumus pada) sifat ananiyah (akuisme/egoisme), yang terkadang balapan dengan fadhalnya Allah Swt. Pemberian dari Allah Swt. ditutupi dengan sifat ananiyah-nya sendiri. Yang akhirnya tidak mampu membawa kemuliaan dari Allah, tapi justeru yang dibawa adalah ananiyah sendiri. Contohnya, ada seseorang yang kebetulan omongannya selalu diijabah oleh Allah Swt. Sedangkan Allah mengijabahkan kepada hambaNya bukanlah suatu kebetulan. Allah Swt. memberikan karomah tidak berbentuk kebetulan. Kalau kebetulan berbau keterpaksaan. Jadi jika Allah Swt. menghendaki memberi, ya memberi. Tinggal tergantung yang diberi itu sendiri mampu atau tidak membawa karomah. Jangankan kromah, nikmat saja terkadang setengah mati untuk membawa nikmat dibelanjakan (tasharruf) kepada sesuatu yang meningkatkan taatnya kepada Allah Swt. dan Baginda Nabi Saw. Lebih dekat lagi taat kepada dua orangtua yang telah membesarkan kita semuanya hingga kita bisa berbakti kepada keduanya. Sehingga kita mampu membawa bakti kita kepada orangtua untuk taat kepada Allah Swt. dengan nikmat tersebut, yakni bisa taat kepada dua orangtua. Jadi taat kepada dua orangtua itupun termasuk karomah, kemuliaan dari Allah Swt. untuk kita. Bagaimana tidak, Nabi Saw. dalam sabdanya: رِضَى اللهِ فِيْ رِضَى الْوَالِدَيْنِ “Ridha Allah tergantung pada keridhaan dua orangtua.” Kalau umat kepada nabinya berarti, “Ridha Allah tergantung pada keridhaan RasulNya.” Karomah yang tidak disertai dengan keridhaan Allah bisa menjurus kepada istidraj. Dibuktikan dengan ‘Aku’nya lebih dulu. Semisal ada suatu kejadian bertepatan dengan apa yang diomongkan, dia akan berkata, “Benar kan apa yang saya katakan”. Tidak menunjukkan ketawadhu’annya setelah dia mengucapkan hal demikian. Tapi kalau orang-orang yang tahu dan mampu membawa karomah, ketika mengucapkan hal itu ia akan malu kepada Allah Swt., dan semakin malu. Karena, tenryata karomah (kemuliaan) yang diberikan kepada dirinya, sadar atau tidak, mana mungkin kita mulia jika Allah tidak memberikan kemuliaan tersebut. Mulia yang paling utama diantaranya adalah dapat fadhal, dapat taufiq dari Allah Swt. berupa nikmat iman dan Islam. Sehingga kita kenal kepada Allah Swt. dan kenal kepada Rasulullah Saw.; mana yang wajib-mustahil-jaiz Allah dan mana yang wajib-mustahil–jaiz bagi Rasulullah Saw. Semakin kenal dan ingin dikenal oleh Allah Swt. Ini tingkat awal. Kalau tingkatan orang-orang yang hatinya bersih, hatinya ta’alluq (bergantung) mutlak kepada Allah Swt., tidak ada hatinya terisi kecuali Allah Swt., terpaut dalam hatinya tak pernah terlepas sekejap matapun dari Allah Swt., tidak pernah lupa kepada Allah Swt., diberikan karomah apapun ia tidak akan menengok ke karomahnya itu. Justeru jika diberikan karomah oleh Allah Swt., maka ia akan semakin malu kepada Allah Swt. dan terus berintrospeksi. Dia takut kalau-kalau karomah yang ada dalam dirinya tidak disertai ridha Allah Swt. Inilah tingkatan para wali Allah. Dzuhurul (nampaknya) karomah itu untuk menolong iman-iman kita yang terkadang tipis. Karena yang tahu tebal-tipisnya iman hanya Allah Swt. dan diri kita sendiri. Maka jangan gampang-gampang mengatakan “mereka itu imannya tipis-tipis”, karena hal itu mengindikasikan dirinya mengaku beriman tebal dan lebih tahu. Ada juga karomah untuk menolong orang awam. Seperti kisah karomah/mukjizatnya para nabi terdahulu dalam al-Quran, seperti Nabi Uzair, Nabi Musa, Nabi Isa, dlsb. Dan juga karomahnya Ashif bin Barkhiya yang bisa memindahkan istana Ratu Bilqis di jaman Nabi Sulaiman As. Kita percaya adanya itu. Tapi setelah kita dengan para wali Allah, yang dekat disisi Allah Swt., mereka diberi karomah-karomah oleh Swt. semisal bisa menghidupkan orang mati seperti mukjizatnya Nabi Isa As., terkadang setan membisiki orang awam tersebut sehingga mempertanyakan (meragukan) kebenarannya. Yang sebetulnya adalah untuk menambah keyakinan bahwa ternyata benar karomah-karomah para wali terdahulu. Dalam tasawuf karomah ini dibahas agar jangan sampai kita tertipu oleh nafsunya sendiri atas fadhal yang diberikan dari Allah Swt. . (Disampaikan oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya pada Pengajian Rutin Jum’at Kliwon).

belajar riadhoh

"BELAJAR RIYADHOH DAN TA'DHIM GURU PADA SIMBAH KYAI DALHAR WATUCONGOL" Selama perjalanan dari Kebumen dan singgah di Muntilan , kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayyid Abdurrahman Pada suatu waktu Mbah Kyai Dalhar diminta oleh gurunya, Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani untuk menemani putera laki laki tertuanya Sayid Abdurrahman Al-Jilani Al-Hasani untuk menuntut ilmu di Mekkah. Syeikh As Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani berkeinginan menyerahkan pendidikan puteranya kepada shahib beliau yang menjadi mufti syafiiyyah Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Keduanya berangkat ke Makkah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Ada sebuah kisah menarik tentang perjalanan keduanya. Selama perjalanan dari Kebumen dan singgah di Muntilan , kemudian lanjut sampai di Semarang, Mbah Dalhar memilih tetap berjalan kaki sambil menuntun kuda yang dikendarai oleh Sayid Abdurrahman. Hal ini dikarenakan sikap takdzimnya kepada sang guru. Padahal Sayid Abdurrahman telah mempersilahkan mbah Kyai Dalhar agar naik kuda bersama. Di Makkah (waktu itu masih bernama Hejaz), mbah Kyai Dalhar dan Sayid Abdurrahman tinggal di rubath (asrama tempat para santri tinggal) Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani yaitu didaerah Misfalah. Sayid Abdurrahman dalam rihlah ini hanya sempat belajar pada Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani selama 3 bulan, karena beliau diminta oleh gurunya dan para ulama Hejaz untuk memimpin kaum muslimin mempertahankan Makkah dan Madinah dari serangan sekutu. Sementara itu mbah Kyai Dalhar diuntungkan dengan dapat belajar ditanah suci tersebut hingga mencapai waktu 25 tahun.Syeikh As_Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani inilah yang kemudian memberi nama Dalhar pada mbah Kyai Dalhar. Hingga ahirnya beliau memakai nama Nahrowi Dalhar. Dimana nama Nahrowi adalah nama asli beliau. Dan Dalhar adalah nama yang diberikan untuk beliau oleh Syeikh As Sayid Muhammad Babashol Al-Hasani. Rupanya atas kehendak Allah Swt, mbah Kyai Nahrowi Dalhar dibelakang waktu lebih masyhur namanya dengan nama pemberian sang guru yaitu Mbah Kyai Dalhar. Allahu Akbar. Ketika berada di Hejaz inilah mbah Kyai Dalhar memperoleh ijazah kemursyidan Thariqah As-Syadziliyyah dari Syeikh Muhtarom Al-Makki dan ijazah aurad Dalailil Khoerat dari Sayid Muhammad Amin Al-Madani. Dimana kedua amaliyah ini dibelakang waktu menjadi bagian amaliah rutin yang memasyhurkan. Mbah Kyai Dalhar adalah seorang ulama yang senang melakukan riyadhah. Sehingga pantas saja jika menurut riwayat shahih yang berasal dari para ulama ahli hakikat sahabat sahabatnya, beliau adalah orang yang amat akrab dengan nabiyullah Khidhr as. Sampai sampai ada putera beliau yang diberi nama Khidr karena tafaullan dengan nabiyullah tersebut. Sayang putera beliau ini yang cukup alim walau masih amat muda dikehendaki kembali oleh Allah Swt ketika usianya belum menginjak dewasa. Selama di tanah suci, mbah Kyai Dalhar pernah melakukan khalwat selama 3 tahun disuatu goa yang teramat sempit tempatnya. Dan selama itu pula beliau melakukan puasa dengan berbuka hanya memakan 3 buah biji kurma saja serta meminum seteguk air zamzam secukupnya. Dari bagian riyadhahnya, beliau juga pernah melakukan riyadhah khusus untuk mendoakan para keturunan beliau serta para santri santrinya. Dalam hal adab selama ditanah suci, mbah Kyai Dalhar tidak pernah buang air kecil ataupun air besar di tanah Haram. Ketika merasa perlu untuk qadhil hajat, beliau lari keluar tanah Haram. Selain mengamalkan dzikir jahr ala thariqatis syadziliyyah, mbah Kyai Dalhar juga senang melakukan dzikir sirr. Ketika sudah tagharruq dengan dzikir sirrnya ini, mbah Kyai Dalhar dapat mencapai 3 hari 3 malam tak dapat diganggu oleh siapapun. Dalam hal thariqah As-Syadziliyyah ini menurut kakek penulis KH Ahmad Abdul Haq, beliau mbah Kyai Dalhar menurunkan ijazah kemursyidan hanya kepada 3 orang. Yaitu, Kyai Iskandar, Salatiga ; KH Dimyathi, Banten ; dan kakek penulis sendiri yaitu KH Ahmad Abdul Haq. Sahrallayal (meninggalkan tidur malam) adalah juga bagian dari riyadhah mbah Kyai Dalhar. Sampai dengan sekarang, meninggalkan tidur malam ini menjadi bagian adat kebiasaan yang berlaku bagi para putera putera di Watucongol