Kamis, 29 Oktober 2015

MAKNA ATAU ARTI LAGU TEMBANG PARA WALI "SLUKU-SLUKU BATHOK"

MAKNA TEMBANG "SLUKU-SLUKU BATHOK"
salah satu lagu atau tembang para wali, sluku-sluku bathok beserta maknanya :
1. Sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo

Usluk fa usluka bathnaka, bathnaka ila Allah
اسلك فاسلك بطنك -بطنك الا الله
"Berjalan jalankan batinmu, batinmu kepada Tuhan".
Ada juga yang memaknai :Ghuslu-ghuslu batnaka, bathnaka ila Allah

غسل-غسل بطنك،بطنك الا الله
Mandi sucikan jiwamu menuju kepada Allah dari segala kesibukan hati selain mengingat-Nya, dari segala penyakit hati yang meranggaskan setiap kebaikan manusia.
2. Si Rama menyang Solo
Sharimi Yasluka

شرم يسلك
artinya Petik dan ambillah satu jalan, dalam versi lain berasal dari kata Siru ma’a man sholla,
سر مع من صل
Berjalan bersama orang-orang yang menegakkan sholat yaitu orang yang tidak bosan-bosan berjuang di jalan Allah.
3. Oleh-olehe payung mutha
Laailaha illaallah hayun wal mauta

لااله الا الله حي والموة
maknanya kurang lebih demikian Esakan Allah dari hidup sampai mati. Ajakan untuk bertauhid dan berpegang teguh kepada agama Allah sampai akhir hayat. Istiqomah dengan kalimat Lailaha illaAllah
4. Mak jenthit lolobah
Mandzalik muqarabah,
من ذلك مقربه
Siapa yang mendekat bertaqarrublah tanpa henti. Selalu mendekat kepada Allah dalam segala keadaan. Sabar saat diuji, syukur saat diberi nikmat.
5. Wong mati ora obah
Hayun wal mauta innalillah,
حيّ والموت انّ للّه
Sungguh hidup dan mati hanyalah milik Allah. Dalam versi lain berasal dari kataMan mata ra’a dzunubah, orang nang mati akan melihat dosanya. Oleh karena itu siapkanlah kematianmu dengan terus berbuat baik kepada sesama dengan penuh cinta dan Taqwa kepada Allah SWT.
6. Yen obah medeni bocah
Mahabbatan mahrajuhu taubah,
محبة محرجه
Maka, bercintalah dengan kecintaan menuju taubat. Selagi masih diberi kesempatan oleh Allah untuk hidup di dunia ini. Jangan pernah putus asa dalam menggapai rahmat dan maghfirah-Nya.
7. Yen urip goleka dhuwit
Yasrifu innal khalaqna insana min dhafiq,
يسرف انّ  الخلقن   انسان من دفق
Ingatlah sungguh manusia diciptakan dari air yang memancar. Maksudnya, manusia diciptakan dari ketiadaan dan kehinaan. Oleh karena itu untuk memperoleh kemulyaan harus dengan berjalan di jalan Allah.
Kurang lebih demikian, semoga bermanfaat.

ORANG YANG SUDAH MENINGGAL TAHU ORANG YANG MENZIARAHINYA

MONGGO KITA SELALU INGAT UNTUK BERZIARAH MENDO'AKAN KE MAKAM ORANG TUANYA /SAUDARA SUDAH MENINGGAL

ORANG YANG SUDAH MENINGGAL(MAYYIT) TAHU ORANG YANG MENZIARAHINYA

Mayit bisa mengatahui orang yang menziarahinya karena ruh mayit tidak akan hancur meskipun jasad mereka telah hancur, sehingga mayit akan merasa tentram karena telah diziarahi dan dia juga akan merasa tentram, seperti itulah yang telah dijelaskan oleh Ibnu Abu al Dunia telah menjelaskan didalam kitab al Manamaat.

Dari al Fadlu bin al Muwaffiq, dia berkata, “Aku adalah orang yang banyak menziarahi makam ayahku. Pada suatu hari aku mengiring suatu jenazah dan setelah prosesi pemakaman selesai, aku lalu pulang karena ada hajat dan aku tidak menziarahi makam ayahku. Kemudian diadalam tidur aku melihat ayahku berkata, “Hei Anakku! Kenapa kamu tidak menziarahi makamku?” aku menjawab, “Wahai ayah! Kamu lebih mengetahuinya dibandingkan aku.” Dia berkata, “Iya, demi Allah. Wahai anakku! Ketika kamu menziarahi makamku, maka tidak henti-hentinya aku memandang kamu dari saat kamu keluar dari lorong hingga kamu duduk didekatku dan kamu berdiri untuk pulang meninggalkan aku. Tidak henti-hentinya aku melihat kamu berpaling hingga kamu melewati lorong.”

Dari Ibnu Abu al Muttaid, dia berkata, “Telah berkata kepadaku Tamadlar binti Sahal, istri Ayub bin Uyainah, “Telah datang kepadaku putri Sufyan bin Uyainah dan dia berkata, “Dimana pamanku Ayub?” aku menjawab, “Dia berada didalam masjid.” Tanpa berlama-lama dia lalu menemui Ayub. Putri Sufyan berkata, “Wahai pamanku! Sesungguhnya ayahku telah menemui aku didalam mimpi. Dia berkata, “Semoga Allah membalas saudaraku Ayub dengan kebaikan, karena dia telah banyak menziarahi aku hingga saat ini.” Ayub berkata, “Memang benar aku telah mendatangi satu jenazah setelah prosesi pemakaman selesai aku lalu pergi kemakam dia.”

Imam Ibnu Hajar dalam Fatawi al Fiqhiyyah al Kubra telah menjelaskan kalau mayit bisa mengetahui orang yang menziarahinya dan dia akan merasa tentram dengan orang kehadiran orang itu, berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu al Dunia,

ماَ مِنْ رَجُلٍ يَزُورُ قَبْرَ أَخِيْهِ وَ يَجْلِسُ عَلَيْهِ إِلاَّ اسْتَأْنَسَ وَ رُدَّ حَتَّى يَقُومَ

“Tidaklah dari seseorang yang menziarahi makam saudaranya dan duduk didekatnya kecuali saudaranya akan merasa tentram hingga dia berdiri untuk pulang.”

Dan telah shahih hadits,

ماَ مِنْ اَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيْهِ الْمُؤْمِنِ كاَنَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْياَ فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلاَّ عَرَفَهُ وَ رَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ

“Tidaklah dari seseorang yang melewati makam saudaranya yang mukmin yang dia mengenalnya di dunia lalu dia bersalam kepadanya, melainkan saudaranya itu akan mengenalnya dan menjawab salamnya.”

Dari semua keterangan diatas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa mayit tahu orang yang menziarahinya dan dia akan merasa dengan orang itu hingga orang itu selesai dan pulang kerumahnya.

Mereka yang disisiNya walaupun telah wafat mereka hidup sebagaimana para Syuhada. Firman Allah t’ala yang artinya : ”Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada), (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah : 154 )
 
”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada) itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS Ali Imran : 169)
 
Rasulullah bersabda, “sebagaimana engkau tidur begitupulah engkau mati, dan sebagaimana engkau bangun (dari tidur) begitupulah engkau dibangkitkan (dari alam kubur)”. Dalam riwayat lain, Rasulullah ditanya, “apakah penduduk surga itu tidur?, Nabi menjawab tidak, karena tidur temannya mati dan tidak ada kematian dalam surga”.
 
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah membukakan kepada kita salah satu sisi tabir kematian. Bahwasanya tidur dan mati memiliki kesamaan, ia adalah saudara yang sulit dibedakan kecuali dalam hal yang khusus, bahwa tidur adalah mati kecil dan mati adalah tidur besar. Ruh orang tidur dan ruh orang mati semuanya ada dalam genggaman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dialah Yang Maha berkehendak siapa yang ditahan jiwanya dan siapa yang akan dilepaskannya.
 
Ibnu Zaid berkata, “Mati adalah wafat dan tidur juga adalah wafat”.
 
Al-Qurtubi dalam at-Tadzkirah mengenai hadis kematian dari syeikhnya mengatakan: “Kematian bukanlah ketiadaan yang murni, namun kematian merupakan perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan lain.”
 
Salah satu cara Allah Azza wa Jalla mempertemukan antara yang masih hidup dengan mereka disisiNya adalah ketika tidur (melalui mimpi)
 
Abdullah Ibnu Abbas r.a. pernah berkata, “ruh orang tidur dan ruh orang mati bisa bertemu diwaktu tidur dan saling berkenalan sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menggenggam ruh manusia pada dua keadaan, pada keadaan tidur dan pada keadaan matinya.”. Rasulullah bersabda :
 
 
حياتي خير لكم ومماتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم , تعرض أعمالكم عليّ فإن وجدت خيرا حمدت الله و إن وجدت شرا استغفرت الله لكم.
 
 
“Hidupku lebih baik buat kalian dan matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan mendengarkan percakapan. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan kebaikan maka aku memuji Allah. Namun jika menemukan keburukan aku memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian.” (Hadits ini diriwayatkan oelh Al Hafidh Isma’il al Qaadli pada Juz’u al Shalaati ‘ala al Nabiyi Shallalahu alaihi wasallam. Al Haitsami menyebutkannya dalam Majma’u al Zawaaid dan mengkategorikannya sebagai hadits shahih dengan komentarnya : hadits diriwayatkan oleh Al Bazzaar dan para perawinya sesuai dengan kriteria hadits shahih)
 
Ummul mu’minin ‘Aisyah berkata, “Saya masuk ke dalam rumahku di mana Rasulullah dikubur di dalamnya dan saya melepas baju saya. Saya berkata mereka berdua adalah suami dan ayahku. Ketika Umar dikubur bersama mereka, saya tidak masuk ke rumah kecuali dengan busana tertutup rapat karena malu kepada ‘Umar”. (HR Ahmad).
Al Hafidh Al Haitsami menyatakan, “Para perawi atsar di atas Btu sesuai dengan kriteria perawi hadits shahih ( Majma’ul Zawaaid). Al Hakim meriwayatkanya dalam Al Mustadrok dan mengatakan atsar ini shahih sesuai kriteria yang ditetapkan Bukhari dan Muslim. Adz Dzahabi sama sekali tidak mengkritiknya. ( Majma’ul Zawaid).
‘Aisyah tidak melepaskan baju dengan tanpa tujuan, justru ia mengetahui bahwa Nabi dan kedua sahabatnya mengetahui siapakah yang orang yang berada didekat kuburan mereka. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 
 
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
 
 
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr). Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 
 
(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
 
 
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid). Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 
 
إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
 
 
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata:
“Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).

Kamis, 22 Oktober 2015

KEMULIAAN HARI JUM'AT

Hari Jum’at merupakan hari yang paling utama (afdhal) dari semua hari dalam sepekan. Dia adalah hari yang penuh barakah. Allah Ta’ala mengkhususkan hari Jum’at ini hanya bagi kaum Muslimin dari seluruh kaum dari ummat-ummat terdahulu.

Terdapat berbagai hadits yang menjelaskan keutamaan dan kemuliaan hari Jum’at. Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ.”
“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit di saat itu adalah hari Jum’at. Pada hari ini Adam diciptakan, hari ketika ia dimasukan ke dalam Surga dan hari ketika ia dikeluarkan dari Surga. Dan hari Kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum’at.”

Hadits berikutnya, dari Abu Hurairah dan Hudzaifah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“أَضَلَّ اللهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا فَكَانَ لِلْيَهُوْدِ يَوْمُ السَّبْتِ وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ الأَحَدِ فَجَاءَ اللهُ بِنَا فَهَدَانَا اللهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ.”
Allah menyimpangkan kaum sebelum kita dari hari Jum’at. Maka untuk kaum Yahudi adalah hari Sabtu, sedangkan untuk orang-orang Nasrani adalah hari Ahad, lalu Allah membawa kita dan menunjukan kita kepada hari Jum’at.’” [Al-Hadits]

Dan hadits-hadits lain yang menunjukkan besarnya keutamaan hari Jum’at dan keistimewaannya di banding hari-hari lainnya.

Di antara keberkahan hari Jum’at, bahwa:
1. Di dalamnya terdapat waktu-waktu dikabulkannya do’a.

Dalam ash-Shahihain terdapat hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.”
Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.”

Para ulama dari kalangan Sahabat, Tabi’in dan setelah mereka berbeda pendapat tentang “waktu itu”, apakah (perkara) waktu tersebut tetap ada (relevan hingga saat ini) ataukah sudah dihapus?

Sementara bagi kelompok yang menyatakan bahwa waktu itu tetap ada, mereka berselisih pendapat tentang penentuan waktu tersebut, seluruhnya menjadi lebih dari menjadi tiga puluh pendapat.

Semua itu dinukil oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani Rahimahullah beserta dengan dalil-dalilnya.

Dari semua pendapat itu, terdapat dua pendapat yang paling kuat.

Pertama, bahwa waktu itu dimulai dari duduknya imam sampai pelaksanaan shalat Jum’at. Di antara dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya,

“عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أنَّ عَبْدَ اللهِ بْنُ عُمَرَ c قَالَ لَهُ: أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَأْنِ سَاعَةِ الْجُمُعَةِ ؟ قَالَ : قُلْتُ نَعَمْ. سَمِعْتُهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ.”
Dari Abu Burdah bin Abi Musa al-Asy’ari [6] Radhiyallahu anhu bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma berkata padanya, “Apakah engkau telah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehubungan dengan waktu ijaabah pada hari Jum’at?” Lalu Abu Burdah mengatakan, ‘Aku menjawab, ‘Ya, aku mendengar ayahku mengatakan bahwa, ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Yaitu waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.'”[7]

Di antara orang yang menguatkan pendapat ini adalah Imam an-Nawawi rahimahullah. Bahkan dia mengatakan, “Pendapat ini shahih, bahkan shawaab (benar),” [8] Sedangkan Imam as-Suyuthi rahimahullah menentukan waktu yang dimaksud (dengan waktu tersebut), adalah ketika shalat didirikan.”

Kedua, bahwa batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘Ashar. Di antara argumentasinya adalah hadits yang diriwayatkan oleh sebagian penulis kitab Sunan, dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

“يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.”
“Hari Jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang Muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘Ashar.”

Dan di antara orang yang menguatkan pendapat ini adalah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau mengatakan, “Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan generasi Salaf, dan banyak sekali hadits-hadits mengenainya.”

Sebagian ulama menyebutkan bahwa hikmah dari tersamarnya waktu ini adalah memotivasi para hamba agar bersungguh-sungguh dalam memohon, memperbanyak do’a dan mengisi seluruh waktu dengan beribadah, seraya mengharapkan pertemuannya dengan waktu yang penuh barakah itu.”

2. Keberkahan lainnya yang dimiliki hari Jum’at, bahwa siapa saja yang menunaikan shalat Jum’at sesuai dengan tuntunan adab dan tata cara yang benar, maka dosa-dosanya yang terjadi antara Jum’at tersebut dengan Jum’at sebelumnya akan diampuni.

Sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dari Salman al-Farisi Radhiyallahu anhu. Dia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى.”
“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan ke Jum’at berikutnya.”

Sedangkan dalam Shahih Muslim terdapat tambahan tiga hari. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

“مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلِّي مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى وَفَضْلُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ.”
“Barangsiapa yang mandi lalu berangkat Jum’at, kemudian mendirikan shalat semampunya, selanjutnya diam mendengarkan khutbah (imam) hingga khutbahnya selesai kemudian shalat bersama imam, niscaya akan diampuni dosa-dosanya antara Jum’at itu hingga Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari lagi.”

Telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ.”
“Shalat fardhu lima waktu, shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antara masa tersebut jika ia menjauhi dosa-dosa besar.”

Pada zhahir hadits ini terdapat syarat untuk menjauhkan al-kabaa-ir (dosa-dosa besar) untuk dapat meraih keutamaan gugurnya dosa-dosa kecil.

3. Keberkahan lain yang dimiliki hari Jum’at bahwa di dalamnya terdapat keutamaan yang besar bagi siapa saja yang bersegera pergi ke masjid lebih pagi untuk shalat Jum’at.

Dalam ash-Shahihain terdapat hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ اْلإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ.”
“Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabah lalu segera pergi ke masjid, maka seakan-akan berkurban dengan unta yang gemuk, dan barangsiapa yang pergi pada jam yang kedua, maka seakan-akan ia berkurban dengan sapi betina, dan barangsiapa pergi pada jam yang ketiga, maka seakanakan ia berkurban dengan domba yang bertanduk, dan barangsiapa yang pergi pada jam yang keempat seakan-akan ia berkurban dengan seekor ayam, dan barangsiapa yang pergi pada jam kelima, maka seakan-akan ia berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam telah keluar (untuk berkhutbah), maka para Malaikat turut hadir sambil mendengarkan dzikir (nasihat/peringatan).”

4. Keberkahan lainnya yang dimiliki hari Jum’at bahwa hari ini merupakan hari berkumpulnya kaum Muslimin.

Hari ini merupakan hari berkumpulnya kaum Muslimin dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah Jum’at yang mengandung pengarahan dan pengajaran serta nasihat-nasihat yang ditujukan kepada kaum Muslimin yang kesemuanya mengandung manfaat agama dan dunia.

Hari Jum’at ini juga memiliki beberapa keistimewaan yang mulia di antaranya disebutkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah sebanyak tiga puluh tiga. Bahkan Imam as-Suyuthi dalam risalahnya, Nuurul Lum’ah fii Khashaa-ishil Jumu’ah menambahkan keistimewaan tersebut menjadi seratus satu. Akan tetapi sebagian keistimewaan itu bersandar pada hadits-hadits yang lemah.

Maka, sudah sepantasnya seorang Muslim memanfaatkan hari yang mulia dan penuh barakah ini dengan melakukan ibadah-ibadah wajib maupun sunnah, [16] dan mengkonsentrasikan diri pada ibadah-ibadah tersebut sehingga dia dapat meraih pahala yang besar dan ganjaran yang setimpal.
wassalam
Muhammad hamzah alhafidz

DO'A ASSYURA

KEUTAMAAN DAN DO'A ASYURA


Dari Kitab:
Kitab Kanzunnajah Wassuruur Fil Ad’iyah Allatii Tasyrahushshuduur halaman karya Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Al Quds (wafat tahun 1363 H) halaman 20 s/d 24 dan 42 s/d 46
Syeikh Abul Hamid berkata:
.....فَاعْمَلْ يـَا أَخِيْ بِـكُلِّ مَا فِيْ هَذَا الْكِتَابِ [كَنْزِ النَّجَاحِ وَالسُّرُوْرِ، مِنَ الْأَدْعِيَةِ الَّتِيْ تَشْرَحُ الصُّدُوْرَ] فَإِنَّهَا كَثِيْرَةُ الْفَوَائِدِ
…..maka amalkanlah, wahai saudaraku, doa-doa yang terdapat dalam kitab ini, Kanzunnajaah wassuruur minal ad’iyati allatii tasyrahushshuduur.
Karena doa-doa tersebut banyak faedahnya………
وَاعْمَلْ بِهَذَا الْمَطْلَبِ، وإِنَّمَا الَّذِيْ يَضُرُّكَ لَوْ اِعْتَقَدْتَ مَعَ الْعَمَلِ بِهَا ثُبُوْتَ وُرُوْدِهَا عَنِ النَّبِيِّ الْأَفْخَمِ، لِئَلَّا تَنْسِبَ إلَيْهِ مَا لَمْ يَقُلْهُ صَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَدْخُلَ فِي الْحَدِيْثِ الْوَارِدِ عَنِ نَبِيِّنَا الْمُخْتَارِ؛ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Amalkanlah anjuran ini.
Adapun yang membahayakan anda adalah ketika anda meyakini terbukti datangnya doa-doa tersebut dari Nabi yang agung (shallallaahu ‘alaihi wasallam) , agar anda tidak menisbatkan sesuatu yang tidak disabdakan oleh beliau shallallaahu Ta’ala ‘alaihi wasallam, maka anda masuk didalam hadits yang datang dari Nabi kita yang terpilih:
“Barang siapa berdusta atas saya dengan sengaja maka hendaklah dia menempatkan tempat duduknya di neraka”
فَاعْمَلْ بِهَا حِيْنَئِذٍ مُعْتَمِدًا عَلَى اللهِ، غَيْرَ مُلْتَفِتٍ إِلَى مَا سِوَاهُ،
Maka amalkanlah doa-doa tersebut,dengan bergantung kepada Allah, tanpa memperdulikan lain-Nya
لَا عَلَى أَنَّهَا مَرْوِيَّةٌ يَقِيْنًا عَنِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَأَزْكَى التَّسْلِيْمِ،
Bukan meyakini doa-doa tersebut dari Nabi yang mulia –‘alaihi afdhalushshalaati wa azkattasliim-
اِقْتِدَاءً بِالسَّلَفِ الصَّالِحِ الَّذِيْنَ كَانُواْ يَفْعَلُوْنَهَا، وَيَحُضُّوْنَ عَلَيْهَا، تَبَرُّكًا بِعَمَلِهِمْ النَّاجِحِ،
Karena mengikuti salaf shalih yang mana mereka mengamalkannnya dan menganjurkannya, karena tabarruk dengan amal mereka yang sukses
وَتَأَسِّيًا بِالسَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ،
Dan karena meneladani saadat ulama sufi
وَامْتِثَالًا لِقَوْلِ مَنْ أَوْصَى بِهَا، وَتَيَمُّنًا بِأَفْعَالِهِمْ اَلْمَرْضِيَّةِ،
Dan karena mematuhi ucapan ulama yang berpesan dengan doa-doa tersebut, karena ‘ngalap barokah’ dengan af’al mereka yang diridhai
نَفَعَنَا اللهُ تَعَالَى بِهِمْ أَجْمَعِيْنَ، وَوَفَّقَنَا وَإِيَّاكَ لِمَا يُحِبُّهُ وَيَرْضَاهُ آمِيْنَ.
Semoga Allah Ta’ala memberi manfaat kepada kami dengan mereka semuanya.
Dan semoga Allah menolong kami dan anda kepada apa yang dicinta-Nya dan diridhai-Nya.
Amin.
BACAAN & DOA
Pertama:
MEMBACA HASBALAH
وَمِنَ الْمَطْلُوْبِ فِيْ يَوْمِهِ أَيْضًا: أَنْ يُشْغِلَهُ بِالتَّضَرُّعِ وَالْإِبْتِهَالِ، سِيَّمَا بِالْحَسْبَلَةِ وَالتَّسْبِيْحِ الْآتِيْ لَفْظُهُمَا؛ فَإِنَّ فِيْهِمَا فَائِدَةً عَظِيْمَةً، وَعَائِدَةً فَخِيْمَةً
Diantara yang dianjurkan pada hari Asyura adalah agar menyibukkan diri dengan merendahkan diri dan memohon sungguh-sungguh (kepada Allah) apalagi dengan membaca HASBALAH dan TASBIH berikut ini, karena didalam keduanya ada faidah yang agung dan kemanfaan yang besar
فَقَدْ ذَكَرَ الْعَلَّامَةُ الدَّيْرَبِيُّ فِيْ فَوَائِدِهِ، وَسَيِّدِيْ مُحَمَّدْ اَلْأَمِيْرُ الصَّغِيْرُ فِيْ رِسَالَتِهِ فِي الْفَضَائِلِ الْعَاشُوْرِيَّةِ، نَقْلًا عَنِ الْعَلَّامَةِ الْأَجْهُوْرِيِّ
Al Allamah Imam Ad Dairabi berkata dalam Fawa`idnya, dan Sayyidii Muhamma Al Amir Ash Shagier dalam risalahnya, al fadha`il al ‘Asyuriyyah, mengutip dari al Allamah al Ajhuri:
– أَنَّ مَنْ قَالَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ،نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ . سَبْعِيْنَ مَرَّةً كَفَاهُ اللهُ تَعَالَى شَرَّ ذَلِكَ الْعَامِ
Barang siapa pada hari Asyura membaca:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ،نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ .
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULAA WA NI’MANNASHIIR
Allah yang mencukupi kami, dan Dialah sebaik-baik Yang mengurusi, sebaik-baik Pemimpin dan sebaik-baik Penolong
70 kali, maka Allah akan mencegah dia dari keburukan tahun tersebut
Kedua:
MEMBACA TASBIH, TAHMID, TAKBIR, HAUQALAH DAN DOA
وَقَالَ فِيْ فَتْحِ الْبَارِيْ: كَلِمَاتٌ مَنْ قَالَهَا فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ وَهِيَ:
Dan berkata dalam Fat_hul Baari:
Beberapa kalimah, barang siapa membacanya pada hari Asyura maka hatinya tidak mati.
Kalimah-kalimah tersebut ialah:
سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ ،
وَالْحَمْدُ لِلّهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ
وَاللهُ أَكْبَرُ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ
لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْ اللهِ إلَّا إلَيْهِ
سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا
وَالْحَمْدُ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا
وَاللهُ أَكْبَرُ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا
أَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ،
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
SUBHAANALLAAH MIL`AL MIIZAAN WAMUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHARRIDHAA WA ZINATAL ‘ARSYI
WALHAMDULILLAAH MIL`AL MIIZAAN WAMUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHARRIDHAA WA ZINATAL ‘ARSYI
WALLAAHU AKBAR MIL`AL MIIZAAN WAMUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHARRIDHAA WA ZINATAL ‘ARSYI
LAA MALJA`A WALAA MANJAA ILLAA ILAIH
SUBHAANALLAAH ‘ADADASYSYAF’I WALWATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAAHITTAAMMAATI KULLIHAA
WALHAMDULILLAAH ‘ADADASYSYAF’I WALWATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAAHITTAAMMAATI KULLIHAA
WALLAAHU AKBAR ‘ADADASYSYAF’I WALWATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAAHITTAAMMAATI KULLIHAA
AS`ALUKASSALAAMAH BIRAHMATIKA YAA ARHAMARRAAHIMIIN WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM
WASHALLALLAAHU TA’AALAA ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHII WASHAHBIHII AJMA’IIN
WALHAMDULILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN
Ketiga:
BERDOA
وَرَأَيْتُ بِخَطِّ بَعْضِهِمْ أَنَّ مِمَّا يُطْلَبُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ هَذَا الدُّعَاءَ
Aku melihat tulisan sebagian Ulama, bahwasanya diantara perkara yang dianjurkan pada hari Asyura ialah doa ini:
اَللَّهُمَّ يَا مُفَرِّجَ كُلِّ كَرْبٍ، وَيَا مُخْرِجَ ذِي النُّونِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا جَامِعَ شَمْلِ يَعْقُوبَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا غَافِرَ ذَنبِ دَاوُدَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا كَاشِفَ ضُرِّ أَيُّوبَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا سَامِعَ دَعْوَةِ مُوسَى وَهَارُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا خَالِقَ رُوحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَبِيبِكَ وَمُصْطَفَاكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَيَا رَحْمَنَ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنتَ،
ALLAAHUMMA YAA MUFARRIJA KULLI KARBIN
WA YAA MUKHRIJA DZINNUUNI YAUMA ‘AASYUURAA`
WA YAA JAAMI’A SYAML YA’QUUBA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA GHAAFIRA DZANBI DAAWUUDA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA KAASYIFA DHURRI AYYUUBA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA SAAMI’A DA’WATI MUUSAA WA HAARUUNA YAUMA ‘AASYUUYAA`
WA YAA KHAALIQA RUUHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM YAUMA ‘AASYUUYAA`
إِقْضِ حَاجَاتِنَا فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَأَطِلْ أَعْمَارَنَا فِي طَاعَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ وَرِضَاكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ، وَأَحْيِنَا حَيَاةً طَيِّبَةً، وَتَوَفَّنَا عَلَى اْلإِسْلاَمِ وَاْلإِيمَانِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ،
IQDHI HAAJAATINAA FIDDUNYAA WAL AAKHIRAH
WA ATHIL A’MAARANAA FII THAA’ATIKA WAMAHABBATIKA WARIDHAAKA
YAA ARHAMARRAAHIMIIN
WA AHYINAA HAYAATAN THAYYIBAH
WATAWAFFANAA ‘ALAL ISLAAMI WAL IIMAAN
YAA ARHAMARRAAHIMIIN\
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
WASHALLALLAAHU ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHII WASHAHBIHII WASALLAM
WALHAMDULILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN
“Ya Allah, Yang melepaskan setiap kesulitan, wahai Yang mengeluarkan Dzinnuun (Nabi Yunus) pada hari Asyura, wahai Yang mengumpulkan keluarga Nabi Ya’qub pada hari Asyura, wahai Yang mengampuni Nabi Dawud pada hari Asyura, wahai Yang melepaskan kesulitan Nabi Ayyub pada hari Asyura, wahai Yang mendengar doa Nabi Musa dan Nabi Harun pada hari Asyura, wahai Yang menjadikan roh penghulu kita, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam , kekasih dan pilihan-Mu pada hari Asyura, wahai Tuhan dunia dan akhirat, Tiada Tuhan selain Engkau,
Tunaikanlah hajat-hajat kami di dunia dan akhirat, dan panjangkanlah umur kami dalam ketaatan kepada-Mu, mahabbah (kepada)-Mu dan keredhaan-Mu, wahai Yang Pengasih di antara yang mengasihi. Dan hidupkanlah kami dengan kehidupan yang baik, dan matikanlah kami dalam agama Islam dan iman, wahai Yang Pengasih di antara yang mengasihi..
Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam atas penghulu kita, Nabi Muhammad dan ke atas keluarga dan sahabat beliau, dan segala pujian bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
wassalam
Muhammad hamzah alhafidz

Rabu, 21 Oktober 2015

MENAMBAHKAN "SAYYIDINA" DALAM SHOLAWAT

Menambahkan “SAYYIDINA” dalam shalawat diambil dari ATSAR SAYYIDINA IBNU MAS'UD

Mari bersholawat rame2 kpd rasul,hidupkan maulid nabi sama ada dbulan lahir beliau ataupun dbulan lain

Karena pahala membaca sholawat kpd nabi itu sangat besaaar...

Dalil dari alquran
إن الله وملئكته يصلون على النبي ياأيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
Kalimat malaikat dsana boleh dbc nashob sbgai athof kpd isim inna,boleh
rofa athof kpd mahal isim inna,yaitu mubtada,
Imam mujahid mengatakan dalam tafsirnya mengutip perkataan abul aliyah: sholawat Allah kpd nabinya yaitu pujian atasnya dsisi para malaikatnya,dan sholawat malaikat kpd nabi yaitu doa untk nabi
Kalau imam thobary mengatkan dr riwayat ibnu abbas: Allah dan para malaikat nya memberikan berkahnya kpd nabi muhammad,
Bisa jg dgn makna merahmati
Imam ibnu abi zamanin almaliki mengatakan : yushallun maknanya Allah mengampuni,dan malaikat memintakan ampun,dan manusia dsuruh jg memintakan ampun untk rasul
Dalam tafsir thobary,ibnu abi hatim,mawardi,durrul mantsur sayuti, ada riwayat hadist :
حدثنا الحسن بن عرفة حدثنا هشيم بن هشيم بن بشير عن يزيد بن أبي زياد حدثنا عبد الرحمن بن أبي ليلى عن كعب بن عجرة قال : لما نزلت إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين آمنو صلوا عليه وسلموا تسليما
قال : قلنا يارسول الله قد علمنا السلام فكيف الصلاة عليك قال قولوا : اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
Ka'ab bin ujrah mengatakan :manakala pada waktu turun ayat (diatas) kami menanya kepada rasul, ya rasulallah,kami sdh tau bgaimana cara mengucap salam kepada engkau,lalu cara bersholawat kpd engkau bgaimana ?
Maka rasul menjawab dengan menyuruh membaca :
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
Lalu ada kelompok yang  berpendapat bhw bersholawat atas nabi itu cukup dengan apa yg disuruh oleh nabi,yaitu dengan sholawat diatas,tanpa penambahan apapun,bahkan tidak perlu ada kalimat "sayyidina"
Maka mahmud albanjari atau 'ala kulli haal menjwb : pendapat kelompok ini adalah kesalahan dan berfikiran sangat sempit sekali,
Dalam usul fiqh : boleh kita menambah dari suruhan yg ditentukan,
Misalnya saja kita dlm sholat cuma di suruh sujud saja,tp boleh kita menambah dalam sujud itu dgn doa2 mcm2,slama tdk menyalahi apa yg ada di fiqih,seperti yg dilakukan imam ahmad bin hanbal,beliau dalam sujudnya slalu mendoakan imam syafi'i,padahal zaman rasul imam syafi'i blm lahir,jadi imam ahmad membuat satu penambahan dalam suruhan yg cuma hanya sujud tanpa ada dalil dari alquran dan sunnah,hehehe..
Sama juga sholawat kepada rasul,boleh kita tambah2in dari apa yg dsuruh rasulullah,karena ada atsar seorang sahabat bernama ibnu mas'ud dr sholawat suruhan nabi
Dalam tafsir sam'ani :
عن عبد الله بن مسعود أنه قال : إذا صليتم على رسول الله فأحسنوا الصلاة عليه فلعلها تعرض عليه ، قالوا له : فعلمنا قال قولوا اللهم صل على سيدنا محمد عبدك ونبيك سيد المرسلين وإمام المتقين وخاتم النبيين إمام الخير وقائد الخير ورسول الرحمة اللهم ابعثه المقام المحمود الذي يغبطه به الأولون
Abdullah bin mas'ud mengatakan : bila kamu hendak bersholawat atas rasulullah,maka baguskan lah sholawat kamu,mudah2n sholawat kamu sampai kepada beliau,mereka berkata kepada ibnu mas'ud,tolong ajari kami
Lalu ibnu mas'ud membikin sholawat sendri dan membaguskan susunan ibaratnya dgn memuji2 rasul spt yg trtls di atas,
(DaRI IBNU MAS'UD INILAH dapat kita ambil dalil bahwa boleh kita membikin sholawat sendri,seperti sholawat nariyah,burdah,dalailul khairat ,dan membikin syair maulid yg memuji2 rasul,demi untk membaguskan sholawat kita kepada rasul)
Dan pelajaran yg diambl dari atsar ibnu mas'ud ini laisa biqaidin,artinya tidak tertuju pada sholawat yg dibaca oleh ibnu mas'ud aja,tapi boleh di qiyaskan ke lain2 slama itu bagus dalam memuji dan mendoakan rasulullah,seperti dalailul khairat,barzanji,simtud durar,burdah dll
Adapun membanyakkan sholawat itu Dalil dari hadist yg sangat shohih,krn takhrijnya dari rawi2 yg tsiqoh
حدثنا هناد
رتبه ابن حجر من ثقة
عند الذهبي من الحافظ الزاهد
Hannad ini kata ibnu hajar trmsk tsiqoh,
Kata azzahabi beliau adalah hafizh yg zuhud
قال حدثنا قبيصة
رتبه ابن حجر من صدوق
وعند الذهبي حافظ
Qobishoh ini trmsk dpercaya kata ibnu hajar
Azzahabi mengatakan hafizh
عن سفيان الثوري
رتبه ابن حجر من ثقة حافظ عابد إمام حجة
وعند الذهبي الإمام أحد الأعلام علما وزهدا
Sufyan tsauri ini sdh tak diragukan dkalangan ulama hadist,beliau adalah imam,kata 2 ulama peneliti hadist yaitu azzahabi dan ibnu hajar
عن عبد الله بن محمد بن عقيل
رتبه ابن حجر من صدوق
Ibnu hajar mengatakan beliau terpercaya
عن الطفيل بن أبي بن كعب
رتبه ابن حجر من ثقة
وعند الذهبي من ثقة أيضا
Anak ubai bin ka'ab ini trmsk tsiqoh jg
عن أبيه
أبي بن كعب من الصحابه عند ابن حجر
وعند الذهبي هو سيد القراء
قال
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا ذهب ثلثا الليل قام
فقال ياأيها الناس اذكروا الله اذكروا الله
جاءت الراجفة تتبعها الرادفة جاء الموت بما فيه جاء الموت بما فيه
قال أبي : قلت يا رسول الله إني أكثر الصلاة عليك فكم أجعل لك من صلاتي ؟ فقال ما شئت قال : قلت الربع قال : ما شئت فإن زدت فهو خير لك ، قلت النصف قال ما شئت فإن زدت فهو خير لك
قلت فالثلثين قال ماشئت فإن زدت فهو خير لك قلت : أجعل لك صلاتي كلها قال : إذا تكفى همك ويغفر لك ذنبك
وقال الترمذي هذا حديث حسن صحيح الإسناد
Dari ubai bin ka'ab berkata : dahulu rasulullah apabila sudah lewat sepertiga malam,pasti beliau tahajjud,dan bersabda : wahai manusia (dalam tuhfatul ahwazi syarah turmudzi oleh imam mubarakfuri : maksdnya manusia ini adalah para sahabat yg tidur,yg lupa dr mengingat Allah),ingatlah Allah,ingatlah Allah,
Telah tiba oleh gempa (imam mubarakfuri memaknakan ini beliau mengutip dari kitab nihayah,maknanya tiupan terompet pertama yg mematikan smua makhluq)
(imam mubarakfuri memaknakan radifah adalah tiupan kedua yg menghidupkan para makhluq)
Kata imam mubarakfuri kalimat ja-at itu dengan shigat madhi,karena pasti terjadi itu,jadi seolah2 ada datang,maksudnya dalam waktu dekat akan terjdi,
Datang kematian dengan sesuatu2 yg ada padanya,2x,( di ulang2 karena mentaukid kan)
Lalu ubai bin ka'ab brtanya : ya rasulullah,(imam mubarakfuri memaknakan dalam syarahnya)bahwasanya aku hendak membanyakkan sholawat atas engkau,(imam alqori mengatakan :sholawat maksdnya disini adalah pengganti doa yg lain,jadi ubai khusus bersholawat aja dalam doanya)
Berapakah aku menjadikan khusus untk engkau dari sholawatku ?
Rasul menjwb : terserah kamu,
Lalu aku tanya lg kata ubai : (imam mubarakfuri mentakdirkan kalimat rubu'u diatas dgn mensyarahkan) aku jadikan seperempat waktu malam ku untk bersholawat atas mu,
Rasul menjwb : terserah kamu,tapi jika kamu tambah itu lebih bgs
Aku tanya lagi : bgaimana kalau separo malam
Rasul menjwb : terserah kamu,tp jika kamu tambah,lebih bagus
Aku tanya lg : bagaimana kalau 2pertiga malam
Rasul menjawab : terserah kamu,tapi jika kamu tambah lebih bagus lagi
Lalu aku usul kan lagi : aku akan menjdkan seluruh malam ku hanya untk bersholawat atas mu ya rasulallah
Lalu rasul menjwb : (maknanya kata imam mubarakfuri begini ) apabila engkau gunakan semua waktu doa engkau hanya untk bersholawat atas ku,maka akan dberikan kpd engkau hajat engkau di dunia maupun akhirat,dan akan diampuni dosa2 engkau,
Kata imam mubarakfuri Hadist ini hasan dsisi imam turmudzi,adapun disisi imam hakim hadist ini shohih,

selamat membaca dan memahami isinya

MENAMBAHKAN "SAYYIDINA" DALAM SHOLAWAT DI SAAT SHOLAT

Menambahi Sayyidina Dalam Sholawat Sholat

Menurut kalangan Madzhab Hanafi dan Syafi’i seperti Imam Romli, Imam Qolyubi, Imam Syarqowi, Imam Hadhkafi, ibnu ‘Abidin menyatakan sunah untuk menjaga etika terhadap nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wa sallaama

( أَوَّلاً )
التَّسْوِيدُ مِنَ السِّيَادَةِ
تَسْوِيدُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي حُكْمِ تَسْوِيدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّلاَةِ ، وَحُكْمِ تَسْوِيدِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَيْرِ الصَّلاَةِ .

أ - فِي الصَّلاَةِ :
7 - وَرَدَ لَفْظُ الصَّلَوَاتِ الإِْبْرَاهِيمِيَّةِ فِي كُتُبِ الْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ مَأْثُورًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ ذِكْرِ ( سَيِّدِنَا ) قَبْل اسْمِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ . وَأَمَّا إِضَافَةُ لَفْظِ ( سَيِّدِنَا ) فَرَأَى مَنْ لَمْ يَقُل بِزِيَادَتِهَا الاِلْتِزَامَ بِمَا وَرَدَ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأَِنَّ فِيهِ امْتِثَالاً لِمَا وَرَدَ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ فِي الأَْذْكَارِ وَالأَْلْفَاظِ الْمَأْثُورَةِ عَنْهُ ، كَالأَْذَانِ وَالإِْقَامَةِ وَالتَّشَهُّدِ وَالصَّلاَةِ الإِْبْرَاهِيمِيَّةِ .
وَأَمَّا بِخُصُوصِ زِيَادَةِ ( سَيِّدِنَا ) فِي الصَّلاَةِ الإِْبْرَاهِيمِيَّةِ بَعْدَ التَّشَهُّدِ ، فَقَدْ ذَهَبَ إِلَى اسْتِحْبَابِ ذَلِكَ بَعْضُ الْفُقَهَاءِ الْمُتَأَخِّرِينَ كَالْعِزِّ بْنِ عَبْدِ السَّلاَمِ وَالرَّمْلِيِّ وَالْقَلْيُوبِيِّ وَالشَّرْقَاوِيِّ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ ، وَالْحَصْكَفِيِّ وَابْنِ عَابِدِينَ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ مُتَابَعَةً لِلرَّمْلِيِّ
الشَّافِعِيِّ ، كَمَا صَرَّحَ بِاسْتِحْبَابِهِ النَّفَرَاوِيُّ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ .
وَقَالُوا : إِنَّ ذَلِكَ مِنْ قَبِيل الأَْدَبِ ، وَرِعَايَةُ الأَْدَبِ خَيْرٌ مِنَ الاِمْتِثَال ، كَمَا قَال الْعِزُّ بْنُ عَبْدِ السَّلاَمِ (1) .

ب - فِي غَيْرِ الصَّلاَةِ :
8 - أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى ثُبُوتِ السِّيَادَةِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى عَلَمِيَّتِهِ فِي السِّيَادَةِ . قَال الشَّرْقَاوِيُّ : فَلَفْظُ ( سَيِّدِنَا ) عَلَمٌ عَلَيْهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . وَمَعَ ذَلِكَ خَالَفَ بَعْضُهُمْ وَقَالُوا : إِنَّ لَفْظَ السَّيِّدِ لاَ يُطْلَقُ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى ؛ لِمَا رُوِيَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ مُطَرِّفٍ قَال : قَال أَبِي : انْطَلَقْتُ فِي وَفْدِ بَنِي عَامِرٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا : أَنْتَ سَيِّدُنَا ، فَقَال : السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى . قُلْنَا : وَأَفْضَلُنَا فَضْلاً وَأَعْظَمُنَا طَوْلاً ، قَال : قُولُوا بِقَوْلِكُمْ أَوْ بَعْضِ قَوْلِكُمْ ، وَلاَ يَسْخَرْ بِكُمُ الشَّيْطَانُ . (2) وَفِي حَدِيثٍ آخَرَ أَنَّهُ جَاءَهُ رَجُلٌ قَال : أَنْتَ سَيِّدُ قُرَيْشٍ ، فَقَال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : السَّيِّدُ اللَّهُ . (3)
قَال ابْنُ الأَْثِيرِ فِي النِّهَايَةِ : أَيْ هُوَ الَّذِي يَحِقُّ لَهُ السِّيَادَةُ ، كَأَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يُحْمَدَ فِي وَجْهِهِ ، وَأَحَبَّ التَّوَاضُعَ . وَمِنْهُ الْحَدِيثُ لَمَّا قَالُوا : أَنْتَ سَيِّدُنَا ، قَال : قُولُوا بِقَوْلِكُمْ أَيِ ادْعُونِي نَبِيًّا وَرَسُولاً كَمَا سَمَّانِي اللَّهُ ، وَلاَ تُسَمُّونِي سَيِّدًا كَمَا تُسَمُّونَ رُؤَسَاءَكُمْ ، فَإِنِّي لَسْتُ كَأَحَدِهِمْ مِمَّنْ يَسُودُكُمْ فِي أَسْبَابِ الدُّنْيَا .
وَأَضَافَ ابْنُ مُفْلِحٍ إِلَى مَا سَبَقَ : وَالسَّيِّدُ يُطْلَقُ عَلَى الرَّبِّ ، وَالْمَالِكِ ، وَالشَّرِيفِ ، وَالْفَاضِل ، وَالْحَكِيمِ ، وَمُتَحَمِّل أَذَى قَوْمِهِ ، وَالزَّوْجِ ، وَالرَّئِيسِ ، وَالْمُقَدَّمِ .
وَقَال أَبُو مَنْصُورٍ : كَرِهَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُمْدَحَ فِي وَجْهِهِ وَأَحَبَّ التَّوَاضُعَ لِلَّهِ تَعَالَى ، وَجَعَل السِّيَادَةَ لِلَّذِي سَادَ الْخَلْقَ أَجْمَعِينَ . وَلَيْسَ هَذَا بِمُخَالِفٍ لِقَوْلِهِ لِسَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حِينَ قَال لِقَوْمِهِ الأَْنْصَارِ : قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ (4) أَرَادَ أَنَّهُ أَفْضَلُكُمْ رَجُلاً وَأَكْرَمُكُمْ . وَأَمَّا صِفَةُ اللَّهِ جَل
___________________
(1) رد المحتار على الدار المختار 11 / 345 ، والفواكه الدواني على رسالة القيرواني 2 / 464 ، والقليوبي 1 / 167 ، وشرح الروض 1 / 166 ، وحاشية الشرقاوي على تحفة الطلاب 1 / 21 ، 193 ، والمغني لابن قدامة 1 / 541 - 542 - 543 - ونيل الأوطار 2 / 326 ، والقول البديع في الصلاة على الحبيب الشفيع ص 101 ، وفتاوى ابن حجر العسقلاني نقلا عن " إصلاح المساجد من البدع والعوائد " للقاسمي 140 ط ( 5 ) والمكتب الإسلامي .
(2) حديث : " قولوا بقولكم أو بعض قولكم . . . " أخرجه أبو داود ( 5 / 155 - ط عزت عبيد دعاس ) . وقال ابن حجر في الفتح ( 5 / 179 - ط السلفية ) : رجاله ثقات .
(3) حديث : " السيد الله " أخرجه أحمد ( 4 / 24 - ط الميمنية ) . من حديث مطرف بن عبد الله بن الشخير وإسناده صحيح .
(4) حديث : " قوموا إلى سيدكم " أخرجه البخاري ( 6 / 165 - الفتح - ط السلفية ) .

Almausuu’ah Alfiqhiyyah alkuwaitiyyah XI/246247

السيادة لمحمد صلّى الله عليه وسلم : قال الحنفية والشافعية (1) : تندب السيادة لمحمد في الصلوات الإبراهيمة؛ لأن زيادة الإخبار بالواقع عين سلوك الأدب، فهو أفضل من تركه. وأما خبر «لا تسودوني في الصلاة» فكذب موضوع (2) . وعليه: أكمل الصلاة على النبي وآله: «اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم، وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين، إنك حميد مجيد» (3) .
__________
(1) الدر المختار:479/1، حاشية الباجوري:162/1، شرح الحضرمية: ص47.
(2) أسنى المطالب في أحاديث مختلفة المراتب للحوت البيروتي: ص253.
(3) خص إبراهيم بالذكر، لأن الرحمة والبركة لم يجتمعا في القرآن لنبي غيره، قال تعالى: {رحمة الله وبركاته عليكم أهل البيت}

Menambahkan lafadz sayyid untuk Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallama :
Kalangan Madzhab Hanafiyah dan syafi’iyyah menyunahkan menambah ‘’SAYYID” untuk Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallama dalam sholawat ibrohimiyyah demi menjaga adab kesopanan terhadap beliau, lebih utama ditambahkan ketimbang tidak (lihat adDur alMukhtaar I/479, Hasyiyah alBaajuri I/162 dan Syarh Alhadhromiyyah Hal 47) sedang hadits “janganlah menyebutkan kata sayyid untuk ku di dalam solat” adalah hadits bohong dan maudhu’ (Lihat Asna Almathoolib halaman 253)
Dengan demikian sholawat Ibrohimiyyah yang paling sempurna adalah :

” «اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم، وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين، إنك حميد مجيد”

Nabi Ibrahim khusus disebut dalam sholawat ini karena barokah dan rahmat tidak ditutur dalam alquran secara bersamaan kecuali hanya pada beliau (tidak pada nabi yang lain) seperti dalam Firman Allah Ta’aalaa
”Rahmat Allah dan berkat-Nya, dicurahkan atas kamu wahai ahlulbait”

Fiqh Al-Islaam Wa adillatuhu II/94

الصلاة على النبي صلّى الله عليه وسلم في غير الصلاة: أما الصلاة على النبي في غير الصلاة فهي مندوبة، لا واجبة، فقد حكى الطبري الإجماع على أن محمل الآية على الندب. وقال الحنفية (4) : هي فرض مرة واحدة في العمر، والمذهب أنه تستحب على التكرار كلما ذكر النبي صلّى الله عليه وسلم ، ولو اتحد المجلس في الأصح وعليه الفتوى.
__________
(4) الدر المختار:480/1، تبيين الحقائق وحاشية الشلبي:108/1.

Menurut Imam Kurdi, Ibnu Hajar, AzZiyaadi Imam Halaby (dari kalangan Syafiiyah) lebih utama menambahkan lafadz “SAYYIDINAA” sebelum lafadz MUHAMMAD

وقوله وأن محمدا رسول الله الأولى ذكر السيادة لأن الأفضل سلوك الأدب وحديث لا تسودوني في صلاتكم... باطل

Yang lebih utama menambahkan lafadz sayyidinaa saat kalimat “Wa Anna Muhammadar Rosuulullah” karena yang lebih utama menjaga etika pada Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa sallam, sedang hadits yang berbunyi “Janganlah kalian menyebut kata sayyid untukku saat sholat” adalah hadits batal.
I’aanah at-Thoolibiin I/169
_________________________________________

وعبارة البرماوي ولا يجوز إبدال كلمة منه كالنبي والله ومحمد والرسول والرحمة والبركة بغيرها ولا أشهد بأعلم ولا ضمير علينا بظاهر ولا إبدال حرف منه ككاف عليك باسم ظاهر ولا ألف أشهد بنون ولا هاء بركاته بظاهر وجوزه بعضهم في الثاني ويجوز إبدال ياء النبي بالهمز ويضر إسقاطهما معا إلا في الوقف كما قاله العلامة الزيادي ويضر إسقاط تنوين سلام المنكر خلافا للعلامة ابن حجر ولا يضر تنوين المعرف ولا زيادة بسم الله قبل التشهد بل تكره فقط ولا يضر زيادة ميم في عليك ولا يا النداء قبل أيها ولا وحده لا شريك له بعد أشهد أن لا إله إلا الله لورود ذلك في خبر ولا زيادة سيدنا قبل محمد هنا وفي الصلاة عليه الآتية بل هو أفضل لأن فيه مع سلوك الأدب امتثال الأمر وزيادة وأما حديث لا تسيدوني في الصلاة فباطل باتفاق الحفاظ

Redaksi kitab alBarmawy “Tidak boleh mengganti kalimat-kalimat yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti mengganti lafadz annabiy, Allah, Muhammad, Arrosuul, arrohmat, albarokah, lafadz asyhadu diganti a’lamu, dhomir yang terdapat pada ‘alainaa diganti isim dhohir dll.
Juga tidak boleh mengganti huruf-huruf yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti huruf kaafnya alaika diganti isim dhohir, alifnya asyhadu diganti dengan nun, huruf ha’ nya wabarokaatuh diganti isim dhohir (namun sebagian ulama memperbolehkannya dalam hal ini).
Boleh mengganti huruf ya’nya lafadz annabiy dengan hamzah namun bahaya menghilangkankan keduanya (ya’ dan hamzah) kecuali bila waqof seperti yang diterangkan oleh az-Ziyaady, bahaya juga menggugurkan tanwin nakirohnya lafadz salaamun berbeda dengan Imam Ibnu Hajar.
Tidak bahaya mendatangkan tanwin muarrof, menambahi BASMALAH sebelum tasyahhud (hanya saja makruh), tidak bahaya menambahkan huruf mim pada lafadz ‘alaika, huruf ya nidaa’ sebelum lafadz ayyuhaa dan menambahkan WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU setelah kalimat an laa ilaaha illlallaah karena semuanya ada dalam keterangan hadits.
Tidak bahaya juga menambahkan lafadz sayyidinaa sebelum lafadz Muhammad, juga saat membaca sholawat bahkan hukumnya lebih utama karena yang lebih utama menjaga etika pada Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa sallam, sedang hadits yang berbunyi “Janganlah kalian menyebut kata sayyid untukku saat sholat” adalah hadits batal
wallahu a'lam bissowab
Muhammad hamzah alhafifz