Jumat, 11 Agustus 2017
pandangan wali
Pandangan Wali
Imamul Haddad berkata dalam sebuah bait syairnya,
"Engkau harus memiliki seorang Guru (Syeikh) yang selalu engkau ikuti jejaknya. Pilihlah mereka dari kalangan yang berhati bersih untuk menuju keapda Allah."
Imam Ali Habsyi berkata: "Barangsiapa di zamannya tidak pernah bersahabat dengan seorang Guru (Syeih) yang arif dan kokoh. hidupnya berlalu begitu saja sedangkan ia termasuk orang-orang yang bangkrut."
Seorang arif mengatakan: "Barangsiapa yang tidak pernah memandang wajah orang yang beruntung pasti ia tidak akan beruntung."
Karena pandangan seorang auliya mampu menembus hati,
Dan bila ia telah menembus hati akan menghasilkan bibit,
Bibit itu akan selalu tumbuh dan tumbuh,
Ia mendapat siraman dari curahan rahmat Ilahi hingga orang tersebut menjadi pribadi yang didekatkan oleh Allah SWT berkat pandangan aulita tersebut.
Seorang arif bersyair, "Satu pandangan darinya bila memang mengenai seseorang. melalui pandangan kasih sayang, atas izin Allah pasti dapat menghidupkannya.
Imamul Haddad berkata: "Para pembimbing manusia beruntunglah orang yang melihat mereka dan duduk dengan mereka meski sekali seumur hidup."
Karena mereka para guru (masyayikh) itu ibarat permata merah.
Apabila mereka telah memberikan pandangan pada seseorang niscaya mereka memberinya keberkahan dan rahmat,
Dan bila seseorang melihat mereka ia dapat mengambil manfaat cahaya mereka dan mengambil cahaya itu hingga cahaya-cahaya tersebut menyelimutinya kemudian mencapai sisi Allah SWT,
dan mengentasnya dari kelalaian dan kemaksiatannya.
Dikisahkan oleh Imam Ali Habsyi bahwa di masa dahulu ada seorang lelaki yang sejak kecil selalu bermaksiat.
Suatu hari ia berjalan melewati rumah seorang wali. Ia melihat pintu rumah sang wali terbuka. Ia berkata dalam hati,
"Aku ini sejak diciptakan Allah selalu bermaksiat. Sedangkan sang wali itu, ia sejak diciptakan Allah selalu taat. Aku ingin masuk ke rumahnya dan MEMANDANG tubuh yang taat itu dari ujung kaki hingga ujung rambut, semoga di hari kiamat kelak aku memperoleh syafaatnya."
Ia lalu ia masuk ke rumah itu. Saat itu sang syeikh sedang berdiri di depan pintu. Lelaki itu lalu memandang sang syeikh dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah itu ia pergi. Baru beberapa langkah ia bertemu dengan salah seorang murid sang syeikh tadi.
Mengapa kau pergi meninggalkannya?" tanya si murid.
"Aku hanya ingin menatapnya. Kukatakan pada diriku semoga dzat yang taat itu memberi syafaat kepada dzat yang suka maksiat ini."
Si murid lalu menemui sang syeikh dan berkata, "Apakah tadi ada seorang lelaki datang menemuimu?"
"Ya, ia berhenti di pintu kemudian pergi begitu saja," jawab sang syeikh.
"Aku juga melihatnya meninggalkanmu. Kutanyakan mengapa ia berbuat demikian, ia lalu menjelaskan alasannya," kata si mruid menjelaskan alasan si lelaki.
"Benarkah ia berkat demikian?"
"Benar"
"Kalu demikian, tidak ada yang pantas memegang sir-ku kecuali dia. Panggillah dia!"
Si murid lalu mencari mencari dan bertemu dengannya di pasar.
"Cepat ke mari, kau akan memperoleh sesuatu tanpa harus bersusah payah." ajak si murid.
Sang syeikh kemudian memberikan sir-nya. Lelaki itu akhirnya menjadi khalifah sang syeikh dan menggantikan kedudukannya untuk mendidik murid-muridnya.
Begitulah para masyayikh yang sejati,
Mereka laksana tiang utama bagi pencari jalan akhirat,
Tiang penegak agama,
Sumber turunnya rahmat,
Dan tiang penegak hidayah.
Sebagaimana kata pepatah:
"Bersimpuh dihadapan ulama lebih utama daripada belajar tanpa guru."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar