Senin, 26 Desember 2016

maulidan

Maulidan ( Bagihan Kedelapan ) -=Kyai Madad Salim=- . Banyak catatan para ulama yang menyatakan bahwa perayaan maulid Nabi Muhammad SAW baru dikenal pada akhir abad ketiga hijriyyah , oleh seorang Sultan dari negeri Irbil , Malik Abu Said al Mudhoffar . . . Tercatat pula sebuah kitab Maulid yang ditulis secara khusus untuk Malik Al Mudhaffar adalah kitab Maulid berjudul التنوير بمولد النبويّ البشير Attanwir Bimaulidin nabawiyyil Basyir , buah karya Al Hafidz Ibnu Dahiyya . . . Perayaan yang sangat meriah yang saat dihitung jumlah shadaqah yang dibagikan sang penguasa irbil dalam rangka kegembiraan memperingati hari kelahiran nabi tersebut lebih dari 300 ribu keping emas . Kalau sekarang satu keping emas , itu ( missal ) beratnya 3 gram emas murni 24 karat , satu gramnya jika dirupiahkan 400 ribu rupiah , maka kalikan 300 ribu . berapa totalnya ? . ( kalau kami di sini setiap perayaan maulid paling-paling habis 100 ribu rupiah untuk beli Krupuk …itu saja berat rasanya hati mengeluarkannya . :) ) . . Pada Abad kelima ,Sultan Shalahuddin dari dinasti Ayyubiyyah oleh para ahli sejarah dikenal sebagai penguasa yang berliran Sufi dan senang menggunakan Maulidan sebagai salah satu washilah perjuangan dan jihadnya . Hal ini dapat dimaklumi , mengingat hubungan baik Sultan Saladin tersebut dengan dinasti Syi’ah Fathimiyyah yang masih menguasai Mesir saat itu . . . Dan memang dinasti Fathimiyyah ; sebenarnya mereka adalah satu kelompok barabar Afrika yang mengaku sebagai keturunan Alawiy , padahal sebetulnya bukan , Dianggap banyak kalangan yang mencetuskan perayaan maulidan . Saat kekuasaan mereka berakhir ditangan para Sultan Ayyubiyyah , maka Mesir kemudian menjadi pusat pemerintahan Islam terbesar yang sangat memakmurkan perayaan – perayaan maulid Nabi SAW . . . Menurut catatan Syaikh Al Haitsamiy , para penduduk Mesir dan sekitarnya ( Syam serta Iraq ) adalah mereka yang palaing mensyi’arkan Maulid . Dikatakan bahwa penguasa mesir di tahun 785 Hijriyyah , al malikud Dhahir membuat perayaan Maulid yang sangat meriah . . . Pada abad yang sama , para penguasa muslim daratan India , dan daulah Umawiyyah di Andalusia juga melakukan perayaan – perayaan serupa , bahkan dikatakan yang paling besar dari perayaan-perayaan maulid tersebut adalah perayaan di India yang mana total biaya sertainfaq raja-raja mereka melebihi yang di Mesir ataupun yang lainnya . . . Tercatat pula pada akhir abad keenam hijriyyah dari benua afrika ( Maghrib ) ada seorang Ulama yang sangat dikenal memeriahkan hari kelahiran Nabi SAW . Syaikh yang bernama Al Imam Ahmad bin Muhammad Al Azafiy as Sabatiy pada masa hidupnya selalu merayakan maulidan dan setiap kali maulid tidak kurang 100 mitsqol Emas beliau sedekahkan ! Begitulah menurut catatan Ibnu Khaldun dan juga termaktub dalam kitab الدرر المنظم فى مولد انبيّ المعضم Addurorul muadhom fi Maulidin nabiyyim Mu’adhom . . . Namaun yang menarik adalah Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz pernah menyatakan bahwa dalam dunia islam , terhitung ( malis ) Maulidan yang pertama dilakukan adalah di jaman nabi Muhammad SAW itu sendiri . . . Kata beliau : “ مولد النبي بين يديّ النبيMaulid Nabi yang dilakukan didepan Baginda nabi “ Maksud Habib Umar adalah begini : “ jika selama ini majlis maulid yang dilakukan oleh para Ahlis Sunnah adalah membaca sirah kehidupan dan kemulian Baginda nabi , maka amalan seperti ini dijaman nabi SAW sudah pernah dilakukan ! “ . . Yang dikehendaki Habib Umar bin Hafidz adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh : Al Hafidz Ibnu Hajar di Al Ishobah juz 1 Halaman 433 , Al Hafidz Ibnu Abdil barr di Al Isti’ab Juz 3 Halaman 340 , Al Hakim di Al Mustadrok juz 3 Halaman 337 , Al Hafidz Ibnu Katsir di As Sairah juz 1 halaman 195 . Tentang Sayyidina Abbas Ibnu Abdul Muthalib paman Baginda Nabi Saw , dia berkata : “ Ya Rasulullah , aku ingin ( bersyair ) memujimu . “ Rasulullah SAW menjawab : “ Bersyairlah ,semoga Allah tidak merusak ( gigi-gigi ) mulutmu “ Dan memang berkah do’a Rasulullah SAW , sayyidina Abbas yang berusia panjang itu sampai meninggal dunia tidak ada satu gigi beliaupun yang tanggal . . . Sayyidina Abbas kemudian bersenandung syairnya yang terkenal , yang menuturkan bagaimana keberadaan ( Nur ) beliau sebelum diturunkan ke Bumi , ada dalam bayang-bayang pepohonan Surga bersama nabi Adam . Bersama saat Nabi Adam memungut dedaunan surga untuk menutupi auratnya sesaat sesudah memakan syajarah . . . Beliau juga ikut turun ke Bumi saat nabi Adam diturunkan ke sana . Ada bersama Perahu nabi Nuh saat semua ummat yang durhaka tenggelam binasa . bersama dengan nabi Ibrahim Kholilullah saat dilemparkan ke dalam kobaran Api numrud . Dan kemudian di turunkan ke Makkan dimana cahaya hidayah dan risalah beliau memenuhi jagad raya menjadi petunjuk sekalian ummat manusia . . . bait-bait syair Sayyidina Abbas begitu indah : MIN QOBLIHA TIBTA FIDH DHILALI WAFI MUSTAUDA’IN HAITSU YUHSAFUL WAROQU TSUMMA HABATTAL BILADA LA BASYARUN ANTA WALA MUDH GHOTUN WALA ‘ALAQU BAL NUTFATUN TARKABUS SAFINA WAQOD ULJAMA NASRON WA AHLUHUL GHOROQU TUNQOLU MIN SOLIBIN ILA ROHIMIN IDZA MADHO ‘ALAMUN BADA THOBAQU WARODTA NAROL KHOLILI MUKTATAMAN FI SULBIHI ANTA KAYFA TAHTARIQU HATTAH TAWA BAYTAKAL MUHAYMINU MIN KHONDAFIN ‘ALYA A TAHTAHAN NUTHUQU WAANTA LAMMA WULIDTA ASYROQOTIL AR_ DHU WADHOAT BINURIKAL UFUQU FANAHNU FI DHALIKADH DHIYAI WAFIN_ NURI WAS SUBULIR ROSHADI NAHTARIQU . . Rangkaian kata dalam syair tersebut yang menuturkan kronologis kewujudan Baginda Nabi mulai dari Nur nya , dia ala Arwah dan terus wujud kealam asbah dalam rangkaian penting peristiwa – peristiwanya , seperti : Dalam peristiwa Syajarah Dalam peristiwa Waraqil Jannah Dalam peristiwa Safinati Nuh Dalam peristiwa Narul Kholil Dan selanjutnya dan selanjutnya ini adalah narasi yang memukau tentang Maulid Nabi . Tetapi yang lebih memukau lagi adalah , kisah-kisah itu dibacakan , di imlakkan , disenandungkan dihadapan muka Baginda Nabi SAW itu sendiri . . . Jika pembacaan kisah-kisah Maulid dianggap bid’ah , maka sama artinya menganggap Sayyidina Abbas sebagai pelaku Bid’ah , dan sama halnya menganggap Baginda Nabi yang merestui , sebagai Nabi penyuka Bid’ah   … Menggelikan sekali jadinya …. . . ( Bersambung )

Selasa, 20 Desember 2016

niat hidup gus yusuf

Bismillahirrahmanirrahim Niat ingsung mung siji sawijine trep mung karo ati.... Awak iki mung kanggo raga sawetara... Ananging bakal ditinggal salawase...... Urip kang becik iku rasa rumongso lan ngerumangsani..... Sak tekane dalan iki bakal tak lakoni.... Mati lan urip jalaran seko ati....

umar bin khattab

Sabtu, 01 Februari 2014 Umar bin Al-Khattab (Sahabat Rasululah yang Pemberani). بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ Tiga belas tahun setelah kelahiran Rasulullah, datanglah waktu kelahiran tokoh yang legendaris ini. Wajah Al-Khattab bin Nufail yang merupakan ayah dari Umar bin Al-Khattab,tampak cerah menerima ucapan selamat dari kaum kerabatnya dan terlihat begitu senang hatinya dengan kehadiran putra kecilnya tersebut. Kemudian ia menuju ke rumahnya untuk mengucapkan selamat kepada istrinya, Hantamah binti Hasyim serta dipilihnya Umar sebagai nama putra kecilnya yang baru lahir itu. Yaitu untuk Umar bin Al-Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Nasab Umar bertemu dengan nasab Rasulullah pada jalur Ka’ab bin Luay. Nama keluarga beliau adalah Abu Hafsh, yang berarti Bapaknya Singa sebagai lambing keberaniannya yang bagaikan auman dan terkaman raja rimba. Sedangkan nama gelarnya adalah Al-Faruq, yang berarti orang yang dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan. Penulis akan langsung menceritakan bagaimana proses keislaman dari tokoh legendaris ini. Suatu malam, beliau keluar rumah hingga tiba di Masjidil Haram. Beliau menyibak kain penutup Ka’bah, dan beliau melihat Rasulullah sedang menunaikan shalat. Saat itu Rasulullah sedang membacakan salah satu firman Allah yang mulia, yaitu surat Al-Haqqah. Umar bin Al-Khattab pun menyimak bacaan Al-Qur’an itu dan ia merasa takjub terhadap susunan bahasanya. Ia berkata dalam hati, “Demi Allah, sudah pasti ini adalah ucapan seorang penyair yang biasa diucapkan oleh orang-orang Quraisy.” Lalu Rasulullah membacakan ayat: إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, QS:Al-Haaqqah | Ayat: 40 وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. QS:Al-Haaqqah | Ayat: 41 Mendengar bacaan tadi, Umar bin Al-Khattab pun berkata dalam hatinya, “Kalau begitu, ini pasti ucapan dari tukang tenung.” Lalu Rasulullah meneruskan bacaannya: وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. QS:Al-Haaqqah | Ayat: 42 تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. QS:Al-Haaqqah | Ayat: 43 Beliau meneruskan bacaannya hingga akhir surat seperti yang diceritakan Umar sendiri, maka mulai saat itulah cahaya Islam mulai menyusup ke dalam hatinya yang dulunya keras terhadap Islam. Inilah awal mula benih-benih Islam merasuk ke dalam hati Umar bin Al-Khattab dan hal ini juga karena berkat dari doa Rasulullah: “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan masuknya Umar bin Al-Khattab secara khusus” (HR. Ibnu Majah) Maka Umar setelah itu datanglah ia ke rumah Arqam bin Abu Al-Arqam— yang tak lain adalah tempat di mana Rasulullah menyebarkan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi—untuk masuk Islam. Membicarakan keutamaan Umar bin Al-Khattab merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan meneladaninya dalam segala hal aspek dunia dan akhirat. Allah menganugerahkan kepada Umar bin Al-Khattab banyak keutamaan dan kelebihan yang dimiliki oleh hamba-hamba Allah yang lain. Berikut ini beberapa contoh tentang keutamaan Umar bin Al-Khattab: 1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa Umar bin Al-Khattab termasuk penghuni surga. Sungguh hal ini merupakan keagungan dan ketinggian dari kedudukan Umar bin Al-Khattab. Di waktu ia msih hidup, diberitakan sebuah kabar gembira bahwa kelak ia akan memasuki surga Allah. Yang sangat menakjubkan, berita itu bersumber dari lisan Rasulullah sendiri yang perkataannya tak pernah didustakan sedikit pun. Dari Sa’id bin Zaid, bahwa ia berkata, “Aku bersaksi atas nama Rasulullah, aku mendengar bahwa beliau bersabda, ‘(Sepuluh sahabat yang akan memasuki surga adalah): (1) Abu Bakar Ash-Shiddiq; (2) Umar bin Al-Khattab; (3) Utsman bin Affan; (4) Ali bin Abu Thalib; (5) Thalhah bin Ubaidullah; (6) Az-Zubair bin Al-Awwam; (7) Abdurrahman bin Auf; (8) Sa’ad bin Abu Waqqash; (9) Sa’id bin Zaid; (10) Abu Ubaidah bin Al-Jarrah’.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad) Dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, “Rasulullah pernah bersabda di atas bukit (gua) Hira bersama Abu Bakar, Umar bin Al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidullah, dan Az-Zubair bin Al-Awwam. Tiba-tiba bukit tersebut bergetar, maka beliau pun bersabda, ‘Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid’.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad) 2. Seorang yang disegani, hingga setan akan lari terbirit-birit jika berpapasan dengannya. Setan adalah faktor terbesar dalam menjerumuskan manusia kepada tindakan kemaksiatan. Mereka adalah musuh terburuk bagi manusia hingga Allah memerintahkan kepada umat manusia agar menjadikannya sebagai musuh yang nyata. Begitulah peran berbahaya dari setan. Namun keperkasaan dan kekuatan setan untuk merayu manusia agar menjadi penghuni neraka Jahanam bersamanya bertekuk lutut dan tidak berdaya di hadapan Umar bin Al-Khattab. Rasulullah bersabda, “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, kamu tidak akan menjumpai setan berjalan pada suatu jalan melainkan ia berjalan di jalan selain jalanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Rasulullah juga pernah bersabda kepada Umar, “Sesungguhnya saya melihat setan-setan jenis manusia dan jin berlarian dari Umar.” (HR. At-Tirmidzi) 3. Kemuliaan Umar bin Al-Khattab tak sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada kebenaran dirinya. Di bawah naungan tarbiyah nubuwah, Umar menjadi sosok pribadi yang hatinya dipenuhi dengan cahaya kebenaran dan keislaman. Hal ini membuahkan kejernihan dan keputihan hatinya. Oleh karena itu, meluncurlah dari lisan Umar sebuah kebenaran yang luar biasa. Ia mengusulkan agar tawanan Perang Badar dipenggal, lalu Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat agar istri-istri Nabi Muhammad berhijad, lalu Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat untuk menjadikan tempat Nabi Ibrahim saat berdiri mendirikan Ka’bah sebagai tempat shalat, lalu Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Umar berkata kepada para istri Nabi Muhammad pada waktu berkumpul dengan mereka sebab rasa cemburu di antara mereka kepada beliau, “Apakah kalian akan menghentikan tindakan kalian atau Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian?” Kemudian ayat Al-Qur’an turun bersesuaian dengan pendapat Umar bin Al-Khattab tersebut. Allah berfirman: عَسَىٰ رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. QS:At-Tahriim | Ayat: 5 Tatkala Abdullah bin Ubai bin Salul wafat, Rasulullah berdiri hendak menyalatinya, lalu Umar menarik baju beliau agar tidak melakukannya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia seorang munafik!” Lalu beliau tetap menyalatinya, maka Allah menurunkan firman-Nya kepada beliau yang berbunyi: وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. QS:At-Taubah | Ayat: 84 Umar adalah penjaga dan pemelihara Islam, karena Allah menjadikan kebenaran pada lisannya. Ibnu Umar meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran pada llisan dan hati Umar.” (HR. At-Tirmidzi) Ibnu Umar berkata, “Tidaklah ada suatu perkara yang terjadi di kalangan para sahabat, lalu mereka membahasnya begitu pula Umar, melainkan Al-Qur’an turun sesuai dengan pendapat Umar.” 4. Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Allah. Suatu keistimewaan luar biasa yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya ini. Yaitu hatinya telah dibisikkan sesuatu oleh Allah untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan kesesatan, antara kekufuran dan keimanan, dan antara ketaatan dan kefasikan. Rasulullah bersabda, “Sungguh pada umat-umat terdahulu sebelum kalian, ada orang-orang yang diberi ilham, maka jika ada pada umatku seorang saja, sesungguhnya itu adalah Umar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 5. Salah satu penyebab kejayaan Islam. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kita senantiasa dalam kemuliaan sejak Umar masuk Islam.” (HR. Al-Bukhari) Umar dikenal di masa Jahiliyah sebagai orang yang sangat pemberani. Oleh karena itu, Rasulullah sangat berharap terhadap keislamannya hingga beliau berdoa, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan Umar bin Al-Khattab dan Amr bin Hisyam.” Doa Rasulullah terkabul dan terbukti dengan keislaman Umar sehingga barisan kaum Muslimin semakin kuat dan perkasa. Umar mengajak kaum Muslimin agar menampakkan keislamannya dengan terang-terangan. Kepribadian Umar bin Al-Khattab sungguh sangat menakjubkan. Mengenali aspek kepribadiannya bagaikan bahtera yang berlayar di samudera yang luas tak berpantai. Butiran-butiran mutiara-mutiara kebaikannya tak pernah sirna sepanjang masa dan zaman. Berikut paparan sebagian kepribadian Umar, sosok pemimpin hebat nan tangguh: a. Kesederhanaannya. Tatkala harta rampasan perang dari tentara Raja Persia dikirim kepada Umar untuk dibagikan kepadanya dan kaum Muslimin, tiba-tiba beliau membandingkan dengan pandangan mata dan pandangan hatinya antara kehidupannya dengan kehidupan kedua sahabatnya, yaitu Rasulullah dan Abu Bakar. Maka ia mendapati bahwa Allah telah menyelamatkan keduanya dari melihat harta yang menggoda tersebut. Maka ia pun takut jika diuji dengan harta tersebut sebagai kenikmatan yang menyeret seseorang kepada kebinasaan. Ia pun menangis seraya berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah mencegah harta ini dari Rasul-Mu, padahal beliau lebih Engkau cintai dan lebih mulia di sisi-Mu daripada aku. Dan engkau telah mencegahnya dari Abu Bakar, padahal ia lebih Engkau cintai dan lebih mulia daripada aku. Kemudian Engkau memberikannya kepadaku, maka aku berlindung kepada-Mu dari harta yang telah Engkau berikan kepadaku untuk mencelakakanku.” Kemudian beliau pun menangis hingga orang-orang yang ada di sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Lalu ia berkata kepada Abdurrahman bin Auf, “Aku bersumpah kepadamu agar menjualnya lalu membagikannya kepada manusia sebelum datangnya sore hari.” Ahnaf bin Qais berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di pintu rumah Umar, tiba-tiba lewatlah seorang budak wanita. Orang-orang berkata, ‘Ini budak wanita milik Amirul Mukminin.’ Mendengar itu, Umar membantah, ‘Bukan, ia bukan milik Amirul Mukminin, Tapi termasuk dari harta Allah.’ Lalu kami bertanya, ‘Lalu apa boleh baginya dari harta Allah?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya tidak halal bagi Umar dari harta Allah kecuali dua pakaian, satu pakaian untuk musim panas serta apa yang saya pakai untuk haji dan umrah. Makananku dan keluargaku tidak berbeda dengan apa yang dinamakan oleh salah seorang Quraisy’.” Ketika pada masanya terjadi musim paceklik, maka selama setahun beliau tidak pernah makan daging atau minyak samin. Qatadah berkata, “Umar mengenakan jubah dari wol yang bertambal padahal beliau adalah khalifah. Ia berkeliling di pasar-pasar dengan membawa tongkat kecil di pundaknya untuk mendidik orang-orang.” Anas berkata, “Aku melihat empat tambalan di baju Umar di antara dua pundaknya.” Suatu hari beliau menjenguk Ashim, putranya. Beliau mendapati anaknya sedang memakan daging, lalu Umar berkata, “Apa ini?” Ashim menjawab, “Kami sedang berselera untuk memakan daging.” Umar berkata, “Apakah setiap kali engkau berselera terhadap sesuatu engkau akan memakannya? Cukuplah sebagai pemborosan jika seseorang memakan semua yang diinginkannya!” b. Kedermawanannya. Tangan kedermawanan Umar laksana angin yang berhembus. Ia berlomba-lomba dengan Abu Bakar untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah. Ia ingin sekali mengalahkan Abu Bakar dalam hal kebaikan. Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab, ia berkata, “Rasulullah menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu saya sedang memiliki harta. Lalu saya katakan, ‘Hari ini saya akan mengalahkan Abu Bakar, di mana saya tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini. Saya datang kepada Rasulullah untuk menginfakkan separuh dari harta milik saya. Rasulullah bertanya kepada saya, ‘Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ Saya katakan kepada Rasulullah bahwa saya meninggalkan seperti apa yang saya infakkan. Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan menginfakkan semua hartanya. Rasulullah pun menanyakan kepadanya, ‘Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ ‘Saya menyisakan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.’ Saya pun berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin dapat mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya’.” c. Rasa Takutnya Kepada Allah. Anas bin Malik berkata, “Aku pernah memasuki suatu kebun, lalu aku mendengar Umar berkata—antara aku dan ia terhalang sebuah tembok—, ‘Umar bin Al-Khattab, Amirul Mukminin, ah!!! ah!!! sungguh engkau harus takut kepada Allah, wahai Anak Al-Khattab! Atau kalau tidak maka Allah akan menyiksamu!’.” Al-Hasan berkata, “Kadang-kadang ketika Umar memaca satu ayat dari bacaan rutinnya, maka ia terjatuh sakit hingga dijenguk berhari-hari.” Muhammad bin Sirin berkata, “Suatu hari, Mertua Umar bin Al-Khattab datang menemuinya, lalu ia meminta kepada Umar supaya memberinya sejumlah uang dari Baitul Mal. Umar membentaknya seraya berkata, ‘Engkau ingin agar aku menghadap Allah sebagai raja yang berhianat?’ Kemudian Umar memberinya dari hartanya sendiri sebanyak 1.000 dirham.” Demikianlah sikap wara’ dari Umar bin Al-Khattab, hingga An-Nakha’i berkata, “Sesungguhnya Umar biasa berdagang padahal beliau adalah seorang khalifah.” Abdullah bin AUmar berkata, “Aku tidak pernah melihat Umar marah lalu disebut nama Allah di sisinya atau seseorang membaca ayat Al-Qur’an, melainkan marahnya akan berhenti dan segera mengurungkan niatnya.” d. Sosok Problem Solver. Umar bin Al-Khattab adalah sosok yang teguh hatinya dan mempunyai pertimbangan yang matang dalam menentukan kebijakan. Dalam menghadapi problematika yang melanda kaum Muslimin, ia senantiasa mencari solusinya dan jalan keluar untuk kemaslahatan umat. Salah satu contoh bahwa Umar adalah sosok problem solver adalah saat minuman keras masih dihalalkan pada kaum Muslimin. Umar berpendapat bahwa minuman keras akan menghilangkan akal dan menghabiskan harta kemudian ia berdoa, “Ya Allah, berilah penjelasan kepada kami tentang perihal minuman keras, karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan akal dan harta.” Kemudian turunlah wahyu kepada Rasulullah: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. QS:An-Nisaa | Ayat: 43 Akan tetapi kebiasaan meminum minuman keras di kalangan umat belum juga berhenti. Maka Umar kembali memohon kepada Allah, “Ya Allah, jelaskanlah kepada kami perihal minuman keras dengan keterangan yang pasti, karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan akal dan harta.” Kemudian turunlah ayat kepada Rasulullah: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. QS:Al-Maidah | Ayat: 90 إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). QS:Al-Maidah | Ayat: 91 e. Peduli Terhadap Anak-Anak dan Janda. Kepedulian Umar terhadap anak-anak merupakan bukti nyata bahwa ia adalah orang yang sangat memperhatikan generasi mendatang. Hal ini juga menjadi bukti bahwa ia lebih maju daripada peradaban modern. Umar memandang bahwa subsudu bagi anak-anak merupakan hak yang wajib diberikan. Ia berpendapat bahwa masalah utama dalam memberikan hak-hak mereka semenjak mereka disapih. Umar menetapkan subsidi bagi anak yang sedang menyusu 100 dirham. Manakala beranjak besar menjadi 200 dirham. Kemudian Umar mengubah subsudi bagi anak-anak dan menetapkannya semenjak lahir. Hal ini ia lakukan setelah ia memergoki seorang wanita yang tergesa-gesa menyapih anaknya. Ketika ditanya, wanita itu menjawab, “Umar tidak memberikan subsidi kecuali hanya bagi anak-anak yang sudah disapih.” Jawaban wanita tersebut benar-benar menyadarkannya, hingga saat usai shalat Umar berkata, “Berdosalah Umar! Betapa banyak anak-anak kaum Muslimin yang ia bunuh.” Lalu Umar meminta kepada seorang sahabat untuk mengumpulkan kaum Muslimin seraya berkata, “Janganlah terburu-buru untuk menyapih anak kalian. Sebab kami telah menetapkan subsidi untuk anak yang baru lahir.” Kepedulian Umar juga meliputi para janda. Oleh karena itu, ia menetapkan subsidi bagi para janda dan ia sangat peduli agar setiap orang memperoleh haknya. Perhatiannya kepada para janda sebagai realisasi sabda Rasulullah, “’Penyantun para janda dan orang-orang miskin bagaikan mujahid yang berperang di jalan Allah.’ Aku (sang perawi hadits) menyangka beliau bersabda, ‘Bagaikan orang yang menegakkan shalat malam terus-menerus dan berpuasa tak terputus-putus’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq merasakan telah dekat ajalnya, maka beliau berpikir mencari penggantinya untuk memimpin kaum Muslimin. Sehingga beliau memutuskan untuk mengangkat Umar, lalu beliau memanggil Utsman menulisnya: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ “ini adalah pernyataan Abu Bakar, khalifah Muhammad di saat akhir hidupnya di dunia, dan mulai memasuki gerbang akhirat, di mana orang kafir beriman, orang yang zalim yakin, dan pendusta akan jujur, aku mengangkat setelahku untuk memimpin kalian yaitu Umar bin AL-Khattab. dengarkan dan taatilah ia. Sesungguhnya aku menginginkan kebaikan untuk Allah, Rasul-Nya, agama-Nya, diriku dan kalian. Jika ia berbuat adil, maka itulah dugaan dan ijtihadku tentangnya. Dan jika ia berubah, maka aku tidak mengetahui perkara ghaib, setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakannya. Dan orang-orang zalim akan mengetahui tempat kembali mereka.” Kemudian beliau memerintahkan berbaiat, dan dibacakan kepada kaum Muslimin. Mereka berkata, “Kami dengar dan kami taati.” Setelah Umar bin Al-Khattab menjadi khalifah, beliau memiliki jasa-jasa yang tak terlupakan, yaitu: 1. Perhatian Terhadap Umar. Sebagai khalifah, hidup sahabat Nabi yang dikenal dengan sebutan “Abu Hafsh” ini benar-benar didedikasikan untuk mencapai ridha Ilahi. Ia berjuang demi kepentingan umat, dan benar-benar memperhatikan kesejahteraan umat. Pada malam hari, ia sering melakukan investigasi untuk mengetahui keadaan rakyat jelata yang sebenarnya. Suatu malam, beliau mendengar suara samar-samar dari gubuk kecil, Umar pun mendekat dan memperhatikan dengan seksama suara itu. Ia melihat seorang ibu yang sedang dikelilingi oleh anak-anaknya yang sedang menangis. Ibunya kelihatan sedang memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang ibu berkata, “Tunggulah, sebentar lagi makanannya akan matang.” Sebuah rayuan darinya. Umar pun penasaran. Setelah memberi salam dan minta izin, ia pun masuk dan bertanya, “Mengapa anak-anakmu tak berhenti menangis?” “Mereka kelaparan!” Jawab sang ibu. “Mengapa engkau tak memberikan makanan yang engkau masak dari tadi?” Tanya Umar. “Tak ada makanan. Periuk yang dari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarkanlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.” “Mengapa engkau tidak meminta pertolongan kepada khalifah? Mungkin ia dapat menolongmu dan anak-anakmu dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Iatu akan membantu kehidupanmu dan anak-anakmu.” Ujar Umar menasehati. “Khalifah telah menzalimi saya…” Jawab sang ibu. “Bagaimana khalifah bisa berbuat zalim kepadamu?” Tanya Umar keheranan. “Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu ada banyak orang yang bernasib sama dengan saya.” Jawab sang ibu yang menyentuh hati Umar. Umar berdiri dan berkata, “Tunggu sebentar, saya akan kembali.” Walaupun malam semakin larut, ia bergegas menuju ke Baitul Mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum di pundaknya. Satu sahabatnya, ingin menawari bantuan kepada khalifah karena merasa kasihan. Tapi dengan tegas Amirul Mukminin Umar menjawab, “Apakah kamu mau memikul dosa-dosa saya di akhirat kelak?” 2. Baitul Mal. Orang yang pertama kali membuat system Baitul Mal adalah Umar bin Al-Khattab, yaitu pemasukan zakat dari kaum Muslimin dan pembayaran jizyah dari kaum kafir yang meminta perlindungan dari Islam, seperlima dari hasil rampasan perang, dan warisan dari orang Muslim yang meninggal yang tidak mempunyai ahli waris. Baitul Mal yang lepas dari kezaliman, bersih dari perbuatan-perbuatan para raja yang mengambil harta rakyatnya dengan kezaliman. Adapun penyaluran uang Baitul Mal; zakat yang diberikan kepada orang yang berhak menerima zakat. Jizyah disalurkan di jalan Allah, yaitu untuk membiayai pasukan perang. Seperlima hasil rampasan untuk Allah dan Rasul-Nya, kerabatnya, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin serta orang yang dalam perjalanan. 3. System Administrasi Rapi. Sahabat Umar adalah seorang administrator yang ulung. Bukti dan kenyataan dari hal tersebut adalah semenjak ia memegang tampuk kekhalifahan. Pekerjaan pertama yang dilakukan olehnya adalah menetapkan penanggalan atau kalender Hijriyah. Alasannya, surat-surat administrasi yang disampaikan kepadanya oleh para pegawai pemerintahan dan para panglima perangnya, hanya mencantumkan tanggal dan bulan saja, tanpa tahun. Hal ini disebabkan umat Islam belum memiliki kalender khusus yang mereka miliki. Melihat hal itu, Umar merasa prihatin dan meminta para sahabat agar menetapkan kalender bagi kaum Muslimin. Umar mengusulkan agar menjadikan peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah sebagai awal permulaan kalender Islam. Alasannya, hijrahnya Rasulullah merupakan pondasi awal bagi pembentukan Negara Islam yang mencakup Jazirah Arab di bawah naungan panji-panji Islam, kemudian meluas hingga mencakup Mesir, Irak, dan sebagian besar negeri Persia. Pekerjaan kedua yang dilakukan olehnya yaitu membagi harta rampasan perang. Hasil pajak dan upeti dibagi 4/5-nya bagi bala tentaranya, sedang sisanya untuk Umar. Apabila seseorang memiliki tanah, ia mempunyai hak untuk memetik hasilnya dengan memberikan pajak penghasilan. Umar juga menerima 1/5 dari pajak bumi dan upeti, yang dibebankan bagi musuh yang kalah nerperang dan enggan untuk memeluk Islam. Dengan demikian, beliau memiliki harta yang banyak dan melimpah. Ia mendirikan sebuah kantor yang mengurusi semua harta yang masuk padanya agar dapat dibagikan kepada umatnya secara adil dan merata. Umar menyuruh kepada tiga orang Quraisy agar masing-masing mendata warga kabilahnya yang dimulai dari warga Bani Hasyim. Tujuan itu semua adalah bahwa harta tidak boleh dibagikan kecuali untuk tujuan yang baik dan jelas, yaitu biaya untuk memperkuat armada perang. Apabila mereka berperang, Amirul Mukminin wajib memberikan hak mereka dari harta tersebut dan membiarkan mereka berhak atas harta rampasan. Umar juga menetapkan hak-hak bagi para keluarga dan janda-janda mereka. Umar menyerahkan hak tersebut kepada umatnya, dengan caranya sendiri. Beliau memulainya dari keluarga Rasulullah baru kemudian kaumnya, sesuai dengan fungsi dan jabatannya. Saat memberikan hak, ia mengurutkan umatnya sesuai jangka lamanya seseorang memeluk Islam, pengorbanannya bagi Islam dan ketekunannya dalam membaca Al-Qur’an. Bagi kaum Muhajirin sebelum peristiwa penaklukan Mekkah, Umar menetapkan hak mereka sebesar 3.000 dirham setiap tahun, dan bagi orang yang ikut Perang Badar sebanyak 5.000 dirham. Sedangkan bagi yang ikut hijrah ke Habasyah dan mengikuti Perang Uhud memperoleh jatah 4.000 dirham. Sementara bagi keluarga yang ditinggal Perang Badar memperoleh bagian sebanyak 3.000 dirham kecuali Hasan dan Husain. Umar memberikan mereka sebanyak 5.000 dirham. Dan bagi Usamah bin Zaid sebanyak 4.000 dirham. Mengetahui pembagian ini, putranya yang bernama Abdullah bin Umar protes, “mengapa engkau menetapkan bagiku hanya sebesar 3.000 dirham, sedangkan bagi Usamah engkau berikan 4.000 dirham?” Umar menjawab, “Aku melebihkan bagiannya karena ia lebih dicintai oleh Rasulullah daripada engkau, dank arena ayahnya lebih dicintai Rasulullah daripada ayahmu.” 4. Ekspansi di Zaman Umar. Setelah orang-orang membaiat Umar, beliau langsung melanjutkan tugas-tugas yang diemban Abu bakar. Di antaranya adalah meneruskan penaklukkan kota-kota di Syam, Persia dan Benua Afrika. Sehingga banyak kota yang dibebaskan di masa kekhalifahan Umar bin Al-Khattab. kota tersebut meliputi Babel, Basath, Jalaula, Masabdzan, Al-Ahwaz, Nahawand, Khurasan, Sijistan, Damaskus, Homs, Mesir, dan kota-kota lainnya. Zaman kekhalifahan Umar termasuk zaman yang gemilang dengan melimpahnya harta, hingga anak yang masih dalam kandungan pun sudah diberikan jatah untuk kehidupannya oleh Amirul Mukminin Umar. 5. Pembangunan Kota. Ada dua pembangunan kota besar setelah Madinah dan Mekkah, yaitu: a) Kota Kufah. Kota ini dibangun pada tahun 17 H. Arsiteknya adalah Abu Hayyaj bin Malik. Ia menjadikan lebar jalan utamanya yaitu 14 kaki, dan jalan kecilnya 7 kaki. Pertama kali yang dibangun adalah masjid, dan di sana dibangun juga sebuah istana Kufah dan rumah-rumah penduduknya secara teratur, baik bentuk bangunannya maupun jarak antara rumah-rumahnya. Kota ini terletak di tepi sungai sebelah barat sungai Eufrat, di antara kedanya dibatasi kebun-kebun kurma yang saling berdekatan, dan hijaunya dapat dilihat sejauh mata memandang. b) Kota Bashrah. Pada tahun yang bersamaan juga dibangun kota Bashrah, sebuah kota yang terletak di dekat teluk Persia di sebelah kota Dajlah. Umar bin Al-Khattab menjadikan ibukota Iraq menjadi dua bagian; sebelah atas ibukotanya adalah Kufah dengan gubernurnya adalah Sa’ad dan di sebelah bawah ibukotanya adalah Bashrah dengan gubernurnya adalah Utbah. 6. Pembentukan pos-pos perhubungan Di antara system informasi yang baru pada zaman Umar bin Al-Khattab adalah beliau membuat pos-pos di setiap 50 mil yang dihuni oleh beberapa orang disertai seekor kuda. Kegunaan pos ini adalah ketika Amirul Mukminin Umar memberikan perintah lewat surat kepada panglima atau gubernurnya di daerah yang biasa ditempuh selama sebulan dapat ditempuh dengan waktu setengahnya. Cara kerjanya adalah disetiap utusan itu berhenti, ia bisa beristirahat di pos itu dan memberikan surat tersebut kepada penjaganya, lalu penjaga tersebut mengantarkan surat tersebut kepada pos penjaga selanjutnya, dan begitulah seterusnya. Demikianlah jasa-jasanya terhadap perkembangan kaum Muslimin. Karena sifatnya, ia mendapatkan pujian dari para sahabat. Abu Bakar berkata, “Tidak ada seorang lelaki yang lebih aku cintai di muka bumi ini selain dari Umar bin Al-Khattab.” Abu Bakar tidak melihat orang yang lebih tepat untuk memegang jabatan kekhalifahan sepeninggal beliau selain Umar bin Al-Khattab, maka beliau pun berwasiat agar penggantinya sebagai khalifah adalah Umar. Ketika orang-orang bertanya kepada Abu bakar, “Apa yang akan engkau katakan kepada Allah kelak nanti sementara engkau telah menunjuk Umar bin Al-Khattab sebagai khalifah?” Abu Bakar pun menjawab, “Akan aku katakan kepada-Nya, bahwa aku menunjuk pemimpin mereka orang yang terbaik di antara mereka.” Ibnu Umar berkata, “Kami memilih siapa orang yang terbaik pada zaman Rasulullah, lalu kami memilih Abu bakar, kemudian Umar dan kemudian Utsman.” (HR. Al-Bukhari) Ibnu Umar berkata, “Aku tidak melihat seorang lelaki pun setelah wafatnya Rasulullah, orang yang tegas dan pemurah selain Umar.” Hudzaifah bin Al-Yaman berkata, “Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang lelaki yang tidak takut di jalan Allah kepada celaan orang-orang yang suka mencela selain Umar.” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Sesungguhnya masuk Islamnya Umar merupakan penaklukan, hijrahnya adalah sebuah kemenangan, dan kekhalifahannya adalah sebuah rahmat.” Keberhasilan Umar bin Al-Khattab dalam memerdekakan Negara dunia yang cukup luas, membuat musuh Islam dipenuhi perasaan iri dan dendam, terlebih Yahudi dan Nasrani. Untuk itulah muncul berbagai upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap Umar. Hingga terlaksananya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’luah Al-Majusi. Ia adalah budak milik Mughirah bin Syu’bah yang menikan beliau dengan 6 tikaman dengan belati yang memiliki dua mata kail hingga melukai Umar dan beberapa sahabat ketika sedang menunaikan shalat subuh. Tatkala seseorang mengetahui larinya, ia pun melempar mantel ke arahnya, maka seketika itu juga Abu Lu’luah bunuh diri. Akhirnya Umar syahid pada tahun 23 H. Setelah diangkat menjadi khalifah selama 10 tahun 6 bulan, beliau wafat dalam usia 63 tahun dengan gelar syahid. Anas bin Malik berkata, “Bahwa Rasulullah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman naik gunung Uhud, kemudian gunung itu berguncang. Maka Rasulullah bersabda, ‘tetaplah, wahai gunung Uhud, sesungguhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid’.” (HR. Al-Bukhari) Abu Lu’luah membunuh Umar karena rasa ketidakpuasannya atas keadilan yang diberikan oleh Umar terhadapnya menyangkut permasalahan upeti dan dihancurkannya kerajaan Persia. Abu Lu’luah pernah mengadu kepada Umar tentang berat dan benyaknya upeti yang harus dikeluarkannya. Tetapi Umar menjawab, “Upetimu tidak terlalu banyak.” Kemudian ia menggerutu, “Keadilam Umar menyangkut semua orang kecuali aku.” Ketika diberitakan kepada Umar bahwa yang membunuhnya adalah Abu Lu’luah, maka khalifah Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku Muslim.” Kemudian Umar berwasiat kepada putranya, “Wahai Abdullah, periksalah utang-utangku!” Menjelang wafatnya, beliau membentuk dewan pemilihan khalifah yang terdiri dari 6 orang sahabat, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Sa’ad bin Abu Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Az-Zubair bin Al-Awwam, dan Thalhah bin Ubaidullah. Setelah itu Umar juga memerintahkan putranya untuk menghadap Ummul Mukminin Aisyah guna meminta izin untuk dikuburkan berdampingan dengan kedua sahabatnya, yaitu Rasulullah dan Abu Bakar. Maka Aisyah pun memberikan izin kepadanya. Maka selesailah tugas kekhalifahan Umar dalam mengendalikan roda kepemimpinan kaum Muslimin. Akhirnya Amirul Mukminin Umar bin Al-Khattab pun meninggalkan dunia yang sementara ini dan menghadap kepada Allah Yang maha Esa. Allah dan Rasul-Nya telah memberikan kabar gembira kepadamu: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Ketika aku tidur, aku bermimpi berada di surga. Ada seorang wanita berwudhu di samping istana, aku bertanya, ‘Punya siapa istana ini?’ mereka menjawab, ‘Kepunyaan Umar.’ Maka aku teringat akan rasa cemburumu. Lalu aku pun berpaling ke belakang. Maka Umar pun menangis dan berkata, ‘Apakah kepadamu aku akan cemburu, wahai Rasulullah?’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Abu Bakar dan Umar adalah penghulu para penghuni surga dari kalangan orang tua mulai dari orang-orang yang pertama sampai orang-orang yang terakhir, selain para nabi dan rasul. Janganlah engkau beri tahu kepada mereka berdua—wahai Ali—ketika mereka berdua masih hidup.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani) Abdullah bin Abbas berkata, “Ketika Umar telah diletakkan di atas pembaringannya (setelah ditikam), maka orang-orang mengelilingi dan mendoakannya sebelum beliau diangkat. Ketika itu aku berada di antara mereka, tiba-tiba seorang lelaki muncul dari belakangku sambil memegang pundakku. Ternyata ia adalah Ali bin Abu thalib. Ia mendoakan rahmat bagi Umar seraya berkata, ‘Tidaklah aku tinggalkan seorang lelaki yang aku ingin menghadap kepada Allah dengan membawa amal seperti amalnya selain engkau, wahai Umar. Demi Allah, aku menduga bahwa Allah akan mengumpulkanmu bersama kedua sahabatmu, karena serig sekali aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar’.’.” (HR. Al-Bukhari) Selamat berbahagia, wahai pahlawan yang gagah berani dan perkasa. Surga yang Allah janjikan telah siap menanti dirimu yang mulia! ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ الحمد لله رب العالمين ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ deni pragas di 2/01/2014 08:57:00 AM Berbagi

Sabtu, 10 Desember 2016

rahasia di balik sakit

OLEH RAEHANUL BAHRAEN / DECEMBER 25TH, 2011 / BIMBINGAN ISLAM, KESEHATAN ISLAM Orang Yang Sakit Selayaknya Bergembira “Mengapa sakit saya tidak sembuh-sembuh?” ”Mengapa sakit saya sedemikian beratnya?” “Kenapa mesti saya yang sakit?” Mungkin inilah sebagian perkataan atau bisikan setan yang terbesit dalam hati orang yang sakit. Perlu kita ketahui bahwa sakit merupakan takdir Allah dan menurut akidah (kepercayaan) seorang muslim yang beriman bahwa semua takdir Allah itu baik dan ada hikmahnya, berikut ini tulisan ringkas yang senoga bisa mencerahkan hati orang-orang yang sakit yang selayaknya mereka bergembira Sakit adalah ujian, cobaan dan takdir Allah Hendaknya orang yang sakit memahami bahwa sakit adalah ujian dan cobaan dari Allah dan perlu benar-benar kita tanamkan dalam keyakinan kita yang sedalam-dalamya bahwa ujian dan cobaan berupa hukuman adalah tanda kasih sayang Allah. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ “sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.”[1] Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia”[2] Mari renungkan hadits ini, apakah kita tidak ingin Allah menghendaki kebaikan kapada kita? Allah segerakan hukuman kita di dunia dan Allah tidak menghukum kita lagi di akhirat yang tentunya hukuman di akhirat lebih dahsyat dan berlipat-lipat ganda. Dan perlu kita sadari bahwa hukuman yang Allah turunkan merupakan akibat dosa kita sendiri, salah satu bentuk hukuman tersebut adalah Allah menurunkannya berupa penyakit. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَْ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَْ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [3] Ujian juga merupakan takdir Allah yang wajib diterima minimal dengan kesabaran, Alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan rasa syukur. Semua manusia pasti mempunyai ujian masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya. Sakit manghapuskan dosa-dosa kita Orang yang sakit juga selayaknya semakin bergembira mendengar berita ini karena kesusahan, kesedihan dan rasa sakit karena penyakit yang ia rasakan akan menghapus dosa-dosanya. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ “Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”[4] Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ، حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”[5] Bergembiralah saudaraku, bagaimana tidak, hanya karena sakit tertusuk duri saja dosa-dosa kita terhapus. Sakitnya tertusuk duri tidak sebanding dengan sakit karena penyakit yang kita rasakan sekarang. Sekali lagi bergembiralah, karena bisa jadi dengan penyakit ini kita akan bersih dari dosa bahkan tidak mempunyai dosa sama sekali, kita tidak punya timbangan dosa, kita menjadi suci sebagaimana anak yang baru lahir. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ “Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.”[6] Hadits ini sangat cocok bagi orang yang mempunyai penyakit kronis yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya dan vonis dokter mengatakan umurnya tinggal hitungan minggu, hari bahkan jam. Ia khawatir penyakit ini menjadi sebab kematiannya. Hendaknya ia bergembira, karena bisa jadi ia menghadap Allah suci tanpa dosa. Artinya surga telah menunggunya. Melihat besarnya keutamaan tersebut, pada hari kiamat nanti, banyak orang yang berandai-andai jika mereka ditimpakan musibah di dunia sehingga menghapus dosa-dosa mereka dan diberikan pahala kesabaran. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ. ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.”[7] Bagaimana kita tidak gembira dengan berita ini, orang-orang yang tahu kita sakit, orang-orang yang menjenguk kita ,orang-orang yang menjaga kita sakit, kelak di hari kiamat sangat ingin terbaring lemah seperti kita tertimpa penyakit. Meskipun sakit, pahala tetap mengalir Mungkin ada beberapa dari kita yang tatkala tertimpa penyakit bersedih karena tidak bisa malakukan aktivitas, tidak bisa belajar, tidak bisa mencari nafkah dan tidak bisa melakukan ibadah sehari-hari yang biasa kita lakukan. Bergembiralah karena Allah ternyata tetap menuliskan pahala ibadah bagi kita yang biasa kita lakukan sehari-hari. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا “Apabila seorang hamba sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.”[8] Subhanallah, kita sedang berbaring dan beristirahat akan tetapi pahala kita terus mengalir, apalagi yang menghalangi anda untuk tidak bergembira wahai orang yang sakit. Sesudah kesulitan pasti datang kemudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراْْْ, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ً “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”[9] Ini merupakan janji Allah, tidak pernah kita menemui manusia yang selalu merasa kesulitan dan kesedihan, semua pasti ada akhir dan ujungnya. Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, susah-senang, lapar-kenyang, kaya-miskin, sakit-sehat. Salah satu hikmah Allah menciptakan sakit agar kita bisa merasakan nikmatnya sehat. sebagaimana orang yang makan, ia tidak bisa menikmati kenyang yang begitu nikmatnya apabila ia tidak merasakan lapar, jika ia merasa agak kenyang atau kenyang maka selezat apapun makanan tidak bisa ia nikmati. Begitu juga dengan nikmat kesehatan, kita baru bisa merasakan nikmatnya sehat setelah merasa sakit sehingga kita senantiasa bersyukur, merasa senang dan tidak pernah melalaikan lagi nikmat kesehatan serta selalu menggunakan nikmat kesehatan dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda, نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ “Ada dua kenikmatan yang sering terlupakan oleh banyak orang: nikmat sehat dan waktu luang.”[10] Bersabarlah dan bersabarlah Kita akan mendapatkan semua keutamaan tersebut apabila musibah berupa penyakit ini kita hadapi dengan sabar. Agar kita dapat bersabar, hendaknya kita mengingat keutamaan bersabar yang sangat banyak. Allah banyak menyebutkan kata-kata sabar dalam kitab-Nya. Berikut adalah beberapa keutamaan bersabar: Sabar memiliki keutamaan yang sangat besar di antaranya: 1. Mendapatkan petunjuk. Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”[11] 2. Mendapatkan pahala yang sangat besar dan keridhaan Allah. Allah Ta’ala berfirman, “sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar diberikan pahala bagi mereka tanpa batas.”[12] 3. Mendapatkan alamat kebaikan dari Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman baginya di dunia, sedang apabila Allah menghendaki keburukan pada seorang hamba-Nya maka Dia menangguhkan dosanya sampai Dia penuhi balasannya nanti di hari kiamat.”[13] 4. Merupakan anugrah yang terbaik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah Allah menganugrahkan kepada seseorang sesuatu pemberian yang labih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.”[14] Hindarilah hal ini ketika sakit Ketika sakit merupakan keadaan dimana seseorang lemah fisik dan psikologis bahkan bisa membuat lemah iman. Oleh karena itu kita mesti berhati-hati agar kondisi ini tidak di manfaatkan oleh syaitan. Ada beberapa hal yang harus kita hindari ketika sakit. 1. berburuk sangka kepada Allah atau merasa kecewa bahkan marah kepada takdir Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba kepada-Ku, jika ia berprasangka baik, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya. Jika ia berprasangka buruk, maka aku akan berbuat demikian terhadapnya.”[15] 2. Menyebarluaskan kabar sakit dan mengeluhkannya Merupakan salah satu tanda tauhid dan keimanan seseorang bahwa ia berusaha hanya mengeluhkan keadaannya kepada Allah saja, karena hanya Allah yang bisa merubah semuanya. Sebaliknya orang yang banyak mengeluh merupakan tanda bahwa imannya sangat tipis. kita boleh mengabarkan bahwa kita sakit tetapi tidak untuk disebarluaskan dan kita kelauhkan kepada orang banyak 3. membuang waktu dengan melakukan pekerjaan yang sia-sia selama sakit Misalnya banyak menonton acara-acara TV, mendengarkan musik, membaca novel khayalan dan mistik, hendaknya waktu tersebut di isi dengan muhasabah, merenungi, berdzikir, membaca Al-Quran dan lain-lain. 4. Tidak memperhatikan kewajiban menutup aurat Hal ini yang paling sering dilalaikan ketika sakit. walaupun sakit tetap saja kita berusaha menutup aurat kita selama sakit sebisa mungkin. Lebih-lebih bagi wanita, ia wajib menjaga auratnya misalnya kaki dan rambutnya dan berusaha semaksimal mungkin agar tidak dilihat oleh laki-laki lain misalnya perawat atau dokter laki-laki 5. Berobat dengan yang haram Kita tidak boleh berobat dengan hal-hal yang haram, misalnya dengan obat atau vaksin yang mengandung babi, berobat dengan air kencing sendiri karena Allah telah menciptakan obatnya yang halal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit bersama obatnya, dan menciptakan obat untuk segala penyakit, maka berobatlah, tetapi jangan menggunakan yang haram.”[16] Dan perbuatan haram yang paling berbahaya adalah berobat dengan mendatangi dukun mantra, dukun berkedok ustadz dan ahli sihir karena ini merupakan bentuk kekafiran yang bisa mengeluarkan pelakunya dari islam serta kekal di neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi dukun, lalu mempercayai apa yang ia ucapkan, maka ia telah kafir terhadap ajaran yang diturunkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam”[17]. Sebagai penutup tulisan ini, berikut jawaban serta jalan keluar dari Allah yang langsung tertulis dalam kitab-Nya mengenai beberapa keluhan yang muncul dalam hati manusia yang lemah[18] –Mengapa saya di uji (dengan penyakit ini)? “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. 29:2) “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. 29:3) -Mengapa saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan (berupa kesehatan)? “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2:216) -Mengapa ujian (penyakit) seberat ini? “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. 2:286) -Saya mulai frustasi dengan ujian (penyakit) ini. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. 3:139) -Bagaimanakah saya menghadapinya? “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. 3:200) -Apa yang saya dapatkan dari semua ini? “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka,” (QS. 9:111) -Kepada siapa Saya berharap? “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (QS. 9:129) -Saya sudah tidak dapat bertahan lagi dan menanggung beban ini! “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. 12:87) Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid 30 Muharram 1433 H, Bertepatan 25 Desember 2011 Penyusun: dr. Raehanul Bahraen Muraja’ah: ustdaz Fakhruddin, Lc [Mudir Ma’had Abu Hurairah Mataram] artikel https://muslimafiyah.com Sumber: 1. Berbahagialah wahai orang yang sakit, Pustaka At-Tibyan 2. Mutiara faidah kitab tauhid, Ustadz Abu Isa, Pustaka Muslim 3. Fathul Majid syarh kitabit tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh [1] HR. At-Tirmidzi no. 2396, dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi [2] HR. At-Tirmidziy no.2396 dari Anas bin Malik, lihat Ash-Shahiihah no.1220 [3] Al-Baqarah:155-157 [4] HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 651 [5] HR. Muslim no. 2572 [6] HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399 [7] HR. Baihaqi: 6791, lihat ash-Shohihah: 2206. [8] HR. Bukhari dalam shahihnya [9] Alam Nasyrah: 5-6 [10] HR. Bukhari, no: 5933 [11] At Thaghabun: 11 [12] Az-Zumar:10 [13] HR. Tirmidzi no.2396 dalam kitabuz zuhd, Bab “ Tentang Sabar Terhadap Ujian”, dan dia berkata, “Ini hadist hasan gharib”, Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak (I/349), IV/376, 377) [14] HR. Bukhari no. 1469 dalam kitabuz Zakat, Bab “menghindari diri untuk tidak meminta-minta”, dan Muslim no.2471 dalam Kitabuz Zakat, Bab “Keutamaan Menjaga Kehormatan dan Sabar” [15] HR. Ahmad dan Ibnu Hibban [16] HR. Abu Dawud [17] HR. Ahmad di dalam Al-Musnad (II/429). Al-Hakim (I/8) dari Abu Hurairah secara marfu’. [18] Sumber ini kami dapatkan di file komputer kami, kami tidak tahu penulisnya. jika tahu, kami akan meminta izin untuk menukilnya. Artikel Terkait Imam Ahmad Ditegur Karena Mengerang Ketika Sakit Meskipun Sakit, Pahala Amal Yang Tidak Dikerjakan Tetap Mengalir 50 Comments brian 4 May 2012 at 19:35 assalamu’alaikum tapi kenapa ya, jika oarng yang sakit keras orang lain selalu meremehkannya, menganggapnya lemah, g bisa melakukan ini.. g bisa melakukan itu…. dan menganggapnya tak berguna, padahal ketika ada yang mengalami itu seharusnya di beri semangat bukannya di caci….. REPLY raehan 5 May 2012 at 15:16 ya, seharusnya di neri motivasi da di ingatkan akhirat REPLY ahmad jaelani 6 December 2012 at 10:11 alkhamdulillah,saya menemukan situs menentramkan dan memotivasi saya ,karena saya dah 1.5 bln .dirumah karena kecelakaan kaki kiri retak.dan alkhamdulillah skrng dah membaik. saya tersadarkan dan semoga selalu istiqomah tuk lebih berfikir, bersikap positif, optimis, lebih empathy, bisa istiqomah membaca alquran, istighfar,dan bisa tuk berbagi shodaqoh , amiin. REPLY Raehan 6 December 2012 at 10:28 smoga bemanfaat, smoga dimudahkan segala urusan amin REPLY surya 30 April 2014 at 16:16 alhamdulillah, makasih banyak mas info nya, bener-bener membuka pikiran. izin berbagi info nya ya mas.. REPLY Fendhy 7 May 2014 at 18:03 Masyallah, sungguh menjadi penghibur hati dan cambuk semangat untuk menjalani sisa sisa hidup ini, Jazakallahukhoiron ustad, semoga Allah merahmati antum dan keluarga antum. REPLY Raehanul Bahraen 11 May 2014 at 05:35 Amin, insyaAllah REPLY teg 14 July 2014 at 06:00 Assalamu’alaikum ustadz. Apakah kesedihan yg besar & terus menerus akibat tertimpa penyakit jiwa ‘gay’ yg tdk kunjung sembuh jg dpt menghapus dosa? Apabila saya bersabar & menahan diri dr perbuatan liwath spt kaum nabi luth? Apakah masih ada harapan bagi org hina spt saya utk dpt masuk surganya Allah? REPLY Raehanul Bahraen 14 July 2014 at 07:42 InsyaAllah jika dia bersabar dan terus berdoa serta tidak menikmati gay tersebut, bertaubat hatinya ikhlas dan niat ingin smbuh itu akan menjdi penghapus dosanya dalam proses sabarnya dan leinhinana kuat agar smbuh REPLY Iwan 4 August 2014 at 08:23 saya sakit sudah 1,5 tahun alhamdulillah saya syukuri nikmat banget rasanya. tapi saya kepala keluarga dengan anak yang masih kecil 1 tahun. saya kasihan lihat istri dan anak saya, bagaimana ustad? REPLY Raehanul Bahraen 4 August 2014 at 15:55 Sakitnya apa? REPLY eko 14 September 2014 at 22:40 terima kasih artikelnya sangat bermanfaat. saya kadang sedih melihat orang2 yang sakit di RS tanpa didampingi keluarga yang bisa menyemangati. apalagi jika mereka orang yang tak mampu sering disia-siakan petugas REPLY Tabassam 20 October 2014 at 13:11 Jazakumullah.. artikelnya sangat membangun semangat,, membuka mata betapa dekat dan sayangnya Allah kepada hambanya.. nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan.. BarakAllah.. REPLY cheepy 24 January 2015 at 22:37 trims 4all… hatiku terasa hidup membaca secuil artikel ini, jazakumullah REPLY Dandy modeong 10 February 2015 at 20:24 Saya Dandy umur 16 thun sya menderita Sakit penyakit kulit selmah 4,5 tahun ttpi brkat Usaha Dakwah dan petunjuk dari Allah SWT ,, sya hrus kuat dan bnyak Bertawakal serta brsabar,,Walaupun syah pelajar dan msih mudah entah mengapa Iman yakin rasah nya sudah masuk dalam dri sya,, Jadi InsyaAllah Buat saudarah yg sakit , lebih bnyak Bersabar serta bersrah diri pada Allah SWT,, Ikutilah Seperti Nabi Ayyub AS,, REPLY adhy purba 24 March 2015 at 13:21 Aslam ustad saya mw bertanya cuma boleh kita lewat email pribadi kita ustad…email saya adhybaloi21@gmail.com REPLY winni 13 June 2015 at 21:03 Alhamdulillah… setelah membaca artikel ini… saya merasa beruntung dan bergembira dengan sakit yang belum kunjung sembuh ini…. semogga sakit ini jadi penebus segala dosa-dosa saya…sehingga pada saat saya kembali kepada-Nya dengan tanpa membawa dosa. Aamiin… terima kasih ustazd…semoga setiap tinta yang tergores dalam artikel ini.. menambah timbangan amal kebaikan ustazd. REPLY Raehanul Bahraen 27 July 2015 at 11:26 Alhamdulillah… REPLY Diana Amwa 14 August 2015 at 19:59 SubhanaAllah.. Saya jadi semangat setelah membaca artikel ini. Saya mengalami jantung bocor dan terlambat untuk di tangani, TIM dokter pun memutuskan tidak dapat melakukan tindakan apapun. Psikis saya sangat terguncang ketika menerima kenyataan itu. Syukur Alhamdulillah saya mempunyai Ibu yang sangat luar biasa. Harapan saya semoga saat saya kembali kepadaNya, Alloh menghapus segala dosa saya dan juga dosa orang tua saya. Aamiin REPLY Raehanul Bahraen 15 August 2015 at 11:33 Amin,.smga dimudahkan.. REPLY ricka 5 December 2015 at 20:06 Alhmdululillah dalam keputus asaan ini saya menemukan artikel ini, setidaknya menguatkan saya dan keyakinan saya yg putus asa dan mungkin nyaris tnp sadar tergiring kpd kekufuran dan kemusrikan,,,saya sudah 11 tahun menderit rasa sakit di bagian uluhati, lambung usus hingga perut rahim, sakit yg teramat sangat, smp” jika sdg kambuh rasa nya ingin Allah mencabut nyawa saya pd saat itu jg,,biasanya penyakit ini kambuh setiap pd saat haid, tetapi 5 bulan trakhir ini rasa sakitnya terasa setiap hari dan sungguh suatu penyiksaan berat buat saya,,,bertahun tahun berbagai macam cara saya coba utk mengobatinya spy bisa sembuh, dokter pun angkat tangan tdk tau apa penyakit dan penyebabnya, 3x d cek USG pun semuanya normal tdk ada nampak penyakit, subhanallah ini sungguh” kekuasaan Allah,, Ujian yg menghiasi hidup saya pun tdk hanya penyakit bhkn yg lain”nya, kluarga, rumah tangga hingga belum di berikannya keturunan d usia saya yg sdh hampir 40th ini,,, kadang saya berfikir apakah Allah mengabaikan do’a do’a saya slma bertahun” ??… Bukankah Allah maha mendengar? Raehanul Bahraen 2 January 2016 at 10:34 Alhamdulillah, tetap berdoa dan berusaha, smga anda dimudahkan mashuri 13 October 2015 at 15:01 Selain tuhan adalah makhluk Sifat buruk adalah makhluk jadi terserah tuhanlah bagaimana nasib makhluk -Nya tanpa pertolongan tuhan manusia tidak bisa menemukan jalan yang benar Yang penting serahkan diri kita kepada yang kuasa supaya dimudahkan jalan hidayah untuk berbuat kebajikan dan kasih sayang. Allah menciptakan yang cacat dan sehat Jadi terhadap orang yang cacat fisik maupun jiwa yang tidak normal janganlah engkau menghindarinya dan mengucilkannya kasihanilah mereka sebagaimana alloh telah mengasihimu REPLY ummu sumayyah 15 November 2015 at 11:09 Masya allah… Saya jadi bahagia dan menangis terharu membaca artikel ini. Saya sedang hamil muda hyperemesis.. Jazaakallahu khairan ya pak dokter.. Barrokallahu fiik.. REPLY agust 17 November 2015 at 22:27 Alhamdulillah,Aamiin semoga di tabah kan hati nya dn cept sembuh Ya Allah yang kuasa dn segala-gala nya..Aamiin REPLY Abu Hurairah 29 January 2016 at 21:20 Alhamdulillah sebuah artikel yang sangat bermanfaat REPLY Raehanul Bahraen 30 January 2016 at 09:53 Alhamdulillah M. Taufiq Akbari 7 February 2016 at 11:17 Alhamdulillah.. Ustad saya langsung menangis dan bahagia.. Saya sdh 3 bulan sakit, artikel ini menjadi penyemangat semangat saya dan introspeksi bagi diri saya, agar tidak terjerumus ke dosa syirik… Semoga Allah mengampuni dosa saya.. Amin ya Allah.. REPLY Raehanul Bahraen 9 February 2016 at 22:06 alhamdulillah semoga bermanfaat dan bisa memberikan kesabaran serta pahala REPLY hendi 20 February 2016 at 13:55 alhamdulillah,ya alloh mdh”an Engkau limpahkan keberkahan bagi penulis blog ini,karenanya aku bisa menikmati sakit ini REPLY FD 13 March 2016 at 12:52 Assalamualaikum Saya telah 4 tahun lebih menderita penyakit vitiligo dari umur saya 11 tahun hingga sekarang. Awalnya saya merasa hidup ini tidak adil karena telah diberi penyakit yang seperti kanker ini. Kesana kemari saya dan ortu saya mencari obat namun penyakit ini tak kunjung sembuh. Saya merasa putus asa. Namun saat saya berusia 13 tahun saya sadar Allah tak akn memberikan cobaan melampaui kemampuan hambanya. Dan juga saya mendengar bahwa penyakit yang kita derita bisa menghapus dosa. Sebab itu lh saya sekarang lebih mendekatkan diri kepada Allah. Saya mencoba bersabar dlm menjalani hidup, tak peduli apa yang dikatakan orang lain sesungguhnya Allah lah yang lebih mengetahui. Menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Karna saya berfikir bahwa Allah itu sayang kepada saya hingga memberikan cobaan yg berat ini kepada saya, karna hnya orang2 yg kuat lh yg di berikan cobaan yg berat. Insya Allah saya akan terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik dimata Allah. Ini sedikit cerita dari saya salah kata mohon maaf. Assalamualaikum wr wb REPLY Raehanul Bahraen 22 March 2016 at 15:34 wa’alaikumussalam, semoga anda dimudahkan menghadapinya dan mendapatkan besarnya pahala REPLY Fitri 14 April 2016 at 13:25 Assalamualaikum, Saya mau cerita dikit, orang tua saya skrng sedang sakit sudah 2bln kurang lebih nya, sudah di rawat dirumah sakit sudah gonta ganti dokter, cuma saya bingung, kalau dilihat dr penyakitnya dia terkena anemia tp selalu merasa kesakitan, kami sebagai keluarga terus terang kebingungan mau di gimanain, kadang terlihat sehat makan nya banyak, tp bisa tiba2 merasa kesakitan… Yang lebih menyedihkan, kadang terlihat dia sedang melamun, seperti banyak sekali yg difikirkan nya…. Sebenarnya kalau dilihat dr medis dia tdk sakit parah, tp fikiran nya lah yg membuat dia sakit tolong bagaimana cara berbicara yg baik agar dia tidak tersinggung jika mau dikasih arahan untuk tidak terlalu banyak fikiran Makasih REPLY Raehanul Bahraen 16 April 2016 at 07:29 wa’alaikumussalam, mngkin bisa dibawa ke psikologi untuk tips menguatkan mental, dibawa juga ke ustadz yg bisa memebrikan nasehat akan kesabaran dan kepercayaan takdir Allah, semoga dimudahkan REPLY Vahn 11 May 2016 at 13:33 Assalamualaikum pak ustad. Air mata saya berlinang membaca tulisan ini. Smoga cobaan ataupun rasa sedih dan sakit yang diderita akan benar2 menggugurkan smua dosa kita. Sungguh tulisan ini menenangkan hati setelah membacanya, saya akan coba berprasangka baik terhadap semua yg diputuskan oleh Allah.Allah Maha tahu sedangkan kita apa. Memang segala sesuatu kejadian ada hikmahnya, salah satunya karna cobaan saya bisa jadi lebih jauh mengingat Allah, dan ingin slalu mendekatkan diri pada Nya. Kalo seandainya cobaan ini tidak datang, mungkin saya akan selalu berlalai2 dlm hal untuk Allah. Mohon doanya pak ustad, smoga selalu diberi kesabaran, iman yg lebih baik dan ketetapan hati kepada Allah. Amiinn. Terima Kasih.. REPLY Raehanul Bahraen 12 May 2016 at 10:07 amin.. REPLY Anom 27 May 2016 at 13:50 Terima kasih, artikel ini benar-benar memberi saya motivasi, membuat saya lebih mensyukuri dan menikmati penyakit ini REPLY Rielman Sukmawardana 9 June 2016 at 20:07 Alhamdulillah. Terima kasih atas niat baik dan artikel ini. Semoga saya dapat lebih bersabar dalam mengarungi hidup ini. REPLY crysans 18 July 2016 at 13:59 alhamdulillah saya benar2 mersa bersyukur telah membaca bahkan temotifasi untuk selalau berprasangka baik pada alloh, semenjak saya menerima ujian berupa sakit saya selalu resah , cemas apakah ini azab dariNya, dan disisi lain saya berfikir semua terjadi karena takdir alloh. dulu saya slalu bilang kenapa saya dihukum didunia ini, jangan sekarang ya rabb, sampai saya berucap seperti itu, apakah alloh mau memaafkan saya, setelah sadar ternyata sakit yg dialami didunia ini untuk membersihkan dosa dan kesalahan2 kita, saya semakin takut jika alloh murka dengan saya. saya benar2 berharap alloh mau mengampuni saya. banyak yang sakit berat dan meninggal kebanyakan orang2 membicarakannya sebagai hukuman dan yang lainnya, asstagfirulloh sungguh jika sakit didunia itu adalah pembersihan diri kita REPLY fasion syar'i 27 July 2016 at 21:24 Ini merupakan hiburan bagi orang yang sedang sakit dan harapan untuk terus bersabar dalam mencari kesembuhan. REPLY fasion syar'i 4 August 2016 at 10:52 Kesehatan yang kita rasakan jauh lebih banyak ketimbang rasa sakit yang kita alami. Bersabarlah. REPLY Meski Sakit Tapi Sebaiknya Juga Bergembira : Griya Sedekah – Peduli dan Berbagi 14 August 2016 at 01:19 […] Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia[2] […] hamba allah 22 August 2016 at 19:27 Saya sakit hiv positif,skrg saya diserang sariawan dimulut sm di tenggorokan saya sdh berobat sm dokter tapi blm ada banyak perubahannya,apa yang skrg sy lakukan,obat yang ampuh apa ya. REPLY Raehanul Bahraen 23 August 2016 at 07:11 silahkan baca:https://muslimafiyah.com/bertaubat-ketika-terkena-penyakit-aids-tidak-ada-harapan-hidup.html semoga hidup anda berkah dan diberi banyak kebaikan REPLY Jika Manusia Tahu Dibalik Sakit Itu, Pasti Orang Akan Gembira Saat Sakit | islamidia.com 31 August 2016 at 04:50 […] “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”[9] […] Mama Yasir 27 October 2016 at 09:12 Asswrwb, Alhamdulillah, setelah membaca artikel ini saya jadi lebih mengerti mengapa saya sering sakit. Ternyata Allah SWT sangat sayang terhadap saya karena dengan penyakit yang saya derita dosa2 saya insyaAllah akan dihapus. Berarti doa saya selama ini salah karena saya sering minta sehat dan tidak ingin ditimpakan penyakit karena kalau saya sakit saya tidak bisa beraktifitas dan tidak bisa mengasuh anak saya yang masih kecil. Semoga Allah mengampuni dosa2 saya dan menerima taubat saya, amiin ya robbal alamiin. Terima kasih dr. Bahraen atas artikelnya yang bermanfaat ini. Wassalamwrwb. REPLY Raehanul Bahraen 28 October 2016 at 23:05 alhamdulillah, semoag mendapat balasan surga tertinggi REPLY Ayoubi 2 December 2016 at 08:32 Saya sekarang sakit sudah 4 minggu, seminggu sempat dirawat di RS karna trombosit dan leukosit turun, setelah keluar RS badan pun masih belum fit, kepala masih kleyengan dan pusing udah 5 hari,dan pada saat sakit saya baru sadar, saya banyak melakukan kelalaian dan perbuatan-perbuatan dosa besar, Semoga dengan sakitku ini segala dosa dosaku terhapuskan, dan mulai sekarang saya berusaha selalu mendekatkan diri dengan Alloh SWT… REPLY irfan aulia monaski 4 December 2016 at 17:37 Alhamdulillah atas penyakit yang aku derita ini yaitu asam lambung..semoga allah beri kesabaran dan kesembuhan.. dan semoga yang menulis artikel ini diberi kesehatan dan pahala yang besar..aminn REPLY Gani 9 December 2016 at 05:22 Ijin kopas yah REPLY Leave a Reply Name required Mail required Website

rahasia di balik ujian sakit

Rahasia di Balik Sakit Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau … By Abu Hasan Putra, ST. 23 February 2009 195 28682 43 Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35). Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia. Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim) Sakit akan menghapuskan dosa Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. asy-Syuura: 30). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim) Sakit akan Membawa Keselamatan dari api neraka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim) Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih) Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. al-An’am: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir) Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas) Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Amin. *** Penulis: Abu Hasan Putra Artikel www.muslim.or.id Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya Print PDF Alhamdulillah bermanfaat Biasa saja In this article Akhlaq dan Nasehat Manajemen Qalbu Abu Hasan Putra, ST. Alumni dan pengajar Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Teknik Elektro UGM Join the Conversation

Jumat, 09 Desember 2016

sarat berjuang di zaman akhir

Tiga hal sebagai syarat untuk jadi pemimpin yg hebat di zaman akhir ini, 1.harus alim/pintar. Terlebih mengenai hal yg di pimpinnya. 2.harus kaya. (mungkin selain tdk butuh kekayaan lain di luar yg ia punya, ia memanfaatkan kekayaannya untuk kemajuan berbagai hal di masyarakat dalam kepemimpinannya. 3.harus sakti mandraguna. Biar klu ada serangan nyata atau yg kasat nyata, apalagi serangan politik, hmmmmh..mrk akan nyungsep dengan sendirinya.

doa naik haji

الفَاتِحَة ........ اللـّٰهُـمَّ إِنَّا نَسْأَ ُلكَ الْهِدَايَةَ وَالرَّحْمَةَ وَالْعَافِيَةَ وَالْإِسْتِقَامَةَ وَالسَّڪِيْنَـةَ وَالْبَرَكَةَ فَالْبَرَكَةَ ثُمَّ الْبَرَكَةَ وَالسَّلَامَةَ. اللـّٰهُـــمَّ اجْعَلْنَـا وَأَهْلَنَـا وَذُرِّيَّـتَـنَـا وَأَوْلَادَنَا وَبَنَاتِنَا مِنْ أَهْلِ الصَّلَاحِ وَالْخَيْرِ. اللـّٰهُـمَّ اجْعَلْنَا وَأَهْلَنَا وَذُرِّيَّـتَنَا وَأَوْلَادَنَا وَبَنَاتِنَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْم ِ وَالتُّقَى. اللـّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰٓ اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اللـّٰهُـمَّ إِنَّا نَسْأَ ُلكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ. اللـّٰهُـمَّ ارْزُقْنَا رِزْقًا حَلَالاً. اللـّٰهُـمَّ ارْزُقْنَا رِزْقًا مُبَارَكًا لِزِيَارَةِ الْكَعْبَةِ يَا اللهُ. اللـّٰهُـمَّ ارْزُقْنَا رِزْقًا مُبَارَكًا لِزِيَارَةِ الْحَرَمَيْنِ. اللـّٰهُـمَّ ارْزُقْنَا رِزْقًا مُبَارَكًا لِزِيَارَةِ قَبْرِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلـَّمَ. اللـّٰهُـمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا مَرَّةً بَعْدَ مَرَّةٍ. اللـّٰهُـمَّ اجْعَلْ عُمْرَتَنَا كَرَّةً بَعْدَ مَرَّةٍ. اللـّٰهُـمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا حَجًّا مَقْبُوْلًا. وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا. وَعَـمَلًا مُتَقَـبَّلًا. وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا. وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا. اللـّٰهُـمَّ ثَبِّتْنَا بِالْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. (وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ يَا اللهُ ×٣). اللـّٰهُـمَّ أَدْخِلْنَا جَنَّـتَكَ دَارَكَ دَارَ السَّلَامِ مَعَ زُمْرَةِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِـيْنَ وَالْأَوْلِـيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِـيْنَ الرَّاسِخِيْنَ فِي الْعِلْمِ وَالْيَقِيْنِ. – رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ - رَبَّنَا تَقَـبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ×٢. تَقَـبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْڪُمْ٬ تَقَـبَّلْ يَا كَرِيْمُ. اهـ. ﴿ وَصَلىَّ اللهُ عَلىٰ سَيِّـدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلىٰ آلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَبَارَكَ وَسَلـَّمَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَـمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ﴾

allah benci pd hambanya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang .الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ والصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسََّلمُ Segala Puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, dan Semoga Allah memberikan Rahmat dan salam Kepada Nabi Muhammad Shollawu 'Alaihi Wasalam beserta seluruh keluarganya dan para sahabatnya يَا عَليُّ: اِذَا غَضَبَ اللهُ عَلَى أَحَدٍ رَزَقَهُ مَالاً حَرَاماً فَإِذَا اشْتُدَّ غَضَبُهُ عَلَيْهِ وَكَّلَ َبِهِ شيطانًا يُبَارَكُ لَهُ فِيْهِ وَيَصْحَبُهُ وَيَشْغَلُُهُ بِالدُّنْيَا عَنِ الدِّيْنِ وَيَسْهَلُ لَهُ أُمُوْرَ دُنْيَاهُ وَيَقُُوْلُ : اَللهُ غَفوْرٌٌ رََحِِيْمٌ Hai Ali, ketika Allah membenci salah seorang dari hambanya, maka Allah akan memberi orang tersebut dengaa-Nya, maka Allah akan menugaskan setan untuk membawa orang tersebut kedalam barang yang haram dan setan akan menemaninya, serta menyibukkannya mencari harta dunia, dan meninggalkan agamanya, setan akan memudahkan orang tersebut dalam urusan dunia, kemudian setan akan membohonginya dengan membisikan kalimat : "Allah itu maha luas pengampunan-Nya dan Maha kasih sayang kepada hamba-Nya"n harta yang haram, dan jika Allah sudah sangat marah kepada hamba KETERANGAN  Allah adalah Tuhan yang Maha Pengampun dan Maha Kasih sayang, tetapi adakalanya Allah marah kepada hamba-Nya yang durhaka kepada-Nya. Diantara tanda kemarahan-Nya adalah orang yang durhaka tersebut selalu ditemani setan yang selalu mencekokinya dengan barang yang haram, menjerumuskannya untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan menyibukkannya dengan segala urusan duniawi agar lupa dengan kehidupan Akhirat Sumber kitab: Wasiatil mustofa

edisi maulid

Edisi Maulid Saya membayangkan betapa keluhuran ahlak dan budi Sidi Syeikh Abdul Qadir yang tidak akan mau makan sebelum ia mendengar "ilham" makanlah, dan tidak akan beliau meminum sesuatu kecuali beliau mendengar "ilham" minumlah, ini wira'i kelas apa kok sampai seperti ini. Lalu bagaimana dengan Rasulullah... Kedermawanan Sidi Imam Ali As-syadziliy, dengan karamahnya ia membebaskan negri tunis dari kelaparan. Dengan Hartanya tak setetespun yang mampu meracuni Hati beliau yang dalam banyak biografi dijuluki "Syadidu at-tawadlu'" paling tawadlu' tawadlu'nya insan dizamanya..Lalu bagaiamana dengan Rasulullah, bagaimana cara menggbarkan akhlaq rasulullah? Al-imam Musa al-kadzim, pengulu Wali dizamanya. Penguasa bumi bagian barat dan timur. Pemegang sanad berbagai disiplin ilmu. Sebaik baiknya Nasab yang Ia sandang, putera dari Guru Agung umat manusia, al-imam Jakfar as-shadiq. Beliau hanya hidup berkelana, khumul dengan kushufianya. Membumi. Lalu bagaimana cara menggambarkan Rasulullah? Manusia terbaik sepanjang sejarah penciptaan segala sesuatu, namun masih memilih memakan dendeng kering. Memilih seteguk zam zam dan sebutir kurma daripada segala harta dunia... Al-imam Ali Zainal Abidin bin Husein As-sajad. Tidak kurang seribu rakaat beliau solat dalam sehari. Selalu memenuhi kantong kantong gandum tetangganya tanpa ada yang tahu, setiap malam dengan tangan beliau sendiri. Pewaris pedang Dzulfiqar milik al-murtadla kakeknya. Lalu bagaimana dengan Rasulullah, jika cicitnya saja sedemikian tak tergambarkan. Dengan kelingkingnya ia memberi minum pasukan perang ditengah padang pasir. Dengan panah, sang rasul memanah sebuah sumur kering hingga mata air semburat membasahi ribuan pasukan sahabat nabi. Memakan makanan yang diracun oleh yahudi dengan tanpa beban untuk menghormati si pemberi. Wahai Rasulullah...siapakah gerangan engkau yang sesungguhnya. Adakah engkau itu manusia wahai Rasulallah? Atau Engkau adalah malaikat yang begitu dicintai Jibril pemimpin para malaikat yang hingga ia berkata jikalau bukan karena tugas menyampaikan wahyu, ia tidak mau lagi naik kelangit dan memilih hidup dibumi disisimu wahai Rasulullah??? Atau seperti yang di dongengkan oleh para mursyid mursyid dalam liqa' mereka "Muhammad, Muhammad, Engkau manusia namun tidaklah seperti manusia. Perumpamaanmu dibanding manusia lainya selayaknya Yaqut diantara padang bebatuan"

Senin, 07 November 2016

hikayah

Diceritakan dalam kitab Thobaqotus Syafi'iyyah bahwa Ar Robī' bin Sulaiman ra. itu termasuk santri yang lelet alias susah paham, maka kadang pernah gurunya, yaitu Imam Asy Syafi'i ra., harus mengulangi satu masalah sampai 40 kali, itupun masih belum juga paham, lalu dia pun meninggalkan majlis itu karena merasa malu. Kemudian Sang Guru memanggilnya dan mem-privat beliau pelajaran tadi hingga paham. Imam Asy Syafi'i berkata : "Hai Robi', seandainya aku bisa memberimu ilmu semudah menyuapkan makanan, niscaya sudah aku lakukan." Diriwayatkan Imam Al Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi'i. Imam Al Ajuri dalam kitabnya, Akhlakul Ulama, berkata : "Maka seorang guru harus ekstra sabar pada muridnya yang sulit paham, jangan kasar dan menghinanya sehingga membuat dia malu untuk belajar. Karena anda tidak tahu mana diantara murid2 itu yang nanti akan menjadi murid paling berguna bagimu." Dan benarlah apa yang dikatakan Imam Al Ajuri, Robi' inilah yang menjadi rowi utama Imam Asy Syafi'i, bahkan menurut ulama, jika ada perbedaan antara Imam Robi' dan Imam Muzani maka Imam Robi' lah yang dimenangkan. ============== Ada satu kisah dari Waliyulloh Agung dari Pasuruan, Kiai Hamid, tentang bagaimana seharusnya seorang guru menghadapi murid yang tidak sesuai dengan harapannya seperti di atas. Suatu hari di sekitar tahun 60-an, salah seorang santri beliau yang menjadi pimpinan GP Ansor Cabang Pasuruan nyaris putus asa dalam kaderisasi di ranting-ranting. Pasalnya, dari 100 lulusan pelatihan, paling hanya ada 3-5 orang kader saja yg betul-betul bisa diandalkan. Dalam kegalauannya ini, si santri memutuskan sowan pada Kiai Hamid dahulu untuk konsultasi. Saat dia sowan, sembari menunjuk pada pohon-pohon kelapa yang berbanjar di pekarangan rumah, Kiai Hamid berkata panjang lebar. "Aku menanam pohon ini, yang aku butuhkan itu buah kelapanya. Ternyata yang keluar pertama kali malah blarak, bukan kelapa. Setelah itu glugu, baru setelah beberapa waktu keluar mancung. Mancung pecah, nongol manggar, yang (sebagian rontok lalu sisanya) kemudian jadi bluluk, terus (banyak yang rontok juga dan sisanya) jadi cengkir, terus (sebagian lagi) jadi degan, baru kemudian jadi kelapa. Lho setelah jadi kelapa pun masih ada saput, batok, kulit tipis (yang semua itu bukan yg saya butuhkan tadi). Lantas, ketika mau diambil santannya, masih harus diparut kemudian diperas. Yang jadi santan tinggal sedikit. Lha itu sunnatulloh. Lha yang 95 orang kader itu, carilah, jadi apa dia. Glugu bisa dipakai untuk perkakas rumah, blarak untuk ketupat." Kalau inginnya mencetak orang 'alim, tidak bisa diharapkan bahwa semua murid di kelas itu bakal jadi 'alim semua. Pasti ada seleksi alam, akan ada proses pengerucutan. Meski begitu, bukan berarti pendidikan itu gagal. Katakanlah yang jadi hanya 5 %, tapi yang lain bukan lantas terbuang percuma. Yang lain tetap berguna, tapi untuk fungsi lain, untuk peran lain. (dari buku Percik-percik Keteladanan Kiai Hamid Pasuruan) Semoga bermanfaat

Rabu, 26 Oktober 2016

terbula ilmu

فتوحات العلم ثلاثة : بتعليم وتعلم ,وبحدمة العلماء وبالرياضه terbukanya babul ilmi dg 3 hal : mengajar dan belajar,Hidmah pada guru,Riyadhoh

Kamis, 13 Oktober 2016

takhalli tahalli 2

TAKHALLI – TAHALLI – TAJALLI أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله TAKHALLI sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S As Syams (91) : 9-10) Takhalli adalah mensucikan diri. Dalam hal ini disimbolkan dengan kisah pembedahan hati Nabi oleh Malaikat Jibril dengan air zam-zam. Harap dipahami bahwa pembedahan hati tersebut hanya simbol!. Maksud dari simbol itu adalah untuk menemui Allah harus bersih/suci dari penyakit hati. Artinya adalah manusia harus berusaha mensucikan dirinya. Kenapa? Karena Allah itu Maha Suci. Dia hanya akan menerima hamba-Nya yang suci. Mereka yang belum suci ya belum bisa kembali kepada-Nya. Ini berarti mereka masih berada di alam surga dan neraka-Nya. Sebagian dari mereka masih melakukan kejahatan. Sebagian dari mereka beribadah karena takut neraka (mental budak) dan sebagian mereka lagi beribadah karena berharap surga (mental pedagang). Jadi masih harus dilatih! Masih harus disempurnakan! Bertakhalli adalah jihad yang paling besar karena harus mengalahkan diri sendiri. Harus mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Sifat-sifat iri, dengki, munafik, tamak, dan perbuatan lain yang merugikan orang haruslah dibuang jauh-jauh. Jelas bahwa musuh terbesar manusia bukanlah siapa-siapamelainkan dirinya sendiri. Ada sebuah ungkapan bijak dari Walt kelly yang mengatakan : “Kita telah menemukan sang musuh, dan ternyata dia adalah diri kita sendiri”. Dalam suatu Hadistnya, Nabi juga mengatakan bahwa orang mukmin yang kuat bukanlah yang kuat fisiknya melainkan yang mampu mengalahkan hawa nafsunya. TAHALLI Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S An Nahl(16) : 90) Tahallli adalah mengisi hidup kita dengan kebajikan atau perbuatan yang baik seperti jujur, kasih sayang, sabar, ikhlas, mudah memberi maaf, menegakan perdamaian dan menebar salam kepada sesama manusia. Nah, sekarang ini sebagian umat Islam memposisikan dirinya ekslusif. Paling benar. Merasa paling masuk surga sendirian sehingga mengharamkan menjawab salam dari umat non muslim. Padahal fatwa tersebut jelas menyalahi perintah Allah. Bahkan di Al Quran surah An Nisaa (4):94, pada saat berperang orang mukmin itu dilarang mengatakan “kamu bukan mukmin” terhadap orang yang mengucapkan salam. Dalam situasi perang saja kita diperintahkan demikian apalagi dalam situasi damai!. Ayat lain di Al Quran juga memerintahkan hal yang sama : Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah ialah mereka yang berjalan dimuka bumi ini dengan rendah hati. Apabila orang jahil menyapa mereka, maka mereka berkata “Salam” (kata-kata yang baik). (Q.S Al Furqan (25) : 63) Coba kita baca kembali ayat diatas. Sangat jelas bahwa orang mukmin yang rendah hati pun akan membalas salam bahkan dari orang jahil atau iseng sekalipun. Inilah mukmin yang mampu mengajak orang lain ke sorga dengan menebar salam. Ayat diatas adalah ayat Quran, jadi tidak perlu ditanya lagi keshahihannya. Sayangnya oleh para ulama, ayat diatas dibatalkan oleh Hadist yang melarang menjawab salamnya orang non muslim. Tidaklah mengherankan jika kemudian Islam dipandang sebagian orang non muslim sebagai agama yang tidak bersahabat. Sungguh aneh jika Al Quran dihapus oleh Hadist. Seharusnya kita hanya mengambil Hadist yang tidak bertentangan dengan Quran. Kalau ada Hadist yang bertentangan dengan Quran sebaiknya tidak masuk hitungan meski diriwayatkan oleh perawi yang terkenal sekalipun. Perbuatan dan perkataan Rasul tentu disesuaikan dengan kondisinya pada saat itu. Kita harus melihat kemungkinannya bahwa Hadist itu sifatnya kasus per kasus () dan tidak bisa digeneralisasi untuk semua keadaan. Dalam hal perintah Nabi untuk membunuh cecak misalnya, Hadist ini tidak bisa digeneralisasi bahwa semua cecak harus dibunuh sebab Nabi mengatakan perintah demikian karena pada saat itu Nabi terkena kotoran cecak. Malah dalam Hadist lainnya, Nabi justru memerintahkan kita untuk tidak membunuh binatang yang tidak mengganggu. Begitu juga dengan Hadist yang melarang menjawab salam dari kalangan non muslim harusnya jangan kita telan bulat-bulat. Jadi dalam hal ini kita harus berhati-hati dengan Hadist. Bukan berarti kita ingkar Hadist. Bukan!! Tapi berhati-hati dalam berfatwa menggunakan Hadist. Jangan kita terjebak mengagung-agungkan (taklid) kepada perawinya. Tidak ada jaminan dari Allah atau Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa perawi A atau B adalah perawi yang harus ditaati, dipercaya karena bebas dari kesalahan. Sejarah Hadist sendiri dimulai pada tahun 100 H dimana Khalifah Umar bin Abdul Aziz mendorong penulisan Hadist. Jika Al Qurannya pada masa itu sudah baku dan hanya ada satu yakni versi Ustman bin Affan -versi lainnya dibakar agar tidak terjadi perbedaan-, tidaklah demikian dengan Hadist. Di masa Umar bin. Abdul Aziz -yang wafat 101 H- riwayat, dongeng, sabda Yesus, dan doktrin di luar Al Quran menjamur dan tak terkontrol sehingga pemalsuan Hadist sulit untuk bisa di edit kembali. Lebih dari 125 tahun kemudian, Bukhari baru muncul di permukaan bumi. Tak alang kepalang jumlah Hadist, lebih dari sejuta Hadist. Bukhari sendiri menyeleksi sekitar 600.000 Hadis. Dan dari yang terseleksi pun banyak yang miring kepada daulat Abbasiyah. Coba bayangkan, menguji validitas Hadist setelah 200 tahun Nabi wafat, tentunya merupakan pekerjaan yang hampir mustahil dikerjakan manusia. Karena itu, tumbuhlah ilmu-ilmu untuk menyaring Hadist, misalnya uji isnad/rijal, cara periwayatan, dan juga matan. Jika Alquran yang ribuan ayat saja perlu kejelian untuk menjadikannya kitab di masa Umar bin Khatthab, bagaimana membakukan Hadist yang jumlahnya lebih dari sejuta? Secara logis, “Pesan berantai” dari Nabi Muhammad hingga ratusan tahun ke depan tentu akan sulit ditelusuri keasliannya. Tidak heran jika ada kelompok yang saling berbeda pendapat akhirnya saling menuduh bahwa kelompok itu menggunakan Hadist palsu. Pertengkaran dalil seperti ini jelas akan mengorbankan ukhuwah Islam demi ego kelompoknya masing-masing. Setelah pembakuan Hadist secara besar-besaran, terbukti umat Islam malah kian tertinggal dibandingkan umat agama lain karena patokan mereka cukup dengan Hadist saja, bahkan sebagian lagi malah ada yang “menuhankan” Hadist dan melupakan Quran. Dengan demikian, dalam menyikapi Hadist, harusnya kita sangat berhati-hati karena walau bagaimanapun ada Hadist yang sifatnya kasuistis (per kasus) dan ini bisa berbahaya bila digeneralisasi dan dijadikan hukum. Hanya Al Quranlah yang dijamin keasliannya oleh Allah. Yang terbaik adalah menafsirkan Quran dengan Quran. Boleh saja kita menafsirkan Quran dengan Hadist asal Hadistnya tidak bertentangan dengan Quran. Kalau semua Quran ditafsirkan dengan Hadist ya umat Islam bakalan mandeg. Al Quran akhirnya cuma dikeramatkan. Orang malah lebih sering ngaji Quran ketimbang mengkaji Quran. Umat Islam jadi malas berpikir untuk mengkaji kembali Quran karena merasa sudah cukup ditafsirkan oleh Hadist. Al Quran jadinya malah tertutup untuk bisa ditafsirkan kembali sesuai perubahan jaman. Jadilah kita umat Islam abad ke-21 dengan produk pemikiran di abad silam. Islam akhirnya tidak bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin yang mampu menjadi solusi di segala jaman. Sungguh kita membutuhkan ulama-ulama reformis yang mampu membenahi citra Islam sebagai agama yang terbuka terhadap perkembangan jaman. TAJALLI Maka Kami bukakan tirai yang menutupi engkau, oleh sebab itu pandangan engkau amatlah terangnya. (Q.S. Qaaf (50) : 22) Pada proses takhalli dan tahalli, seseorang berarti telah makrifat kepada Af’al, Asma dan Sifat-Nya. Puncak dari seagala makrifat adalah makrifat Dzat. Inilah yang disebut tajalli. Dalam istilah lain disebut juga Musyahadah atau Mukhasafah. Manusia yang sudah mencapai tajalli berarti ia telah bermikraj. Dalam peristiwa Isra Mikraj, Nabi diceritakan telah sampai ke “Pohon Sidrah” (Pohon Lotus) yang biasa dikenal dengan sebutan Sidratul Muntaha. Dengan Mikraj berarti beliau telah sampai kepada bayt Allah lalu menemui-Nya. Nabi mengatakan : Ra’aitu Robbii fii ahsani su’uura (Aku telah melihat Tuhanku yang seelok-eloknya rupa yang tiada umpamanya). Dengan demikian, tidak ada hijab lagi antara diri dan Tuhannya. Yang ditemui adalah Cahaya diatas cahaya! Allah adalah cahaya semua langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu bak bintang yang memancarkan sinar gemerlapan yang dinyalakan (dengan minyak) dari pohon yang diberkati –yaitu pohon zaitun yang tidak tumbuh di timur maupun barat. Minyaknya pun bercahaya meski tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya. Allah memberikan cahaya pada orang yang menghendaki cahaya-Nya. (Q.S An Nuur (24):35) Nah, sholatnya orang-orang beriman (makrifat) sangatlah khusyu karena ketika mereka sholat, tidak ada hijab antara ia dan Tuhannya. Nabi bersabda : “Sholat adalah mikrajnya orang-orang yang beriman”. Ya! Hanya orangorang berimanlah yang mengalami Mikraj ketika sholatnya Ini artinya mereka tidak menyembah adam sarpin (kekosongan). Mereka bashar (melihat) Allah ketika sholat dan Allah pun bashar kepada mereka. Sunan Bonang –salah satu walisongo, penyebar agama Islam di nusantara- pernah bertutur, seperti yang tertulis dalam Suluk Wujil sebagai berikut : Endi ingaran sembah sejati Aja nembah yen tan katingalan Temahe kasor kulane Yen sira nora weruh Kang sinembah ing dunya iki Kadi anulup kaga Punglune den sawur Manuke mangsa kenaa Awekasa amangeran adam sarpin Sembahe siya-siya Artinya : “manakah yang disebut sholat yang sesungguhnya? Janganlah menyembah bila tidak tahu siapa yang disembah. Akibatnya akan direndahkan martabat hidupmu. Apabila engkau tidak mengetahui siapa yang disembah didunia ini, engkau seperti menyumpit burung. Pelurunya disebar tetapi tak ada satupun yang mengenai burungnya. Akhirnya cuma menyembah adam sarpin, penyembahan yang tiada berguna” Dalam beragama, ada golongan orang ‘alim dan ada golongan orang ‘arif (telah makrifat). Perbedaannya adalah, kalau orang ‘alim mengenal Tuhan hanyalah sebatas percaya saja. Syahdatnya pun hanya diucapkan di bibir. Sedangkan orang ‘arif mengenal Tuhannya adalah melalui (penyaksian). Syahadatnya bukan hanya diucapkan belaka melainkan telah dibuktikannya. Jika seseorang sudah mencapai tahap alim maka seyogyanya ia meningkatkan kualitas dirinya menjadi seorang yang ‘arif. Orang yang telah mengenal Tuhannya akan mampu sholat terus menerus dalam keadaan berdiri, duduk, bahkan tidur nyenyak Intinya adalah segala perbuatannya adalah sholat. Inilah yang disebut “sholat daim”. Aladzina hum ‘ala sholaatihim daa’imuun. Yaitu mereka yang terus menerus melakukan sholat (Q.S Al-Ma’aarij : 70:23) Mereka yang mampu sholat daim adalah mereka yang tidak akan berkeluh kesah dalam hidupnya dan senantiasa mendapat kebaikan sebagaimana disampaikan Q.S 70 : 19-22. Nah, sholat daim ini modelnya seperti apa? Ah.. tentu saja tidak bisa dibeberkan disini karena sholat daim adalah “oleh-oleh” dari hasil pencarian spiritual manusia. Tidak bisa diceritakan ke semua orang kecuali mereka yang telah memiliki kematangan spiritual. Ibarat pelajaran fisika S3, ya tentu tidak bisa diajarkan kepada anak SMP. Harus lulus dulu S2- nya agar menerima ilmu tersebut lebih mudah. Sholat daim adalah sholatnya orang ‘arif yang telah mengenal Allah. Ini adalah sholatnya para Nabi, Rasul, dan orang-orang ‘arif. Ilmu ini memang tidak banyak diketahui orang awam. Lantas bagaimana dengan sholat lima waktu? Nah sholat lima waktu sebenarnya adalah jumlah minimal saja yang harus dikerjakan manusia untuk mengingat Allah. Pada hakekatnya kita malah harus terus menerus untuk mengingat Allah sebagaimana firman-Nya : Dan ingatlah kepada Allah diwaktu petang dan pagi (Q.S Ar-Ruum (30) : 17) Dan sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan petang. (Q.S Al-Insaan (76) : 25) Ayat diatas bukan berarti mengingat Allah hanya dua kali saja yaitu waktu pagi dan petang sebab makna ayat diatas justru sehari-semalam! Yakni pagi dimulai dari jam 12 AM-12 PM, sampai dengan petang jam 12 PM-12 AM, begitu seterusnya. Nah, karena tidak semua orang sanggup untuk mengingat Allah dalam sehari-semalam maka sholat lima waktu itu adalah merupakan event khusus untuk mengingat-Nya. Jika orang awam tidak ada perintah sholat lima waktu maka tentu saja Allah akan mudah terlupakan. Kalau Allah terlupakan maka bumi ini bisa rusak oleh berbagai kejahatan yang dilakukan manusia. Orang awam perlu dilatih disiplin melalui sholat lima waktu ini untuk mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, kontrol diri akan lebih kuat. Namun demikian, janganlah merasa cukup puas hanya dengan sholat lima waktu. Tingkatkanlah agar kita mampu melakukan sholat daim. Mari kita simak kembali ungkapan Sunan Bonang yang tertulis dalam Suluk Wujil : Utaming sarira puniki Angawruhana jatining salat Sembah lawan pujine Jatining salat iku Dudu ngisa tuwin magerib Sembahyang araneka Wenange puniku Lamun aranana salat Pan minangka kekembaning salat daim Ingaran tata krama Artinya : “Unggulnya diri itu mengetahui hakekat sholat, sembah dan pujian. Sholat yang sebenarnya bukan mengerjakan isya atau magrib. Itu namanya sembahyang, apabila disebut sholat maka itu hanya hiasan dari sholat daim. Hanyalah tata krama” Dari ajaran Sunan Bonang diatas, maka kita bisa memahami bahwa sholat lima waktu adalah sholat hiasan dari sholat daim. Sholat lima waktu ganjarannya adalah masuk surga dan terhindar neraka. Tentu yang mendapat surga pun adalah mereka yang mampu menegakan sholat yaitu dengan sholat tersebut, ia mampu mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar. Sayangnya, saat ini banyak orang yang hanya meributkan sholat fisiknya saja dan melupakan hakekat sholat itu sendiri. Seringkali jika terdapat perbedaan pada gerakan ataupun bacaan sholat, mereka saling ribut mengatakan sholatnya paling benar dengan menyebut sejumlah Hadist yang diyakininya benar. Harap diingat! Perbedaan gerak maupun bacaan adalah hal yang wajar karena Nabi sendiri tidak mengajarkan sholat secara khusus melainkan hanyamengatakan “Sholatlah sebagaimana aku sholat”. Nah karena banyak orang yang menyaksikan sholatnya Nabi, maka penglihatan masing-masing orang bisa berbeda sehingga tidaklah aneh jika ada perbedaan dikemudian hari. Mengapa Nabi tidak mengajarkan sholat secara khusus? karena gerakan sholat yang dicontohkan Nabi sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Arab. Gerakan sholat yang dicontoh Nabi berasal dari agama Kristen Ortodoks Syiria yang telah muncul satu abad sebelum Nabi lahir. Ritual sholat mereka dikerjakan dalam tujuh waktu. Gerakannya ada berdiri, ruku dan sujudnya mirip sekali dengan sholat lima waktu umat Islam. Cara sholat umat Kristen Ortodoks Syiria sampai hari ini pun masih bisa kita saksikan. Bagi umat Islam yang tidak mengerti sejarah, pasti akan sewot dan mengatakan mereka telah mencontek sholatnya orang Islam atau menuduh mereka melakukan kristenisasi gaya baru. Padahal, justru kitalah yang mengadopsi sholat dari mereka. Dengan demikian, Nabi ternyata tidak membawa syariat baru. Nabi hanya memodifikasi berbagai syariat yang telah ada sebelumnya. Contoh lainnya adalah Ibadah Haji dan Umroh. Ibadah ini sudah menjadi kelaziman pada jaman pra Islam. Hampir seluruh ritualnya sama dengan yang dilakukan umat Islam pada saat sekarang, yakni memakai pakaian ihram, wukuf, melempar jumrah, sa’i dll. Nabi hanya mewarisi saja dengan menyingkirkan ibadah ini dari kesyirikan dan diganti dengan kalimah thoyibah. Begitu juga dengan pengagungan bulan Ramadhan, perkumpulan di hari jum’at, telah ada sebelumnya pada jaman pra Islam. Aturan pra Islam lainnya yang diadopsi dari tradisi hanifiyyah antara lain : pengharaman minum arak, riba, zina, memakan babi, kemudian ada juga pemotongan hukum tangan pelaku pencuri dlsb. Dengan demikian, Nabi hanya melakukan modifikasi saja pada beberapa syariat dan aturan. Termasuk dalam hal poligami yang tadinya dilakukan orang Arab pra Islam tanpa batas kemudian oleh Nabi dibatas menjadi empat istri sesuai perintah dari Allah. Nah, fakta-fakta diatas dapat Anda baca secara lebih luas melalui buku-buku yang mengulas sejarah dan peradaban pra Islam, misalnya karangan Khalil Abdul Karim dengan judulnya Al-Judzurat at-Tarikhiyyah la asy-syariah al Islamiyyah. Nah, pertanyaannya sekarang adalah, mengapa Nabi tidak membawa syariat yang sama sekali baru? Jawabannya mudah saja, karena jika membawa syariat baru maka hampir bisa dipastikan dakwah Nabi gagal. Sama halnya jika Nabi mengenalkan kesenian wayang di tanah Arab tentulah akan gagal karena ketidakcocokan budaya. Meski Islam itu untuk seluruh umat manusia, namun dalam konteks mengenalkan agama tersebut haruslah tetap mengacu dan berkompromi pada ritual dan budaya lokal Arab agar tetap bisa diterima masyarakat pada saat itu. Perhatikan firman Allah berikut ini : Dan jikalau Kami jadikan Al Quraan itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? (Q.S Fushishilat (41) : 44) Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Q.S Ibrahim (14) : 4) Kalau Nabi membawa syariat baru maka sudah pasti akan ditolak oleh orang Arab karena syariat itu akan menjadi sangat asing bagi mereka. Coba kita ingat kembali misi utama Nabi yaitu memperbaiki ahlak dan mengajarkan tauhid. Bayangkan jika Nabi harus mengenalkan syariat baru, maka tentunya dakwah Nabi malah akan dipenuhi oleh pengajaran ritual-ritual ibadah yang baru. Bisa jadi nantinya fokus pada pembinaan ahlak akan terbengkalai karena umat lebih sibuk belajar ibadah ritual tanpa memahami hakekat ritual itu sendiri. Padahal semua ritual tersebut, tujuannya adalah untuk membentuk ahlak yang baik. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh para wali songo. Contohnya Sunan Kudus membuat Masjid dengan atapnya sama seperti pura (rumah ibadah umat Hindu). Syekh Siti Jenar tidak mengajarkan “sholat ala Arab” kepada orang jawa. Sujud bagi orang Arab adalah penghormatan yang tertinggi, sedangkan bagi orang jawa, penghormatan tertinggi adalah duduk dengan tangan ditangkupkan diatas kepala. Wali lain seperti Sunan Kalijaga juga mengenalkan Islam melalui sekatenan, muludan, selametan, wayang dll. Sampai saat ini, kita masih mendapati Islam jawa yang diajarkan oleh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga yang kemudian lebih dikenal dengan nama Islam abangan atau kejawen. Dengan demikian, para wali ini sebenarnya telah mengikuti sunnah Nabi yakni tidak merubah kebiasaan masyarakat setempat melainkan memodifikasi sedemikian rupa agar dakwahnya bisa diterima. Bagi para wali, yang terpenting dari ibadah itu adalah tujuannya sedangkan “wadahnya” bisa fleksibel sesuai dengan tradisi setempat. Sekarang, sudah saatnya bagi kita tidak lagi perang syariat antar aliran agama. Yang terpenting dari syariat adalah isinya bukan kulitnya!. Syariat tanpa hakekat adalah sia-sia. Hakekat tanpa syariat? Nah ini yang sebenarnya tidak ada!, orang yang sudah mencapai hakekat, sudah pasti syariatnya ikut meski penerapannya berbeda antar tiap kelompok, aliran dan agama. Adanya perbedaan haruslah dihargai, bukan diperangi! Sebab cuma Allah-lah yang mengetahui sesat atau tidaknya seseorang (Q.S 53 : 32, 6 : 117). Kita harus mampu melampaui batasan yang sifatnya lahiriah. Jangan melulu meributkan ritual fisik sholat! Tapi lihatlah tujuan dari sholat itu sendiri. Jangan pula hanya berhenti pada tataran sholat lima waktu saja. Sholat yang sejati adalah sholat yang terus menerus selama 24 jam (sholat daim) karena sholat inilah yang mampu melampui alam surga sehingga dapat kembali kepada-Nya. Disanalah nanti orang-orang ‘arif akan mendapatkan kebahagiaan yang kekal, manunggal bersama-Nya! Bagi mereka yang ingin mendalami sholat daim maka silahkan mencari ulama tauhid (guru mursyid). Ulama ini cukup banyak hanya saja mereka tidak muncul ke permukaan. Mereka hanya mau mengajari orang-orang yang mau mencapai maqam makrifat saja. Sama halnya Nabi Muhammad pun hanya mengajari orang-orang tertentu saja misalnya para sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dll. Nah karena tidak mengajarkan secara terang-terangan inilah maka kemudian sebagian umat Islam menghakimi bahwa tasawuf yang bermunculan adalah sesat. Padahal ajaran tasawuf yang bermunculan semuanya bermuara ke para sahabat Nabi seperti Ali, Abu Bakar dll. Bahkan ada kelompok tasawuf yang mewajibkan murid-muridnya harus hafal silsilah dari guru mursyidnya hingga ke Rasulullah. Ini menandakan bahwa Rasulullah memang mengajarkan tasawuf atau cara mencapai makrifat kepada sahabatnya lalu diwariskan kembali oleh sahabat tersebut kepada generasi selanjutnya. Para imam mazhab sendiri mengakui tasawuf sebagai ajaran yang sangat penting. Imam Syafi’i Ra mengatakan : “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua. Meninggalkan hal-hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh kelembutan dan mengikuti ahli tasawuf”. Imam Ahmad bin Hambal Ra sebelum bertasawuf mengatakan “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak kepada Hadist. Kamu harus berhati-hati bersama orang yang menamakan dirinya kaum sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama”. Kemudian setelah berguru tasawuf kepada Abu Hamzah Al Baghdady, beliau meralat ucapannya : “Hai anakku, hendaknya engkau bermajlis kepada para sufi karena mereka bisa memberikan tambahan bekal kepada kita melalui ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur. Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum sufi”. Jadi, cara, usaha atau wasilah apapun sepanjang itu bisa mendekatkan diri kepada Allah tidaklah dilarang. Malah di Al Quran, kita dianjurkan mencari jalan yang mampu mendekatkan diri kepada-Nya : Hai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan bersungguh-sungguh lah pada jalan- Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (Q.S Al Maaidah (5) : 35) Belajar tasawuf dengan berguru kepada ulama tauhid merupakan usaha atau jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mengapa berguru itu penting? Keutamaan seorang guru mursyid adalah mampu membimbing kita lebih terarah ketimbang kita melakukan pencarian seorang diri. Dari sisi efisiensi waktu, jelas belajar kepada seorang guru akan lebih cepat ketimbang belajar tanpa guru. Meski demikian guru mursyid hendaknya tidak dikultuskan sedemikian rupa. Kita menimba pelajaran dari beliau dan kita sendirilah yang akan menjalankannya. Kita tetap menjaga hubungan yang baik dengan dengan guru mursyid sebagai sesama orang yang beriman. Diluar sana, banyak juga orang yang melakukan perjalanan spiritual seorang diri. Tentunya ia akan membutuhkan waktu yang panjang dan hasilnya pun belum pasti bahkan bisa terperosok kepada jalan yang keliru. Imam Ghozali adalah salah seorang filsuf yang melakukan perjalanan panjang (salik) dalam menemui Tuhannya. Ia bahkan harus mengasingkan diri dari keramaian orang banyak (uzlah) agar tidak terganggu tirakatnya. Tentu hidup di jaman sekarang sangat sulit mengasingkan diri dari keramaian orang. Uzlah yang harus dilakukan manusia modern hendaknya tidak harus menyendiri dari keramaian dan tidak harus melepas tanggung jawab dunia dengan meninggalkan anak, istri. Seorang sufi bernama Abu Said Al Khudri bahkan mengatakan : “Manusia sempurna adalah orang yang duduk diantara semua mahluk, berdagang bersama mereka, menikah serta bercampur dengan sesama manusia. Namun mereka tidak lengah sedetikpun dari mengingat Allah”. Dengan uraian diatas, jelaslah bahwa usaha untuk menemui Allah tidak mesti harus memutus hubungan bermasyarakat. Allah bisa ditemui siapapun, ditempat apapun. Untuk menemui Allah ternyata ada jalan terpendek (mazhud) yakni dengan mendapat bimbingan dari guru mursyid. Rasullullah sendiri telah mencontohkan dalam hal menemui Allah yaitu dengan mikraj yang dilakukan cukup semalaman saja. Bandingkan dengan Sidharta Gautama yang membutuhkan waktu 6 tahun untuk mencapai mikraj. Guru mursyid inilah yang mampu mengajarkan mikraj dengan cepat sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad. Carilah guru mursyid yang mampu memberikan jalan tercepat dan paling efektif dalam usaha menemui-Nya sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Quran : Aku dapat membawa singgasana-Nya dalam sekejab mata (Q.S An Naml (27) : 40) Jalan pendek ini pun akhirnya diakui jauh lebih efektif oleh Imam Ghozali dalam bukunya yang berjudul “misykat cahaya”. Sebab Allah selalu memberi kemudahan kepada umat-Nya khususnya bagi mereka yang memiliki keinginan kuat untuk menemui-Nya. Nabi Muhammad, dalam Hadistnya mengatakan : “Barang siapa ingin menjumpai Allah, maka Allah pun ingin menjumpainya” “Barang siapa yang tidak ingin menjumpai Allah, maka Allah pun tidak ada keinginan untuk menjumpainya” ”berjalan kamu menuju Allah, maka berlari Allah menghampirimu. Sejengkal kamu mendatangi Allah, maka sedepa Allah mendatangimu”. alif braja at 2:24 AM Share