Jumat, 09 Desember 2016
edisi maulid
Edisi Maulid
Saya membayangkan betapa keluhuran ahlak dan budi Sidi Syeikh Abdul Qadir yang tidak akan mau makan sebelum ia mendengar "ilham" makanlah, dan tidak akan beliau meminum sesuatu kecuali beliau mendengar "ilham" minumlah, ini wira'i kelas apa kok sampai seperti ini. Lalu bagaimana dengan Rasulullah...
Kedermawanan Sidi Imam Ali As-syadziliy, dengan karamahnya ia membebaskan negri tunis dari kelaparan. Dengan Hartanya tak setetespun yang mampu meracuni Hati beliau yang dalam banyak biografi dijuluki "Syadidu at-tawadlu'" paling tawadlu' tawadlu'nya insan dizamanya..Lalu bagaiamana dengan Rasulullah, bagaimana cara menggbarkan akhlaq rasulullah?
Al-imam Musa al-kadzim, pengulu Wali dizamanya. Penguasa bumi bagian barat dan timur. Pemegang sanad berbagai disiplin ilmu. Sebaik baiknya Nasab yang Ia sandang, putera dari Guru Agung umat manusia, al-imam Jakfar as-shadiq. Beliau hanya hidup berkelana, khumul dengan kushufianya. Membumi. Lalu bagaimana cara menggambarkan Rasulullah? Manusia terbaik sepanjang sejarah penciptaan segala sesuatu, namun masih memilih memakan dendeng kering. Memilih seteguk zam zam dan sebutir kurma daripada segala harta dunia...
Al-imam Ali Zainal Abidin bin Husein As-sajad. Tidak kurang seribu rakaat beliau solat dalam sehari. Selalu memenuhi kantong kantong gandum tetangganya tanpa ada yang tahu, setiap malam dengan tangan beliau sendiri. Pewaris pedang Dzulfiqar milik al-murtadla kakeknya. Lalu bagaimana dengan Rasulullah, jika cicitnya saja sedemikian tak tergambarkan. Dengan kelingkingnya ia memberi minum pasukan perang ditengah padang pasir. Dengan panah, sang rasul memanah sebuah sumur kering hingga mata air semburat membasahi ribuan pasukan sahabat nabi. Memakan makanan yang diracun oleh yahudi dengan tanpa beban untuk menghormati si pemberi. Wahai Rasulullah...siapakah gerangan engkau yang sesungguhnya.
Adakah engkau itu manusia wahai Rasulallah? Atau Engkau adalah malaikat yang begitu dicintai Jibril pemimpin para malaikat yang hingga ia berkata jikalau bukan karena tugas menyampaikan wahyu, ia tidak mau lagi naik kelangit dan memilih hidup dibumi disisimu wahai Rasulullah???
Atau seperti yang di dongengkan oleh para mursyid mursyid dalam liqa' mereka "Muhammad, Muhammad, Engkau manusia namun tidaklah seperti manusia. Perumpamaanmu dibanding manusia lainya selayaknya Yaqut diantara padang bebatuan"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar