Selasa, 05 April 2016
pembagian ilmu 1
Ingat masa nyantri dulu. Ada pembagian ilmu menjadi dua: ilmu umum dan agama. Ilmu umum murni dunia, katanya, dan ilmu agama untuk akhirat. Dengan manggut-manggut dan idealisme meledak-ledak kuamini dikotomi ini. Lalu setelah belajar di luar, baru kumulai menata pemikiran. Mulai tampak bahwa dikotomi itu tidak sepenuhnya benar dan bahkan menyesatkan. Kalau dipikir-pikir shalat pun adalah ilmu gerak fisik dan berbicara, yang memebedakan tujuan niatnya kalau untuk Allah maka jadi ibadah. Kalau begitu apa bedanya dengan mengobati bagi dokter, mengajar bagi guru? Hanya tipis sekali bedanya. Shalat dari dasarnya berfungsi untuk ibadah Cuma manusia kadang meniatkan berbeda. Ini ibadah langsung pada Tuhan demikian puasa dan haji. Tapi mengobati bagi dokter tujuan utamanya adalah membantu sesama merupakan ibadah melalui manusia. Jika tidak diniatkan karena Allah bukan ibadah. Lalu beberapa tahun kemudian kutahu bahwa ilmu untuk beribadah dan mengenal tuhan adalah fardu ain sedang untuk ilmu yang lain fardu kifayah. Fardu, bukan sunnat hukumnya. Namun, karena terlanjur didikotomikan, kemudian di pesantren ilmu sains dikesampingkan. Sedang disisi lain pada sekolah formal ilmu agama dipinggirkan. Terjadilah polarisasi pemikiran antara kaum agama dan ilmuwan. Masalahnya, pendidikan formal sudah menemukan tempat yang mapan dalam politik kenegaraan. Sedangkan ilmu agama? Tidak ada posisi yang jelas dalam politik kenegaraan meskipun menjadi dasar tertinggi dalam pancasila. Ironisnya, faktor tersebut memposisikan pendidikan agama sebagai minoritas padahal merupakan pendidikan pertama yang membangun negara. Pesantren adalah pendidikan yang paling awal di negara ini. Tapi, kini? Pesantren, sebagian besar, masih berkutat dengan dikotomi tersebut. Akibatnya, terjadi kegamangan dalam mengadopsi pendidikan modern. Satu sisi ingin mengikuti perkembangan tapi di sisi lain tak ingin kehilangan identitas. Hasilnya, output pesantren tetap tidak menghasilkan ilmuan yang agamis tetapi agamawan yang hanya mengenal sains atau ilmuan yang mengenal agama. Mari berpendapat. Mari kritisi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar