Rabu, 28 September 2016

belajar hikam

#Mari_Belajar_Ngaos_lagi,,, #الحمدلله_رب_العالمين.... #Tabarukan_Ngaji_Kitab_AlHikam_Pasal_144_145 : “ Sebaik-baiknya Satir/Tutup Dari ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala.” ١٤٤• الستر على قسمين ستر عن المعصية وستر فيها، فالعامّة يطلبون من الله تعالى الستر فيها خشيــة سقوط مرتبتهم عندالخلق، والخاصة يطلبون من الله السترعنهاخشية سقوطهم من نظرالملك الحقّ 144• “ Tutup(dari ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala) itu ada dua: (1)• Tutup dari berbuat ma'siat/dosa, (2)• Tutup dalam berbuat ma'siat, sedang manusia pada umumnya meminta kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala supaya di tutupi dalam perbuatan ma'siat, karena kuatir jatuh kedudukannya dalam pandangan sesama manusia. Tetapi orang-orang khusus meminta kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala, supaya ditutupi dari berbuat ma'siat/dosa, jangan sampai berbuat ma'siat, karena takut jatuh dari pandangan ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala. <=π=> #Syarah Manusia pada umumnya meminta kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala , supaya ditutupi maksiatnya pada waktu mengerjakannya, sehingga mereka meminta kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala supaya di tutupi karena takut kedudukannya di masyarakat/sesama manusia jatuh sebab ma'siat itu. #ALLOH_Subhaanahu wa Ta'ala berfirman : يستخفون من الناس ولايستخفون من الله معهم “Yas-takhfuuna minan-naasi walaa yas-takhfuuna-minallohi wahuwa- ma’ahum.” "(mereka sembunyi dari sesama manusia, tetapi tidak sembunyi dari ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala yang selalu beserta mereka)." ‘Ady bin Hatim rodhliyallohu 'anhu berkata : #Rosululloh_Shollallohu 'alaihi wasallam Bersabda: " Kelak pada hari Qiyamat ada beberapa orang yang dibawa ke surga, tetapi setelah melihat segala kesenangan yang tersedia dan merasakan hawa enaknya surga, tiba-tiba diperintahkan mengusir mereka dari surga, sebab mereka tidak punya bagian dalam surga itu, maka kembalilah mereka dengan penuh penyesalan, sehingga mereka berkata: Ya ALLOH, andaikan Engkau memasukkan kami ke neraka sebelum memperlihatkan kepada kami surga dan segala yang disediakan untuk para waliMu, niscaya akan lebih bagi kami. #ALLOH_Subhaanahu wa Ta'ala Berfirman : memang Aku sengaja demikian, kamu dulu jika sendiirian berbuat segala dosa-dosa besar, tetapi jika bertemu dengan orang-orang, berlagak khusuk bermuka-muka pada manusia, berlawanan dengan apa yang ada dalam hatimu, kamu takut pada manusia dan tidak takut padaKu, mengagungkan manusia tidak condong padaKu, maka hari ini rasakan siksaKu yang sepedih-pedihnya, dan diharamkan atas kamu segala RahmatKu. <= _^^_=> ١٤٥• من اكرمك فانمااكرم فيك جميل ستره فالحمد لمن سترك ليس الحمد لمن اكرمك وشكرك 145• ” Siapa yang memuliakan/menghormati kamu, sebenarnya hanya menghormati keindahan tutup ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala kepadamu, maka seharusnya pujian itu kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala yang telah menutupi engkau, bukan pada orang yang memuji dan terima kasih padamu”. =>π<= √• #Syarah Sudah menjadi sifat manusia bahwa Tiap orang pasti mempunyai cela/aib dan kebusukan yang andaikan diketahui oleh orang lain, pasti orang lain akan membenci dan tidak suka padanya. Kenyataannya ada orang yang memuji, menghormatinya, adapun yang menyebabkan adanya orang yang memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena kebaikannya, tetapi karena ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala menutupi kebusukan dan cacatnya, maka pujian itu seharusnya kembali kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala yang menutupi kebusukan dan aibnya. Karena itu ia wajib bersyukur dan memuji kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya. Dan memuji kepada ALLOH Subhaanahu wa Ta'ala yang menutupi aibnya, tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu kejelekannya. #والله_أعلم_بالصواب... إن الحمدلله نحمده ونستغفره ونعوذبالله من شرورأنفسناومن سيئآت أعمالنامن يهدالله فلامضل له ومن يضلل فلاهادي له،،

Sabtu, 24 September 2016

musibah ujian,peringatan atau azab

Musibah, Ujian, Peringatan, atau Azab ? Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Setelah kecelakaan kereta api, tabrakan bis di beberapa kota, tragedi tugu tani, dan beberapa bulan yg lalu adalah berita terbaru tentang kecelakan jatuhnya pesawat sukhoi. Hmmm musibah seakan tak mau beranjak dari negeri ini. Tak pelak lagi bahwa segala kejadian di bumi ini BUKANLAH sebuah kebetulan. Semuanya sudah menjadi kehendak sang pembuat kejadian, yaitu Allah SWT. Tak terkecuali adanya musibah2 tersebut. Jangankan jatuhnya pesawat sukhoi, jatuhnya sehelai daun dari pohon pun tak luput dari ijin Allah. Tinggal kita sebgai hamba (manusia) mampu mengambil ibrahnya atau tidak. Pertanyannya sekarang: “BAGAIMANA KITA MENGGUNAKAN LOGIKA KITA UNTUK MEMAHAMI DAN MENGHAYATI MUSIBAH INI SEBAGAI UJIAN, AZAB, BALASAN, ATAU PERINGATAN…?? MARI KITA ANALISA SATU PERSATU. 1. MUSIBAH SEBAGAI UJIAN. Musibah merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Silih berganti datang, bagaikan sapuan kuas warna-warni yang mengisi lukisan kehidupan. Begitulah adanya musibah, dan begitulah sunnatullah yang berlaku, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya: ”Sungguh, Kami pasti akan menguji manusia dengan sedikit ketakutan, kelaparan, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembir abagi orang2 yg sabar ”(Al-Baqarah:155). Namun, bukanlah sikap yang bijak jika kita menyikapi setiap musibah yang datang dengan cara-cara jahiliyah, menangis meraung-raung, memaki diri dan orang lain, atau bahkan sumpah serapah yang tak sopan atau bahkan stress dan frustasi. Sebab, semua itu tidak akan mengurangi kadar musibah, dan justru menambah dua masalah berat yaitu musibah itu sendiri ditambah beban perasaan kita sendiri. Musibah juga kerap kali membuat seseorang begitu frustasi, seakan dunia sudah berakhir, dan tak jarang berakhir dengan usaha bunuh diri, wal iyadzu billah. Stres dan depresi yang melanda, jika tak diiringi benteng iman yang kokoh, memang bisa melahirkan atraksi bunuh diri. Beberapa artis barat, yang notabene berlimpah materi, ternyata berakhir mengenaskan dengan menghilangkan nyawa mereka sendiri. Sebagai seorang muslimah, yang merupakan taman tarbiyah bagi generasi penerus, sikap seperti itu tentunya perlu dibuang jauh-jauh dari kamus kehidupan. Maka, sikap SABAR menjadi perisai yang ampuh ketika menghadapi musibah. Menyambung dari ayat yg saya kutip di atas, Al-Baqarah, 155 , bahwa Allah akan menguji hamba2Nya dengan rasa takut, kekurangan harta, jiwa , dan buah2an…Akan tetapi, setelah itu Allah menyambung firmanNya di ayat berikutnya dengan berfirman: ”…Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Baqarah: 155-157) Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, seorang ulama yang karya-karyanya banyak berbicara masalah hati, membahas lebih jauh terapi penghilang duka lara dalam buku beliau. Buku yang oleh penerbit dan penerjemahnya diberi judul ‘Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah‘ ini banyak memberikan kiat dan terapi agar kita terhibur dan tidak larut dalam kesedihan yang panjang. Hal pertama yang patut kita sadari, sebagai terapi yang paling mujarab, adalah bahwa kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah, sebagaimana yang ditunjukkan dalam ayat di atas. Keyakinan tersebut mempunyai dua prinsip agung, yang jika seorang hamba benar-benar memahami kedua prinsip tersebut, maka ia akan terhibur dari musibah yang menimpanya. Ibnul Qoyyim menjabarkan dua prinsip tersebut sebagai berikut: Pertama, bahwa seorang hamba beserta keluarga dan hartanya benar-benar merupakan milik Allah SWT. Milik Allah itu telah diserahkan kepada hambaNya sebagai pinjaman, titipan. maka jika Allah mengambil kembali pinjaman itu darinya, kedudukannya seperti pemberi pinjaman yang mengambil barang yang dipinjam. Keluarga dan hartanya itu selalu berada di antara dua ketiadaan, yaitu ketiadaan sebelumnya dan ketiadaan sesudahnya. Kepemilikan hamba terhadapnya hanyalah kesenangan yang dipinjamkan dalam jangka waktu sementara. Hamba bukanlah yang mengadakannya dari ketiadaan, sehingga tidak bisa menjadi pemiliknya secara hakiki. Hamba juga tidak bisa menjaganya dari berbagai bencana setelah ia ada. Juga tidak bisa mengekalkan keberadaannya. Jadi, seorang hamba sama sekali tidak memiliki pengaruh terhadapnya, tidak memiliki secara hakiki. Bahkan, ia hanya dapat menggunakannya dalam batas wewenang seperti seorang budak yang diperintah dan dilarang, bukan sesuka hatinya seperti wewenang seorang pemilik. Karena itu, seorang hamba tidak boleh melakukan tindakan terhadapnya kecuali sesuai dengan perintah Pemilik yang hakiki. Kedua, tempat kembali seorang hamba adalah Allah, tuannya yang sejati. Ia pasti meninggalkan dunia di belakangnya dan menghadap kepada Rabbnya seorang diri, sebagaimana ketika pertama kali ia diciptakan-Nya, tanpa ditemani oleh keluarga, harta, atau kerabat, melainkan hanya ditemani oleh amal kebajikan atau amal kejahatan. Bila demikian asal muasal seorang hamba, apa yang ditinggalkannya dan akhir hidupnya, bagaimana ia bisa bergembira dengan sesuatu yang ada atau berduka atas sesuatu yang tiada? Jadi, BERPIKIR TENTANG ASAL MUASAL KEHIDUPAN, merupakan TERAPI paling mujarab terhadap suatu musibah. Pemahaman lain yang perlu kita yakini adalah bahwa apa pun yang ditakdirkan menimpa kita, tidak mungkin untuk dihindari, sebaliknya apa pun yang tidak ditakdirkan terluput dari kita, tidak mungkin menimpa kita. Allah pun berfirman: ”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah sangat mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 22-23). “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya"(QS.8:25). Dalam tasirnya Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Allah telah memperingatkan hamba-hambanya yang mukmin tentang fitnah, yaitu cobaan dan ujian berupa segala hal yang tidak menyenangkan (bencana, celaka, sial, malang, sedih, susah, jelek, buruk, jahat) yang menimpa secara merata pada semua orang, tidak hanya menimpa pelaku-pelaku maksiat dan dosa saja. Lebih dari itu, keadaan fitnah itu sedemikian parahnya sehingga tidak dapat ditolak dan dihilangkan”. Ibnu Katsir pun mengutip hadits Nabi SAW yang menjelaskan fenomena tersebut: “Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dari Nabi saw, bahwa beliau saw bersabda," Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, hendaklah kamu menyuruh pada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran, jika tidak maka Allah menimpakan azab kepada kamu semua, lalu kamu berdoa, namun Dia tidak mengabulkan doa kalian."(HR.Ahmad dan al-Tirmidzi, berkata al-Tirmidzi: hadits hasan) Dari Ummu Salamah ra istri Nabi saw, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Jika kemaksiatan merajalela pada umatku, maka Allah akan meratakan mereka dengan azab dari sisi-Nya." Aku (Ummu Salamah) bertanya," Wahai Rasulullah, tidak adakah orang-orang shaleh di tengah-tengah mereka ketika itu?" Beliau menjawab," Ada." Ummu Salamah bertanya," Bagaimana Allah memperlakukan orang-orang shaleh itu?" Beliau bersabda," Mereka pun tertimpa musibah yang menimpa manusia lain. Kemudian orang shaleh kembali kepada ampunan dan keridhaan Allah." (HR. Ahmad). 2. MUSIBAH SEBAGAI BALASAN / KONSEKUENSI PERBUATAN (JAZA) Jika kita merusak hutan, maka musibah banjir dan longsor adalah sebuat balasan. Bila kita mengotori udara dengan asap pabrik dan asap kendaraan, maka musibah pemanasan global dan gangguan pernafasan adalah sebuah balasan. "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, yang akibatnya Allah membuat mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. 30:41) 3. MUSIBAH SEBAGAI PERINGATAN (INDZAR). Musibah ini diberikan kepada mukmin yang merosot keimanannya. Peringatan ini karena kasih sayang Allah swt. Seseorang yang berada dalam kesempitan rezeki, misalnya, bermunajat di malam hari agar Allah memberikannya keluasan rezeki. Shalat tahajjud ia jaga, shalat Dhuha ia pelihara, puasa sunat senin kamis tidak pernah terlewat. Sampai akhirnya Allah memberikan jalan keluar. Bisnisnya berkembang, karyawan bertambah, kesibukan semakin meningkat. Dan Karena demikian sibuknya satu persatu ibadah sunahnya mulai ia tinggalkan. Shalat-shalatnya pun semakin tidak khusyu'. Seharusnya bertambahya nikmat membuat ia bertambah dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, nikmat bertambah malah membuatnya semakin jauh dari Allah. Orang ini sedang mengundang datangnya musibah. Musibah yang datang kepadanya sebagai peringatan untuk meningkatkan kembali keimanannya yang merosot itu. Bisa saja terjadi tiba-tiba ordernya menurun, piutangnya tidak dibayar, di sana sini terjadi kerugian. Akibatnya ia terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi tidak ada yang mau menolongnya. Ketika itulah ia kembali kepada Allah untuk memohon pertolongan dengan cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama ini sudah tidak ia perhatikan. Tercapailah tujuan musibah yaitu pemberi peringatan. 4. MUSIBAH SEBAGAI UJIAN KEIMANAN (IBTILA) Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah Ta'ala pada seseorang. Musibah ini diberikan kepada para Nabi yang ma'shum (terjaga dari berbuat salah) dan orang-orang saleh yang derajat nya ada di bawah mereka. Semakin tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang justru ujian (musibah) yang menimpanya semakin berat. Dari Mush'ab bin Sa'd dari ayahnya. Ayahnya berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw," Manusia manakah yang paling berat ujiannya?" Beliau saw menjawab," Para Nabi, kemudian disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun." (HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn Majah, hadits hasan shahih) Al-Quran mencatat dua orang Nabi as diuji dengan musibah yang tidak pernah diderita oleh siapa pun dari hamba-hamba Allah swt. Nabi Ayyub as ditimpa musibah kehilangan harta, kematian anak-anak bahkan tubuhnya terkena penyakit selama delapan belas tahun. Dosa apakah yang menjadi penyebab Nabi Ayyub as menderita. Penyebabnya bukan dosa tapi justru kuatnya keimanan. Nabi Yunus as ditimpa musibah berada dalam kegelapan yang tindih menindih. Ia ditelan ikan dan dibawa ke dasar lautan. Kegelapan perut ikan, kegelapan dalamnya lautan, kegelapan malam dan kesedihan hati yang tiada tara. Musibah yang beliau derita bukan karena azab atau peringatan karena merosotnya iman, tetapi justru karena ketinggian iman. Orang-orang kafir mendapatkan musibah karena kekafirannya. Orang-orang mukmin mendapatkan musibah karena keimanannya. Dalam kehidupan dunia ini, musibah adalah keniscayaan. Soooo...musibah yg terjadi di negeri ini, mulai dari tsunami, kecelakaan kereta, banjir, kebakaran, jatuhnya pesawat.. ManakAh yg merupakan ujian, balasan, azab, dan peringatan..?? MARI KITA RENUNGKAN BERSAMA. DAN JAWABANNYA ADA DI KEPALA ANDA MASING-MASING. Wassalamualaikum Dwi Rama Setiawan Berbagi

antara ujian musibah dan azab

Pertanyaan: Melihat kepada musibah yang menimpa seseorang, bagaimanakah cara bagi seseorang muslim untuk membedakan antara musibah yang dapat menghapuskan dosa dan mengangkat derajatnya dengan musibah yang diturunkan sebagai peringatan dari Allah ta’ala bagi manusia? Jawaban: Pertama wajib bagi kita mengetahui bahwa Allah ta’ala telah berfirman di dalam kitabnya: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy-Syura: 30) Musibah bisa jadi disebabkan karena apa yang telah diperbuat seseorang, yang dengannya ia dihukum atas maksiat tersebut di dunia. Hukuman di dunia jauh lebih ringan dibandingkan dengan hukuman di akhirat. Musibah yang diturunkan sebagai cobaan baginya, sehingga ia mencapai derajat yang sempurna dalam hal kesabaran, hal ini karena manusia di antara dua keadaan: dalam keadaan lapang, yang mewajibkan syukur, atau dalam keadaan sempit (susah), yang mewajibkannya untuk bersabar. Tidaklah seseorang mencapai derajat kesabaran kecuali dengan apa yang membuat ia bersabar atas sesuatu tersebut. oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diuji dengan ujian yang lebih banyak dari selain beliau, sampai-sampai panas badan beliau ketika sakit sebanding dengan panas badan dua orang kita. Kemudian sakit tersebut semakin keras ketika ajal ingin menjemput beliau, ini semua bertujuan untuk mengangkat derajat beliau dalam hal kesabaran. Maka seorang manusia diuji dengan ujian yang khusus baginya, ujian ini bisa jadi disebabkan karena dosa yang ia lakukan, maka Allah menghapus dosanya dengan musibah tersebut, dan azab dunia jauh lebih ringan dari azab akhirat. Oleh sebab itu sebagian manusia ketika ia terjerumus kedalam suatu dosa kemudian ia tertimpa musibah dan bencana, maka dia bersyukur kepada Allah atas hal tersebut, seakan-akan ia berkata: “Allah mengetahui dosaku, lalu ia menghukumku di dunia sebelum di akhirat, dan hukuman di dunia jauh lebih ringan dari hukuman di akhirat”, maka iapun menjadikan hal tersebut sebagai nikmat yang ia bersyukur kepada Allah ta’ala atasnya. Manusia jika ia tertimpa musibah maka berada di antara empat kondisi: Pertama: ia marah (tidak ridha) dengan hati atau anggota badannya, jadilah ia merobek kerah baju, menarik-narik rambut, menampar-nampar pipi, dan nampak dari hatinya ia marah terhadap tuhannya Allah -wal ‘iyadzubillah- maka kondisi ini adalah derajat yang paling rendah, yang mana pelakunya berdosa dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berlepas diri darinya dengan sabda beliau: ليس منا من ضرب الخدود، وشق الجيوب، ودعا بدعوى الجاهلية “Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar-nampar pipi, dan yang merobek kerah baju, serta yang menyeru atau berdo’a dengan do’a jahiliyyah”.(HR. An-Nasa’i pada As-sunan Al-Kubra: 1/612) Kedua: bersabar dan mengharapkan pahala dengan ketidak senangan terhadap apa yang menimpanya, maka dia telah melaksanakan apa yang seharusnya, dan baginya pahala orang yang bersabar, dan ini jika ia berharap pahala dari Allah. فإِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ maka sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan bagi mereka pahala-pahala mereka tanpa batas.(Az-Zumar: 10) Ketiga: kondisi yang lebih sempurna dari bersabar, yaitu ridha. Ridha lebih sempurna dari bersabar, seorang yang bersabar dia tidak senang kepada musibah yang menimpanya, namun ia bersabar. Adapun seorang yang ridha maka baginya kekayaan dan kemiskinan sama-sama ketetapan Allah ta’ala yang dengannya ia mengatakan kepada jiwanya: “Tidaklah hal itu ditakdirkan Allah kepadaku kecuali hal itu baik”, maka ia pun ridha dengan keridhaan yang sempurna, yang mana dengan hal itu ia tidak terpengaruh sedikitpun (dengan musibah yang terjadi padanya), baik hati maupun anggota badannya. Keempat: Bersyukur atas musibah, bagaimana seseorang bersyukur terhadap musibah?!, hal itu sebagaimana yang saya sebutkan tadi, yaitu bahwasanya ia mengetahui jika ia melakukan suatu dosa, maka musibah tersebut adalah hukuman atas dosanya, maka ia bersyukur kepada Allah yang menjadikan baginya musibah di dunianya, yang mana hukuman di dunia jauh lebih ringan daripada hukuman di akhirat, dia juga bersyukur kepada Allah ta’ala, yang mana jika ia bersabar dan ridha atas musibah itu maka hal itu baik baginya, jadilah ia bersyukur atas hal itu. Wallahua’lam…. Redaktur : Babur Rahmah Sumber: Kitab Silsilah Liqaat Albab Al-Maftuh Syaikh Muhammad Shaleh Al-‘Utsaimin: 24/12, lihat Maktabah Syamilah * Silahkan anda sebar-luaskan artikel ini dengan syarat mencantumkan sumber : www.MutiaraPublic.com Review Overview

mengenal ujian musibah azab

Home » Agama » Mengenal Istilah Ujian, Musibah Dan Azab Beserta Perbedaannya Mengenal Istilah Ujian, Musibah Dan Azab Beserta Perbedaannya Mengenal Istilah Ujian, Musibah Dan Azab Beserta Perbedaannya – Sahabat muslimah, seringkali kita mendengar dan mengucapkan istilah ujian, musibah dan azab. Ketiga istilah tersebut pun seringkali disalah artikan oleh sebagian orang. Bahkan mungkin masih banyak yang bingung seperti apa sih ujian itu dan bagaimana membedakan antara ujian, musibah dan azab. Ketika melihat seseorang yang tidak disukai mendapatkan kesusahan, langsung berucap dia sedang kena azab. Padahal, belum tentu ia sedang terkena azab. Bisa jadi ia sedang mendapatkan ujian dari Allah SWT., atau sedang terkena musibah. Wallahu a’lam. Untuk itu perlu diketahui dan dipahami apa yang dimaksud dengan ketiga istilah tersebut dan apa saja sih perbedaannya. Nah berikut ini akan dijelaskan hal tersebut secara singkat, jelas dan lengkap. Mengenal Istilah Ujian, Musibah Dan Azab Ujian atau cobaan bisa berbentuk kenikmatan, kebahagiaan, kesenangan ataupun kesulitan. Ujian yang berupa kesenangan atau kenikmatan seperti memiliki harta yang melimpah, jabatan tinggi, dan lain sebagainya bisa jadi penyebab seseorang lupa akan akhirat, lupa kepada Allah yang memberikan segala kenikmatan yang diberikan kepadanya. Kebanyakan manusia ingat kepada Allah jika hidupnya diuji dengan kefakiran, sakit, banyak mendapatkan musibah, belum diberi keturunan, anak yang nakal atau pembantah, diabndingkan jika diuji dengan berbagai kenikmatan yang justru akan lupa diri. Musibah ialah suatu hal yang menyebabkan manusia kehilangan nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya, baik berupa anak, ayah, ibu, saudara, harta, sakit yang menimpanya atau hal lain yang serupa dengan itu disebut musibah. Adapun azab ialah balasan, siksaan, bencana atau hukuman yang diberikan Allah kepada orang-orang kafir atau ingkar kepada-Nya baik di dunia maupun akhirat. Perbedaan Antara Ujian, Musibah dan Azab Ujian Allah SWT berfirman: Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk“. (QS. Al-Baqarah: 156-157) Artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu“. (QS. Muhamad: 31) Setiap orang yang beriman pasti akan di uji oleh Allah. Baik itu berupa ujian kebahagiaan, kesusahan, kebaikan, keburukan, kesempitan, kelapangan, dan lain sebagainya. Allah SWT akan menguji hamba-Nya sesuai dengan tingkat keimanan dan kemampuannya. Karena dibalik ujian itu tersimpan kebaikan yang luar biasa jika hamba-Nya berhasil melewati setiap ujian-ujian yang diberikannya dengan penuh sabar dan ikhlas. Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Wahai Rasulallah! Siapakah orang yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab, “Para Nabi. Kemudian kalangan selanjutnya (yang lebih utama) dan selanjutnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya“. (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah) Artinya: “Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya“. (HR. Muslim) Artinya: “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya“. (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah) Musibah Adapun musibah biasanya berupa kesusahan, kesulitan, kesedihan atau sesuatu yang tidak diinginkan dan disukai. Berbeda dengan ujian atau cobaan. Ujian dan cobaan bisa berbentuk kesenangan, kebahagiaan ataupun kesulitan. Allah berfirman dalam surat Asy-Syura ayat 30: Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)“. (QS. Asy-Syura: 30) mengenal-istilah-ujian-musibah-dan-azab-beserta-perbedaannya Orang-orang yang bersabar ketika mendapat musibah dan menjadikannya sebagai upaya dalam memperbaiki diri agar lebih mendekat kepada-Nya, maka Allah akan mengampuni segala kesalahan-kesalahanya. Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya” . (HR. Muslim) Azab Azab ialah siksaan atau balasan yang di hadapi manusia atau makhluk Allah lainnya yang berupa kepedihan, sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan. Azab Allah ini diberikan kepada orang-orang kafir, baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman: Artinya: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)“. (QS. As Sajadah: 21) Ujian, cobaan dan musibah hampir sama maknanya. Ujian di berikan kepada kita untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas iman kita. Cobaan atau ujian itu dapat mengangkat derajat seseorang jika mampu melewatinya. Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya dengan tujuan untuk menguji siapakah hamba-Nya yang bersyukur atas ujian nikmat yang diperoleh dan siapa yang bersabar atas kesulitan yang menimpanya, agar diketahui siapa diantara mereka yang paling baik amalnya. Ujian dan musibah hanyalah menimpa orang-orang yang beriman saja, sedangkan musibah untuk orang-orang kafir disebut dengan azab. Azab di berikan kepada seseorang karena dia sudah melakukan suatu kesalahan, ingkar ataupun kejahatan. Azab ini merupakan balasan terhadap perbuatan yang buruk dan tidak sesuai dengan ketentuan dan syariat. Besar kecilnya azab tergantung pada besar kecilnya kesalahan yang diperbuat. Semoga kita selalu bersyukur atas segala nikmat-Nya dan tidak terlena dengan kenikmatan yang diberikan Allah, selalu sabar dan ikhlas menerima segala ujian yang diberikan-Nya dan selalu dalam lindungan Allah, sehingga kita dapat terhindar dari berbagai azab dan siksaan-Nya. Silakan baca juga: 13 Ayat Al-Qur’an Tentang Taubat Dan Terjemahannya 6 Cara Menghilangkan Stres Menurut Islam Inilah 7 Perangkap Rayuan Barat Yang Harus Diwaspadai Share on: Twitter Facebook Google + Mengenal Istilah Ujian, Musibah Dan Azab Beserta Perbedaannya | Istika Shalihah | 4.5 Related Posts 4 Bulan Haram Dalam Islam Dan Keutamaannya 4 Bulan Haram Dalam Islam Dan Keutamaannya – Sahabat Muslimah, tahukah apa itu bulan haram? Dalam Islam terdapat bulan yang sangat dimuliakan,... 4 Wanita Yang Menjadi Tanggung Jawab Pria Dalam Islam 4 Wanita Yang Menjadi Tanggung Jawab Pria Dalam Islam – Perlu diketahui bahwa tugas, tanggung jawab, dan kewajiban seorang laki-laki sangatlah besar terhadap wanita. Siapa sajakah... Hadits Tentang Sabar Dan Ikhlas Beserta Arabnya Hadits Tentang Sabar Dan Ikhlas Beserta Arabnya – Sabar dan ikhlas merupakan dua sifat mulia yang saling beriringan, baik dalam melakukan segala... Inilah Cara Mudah Meruqyah Diri Sendiri Inilah Cara Mudah Meruqyah Diri Sendiri – Sahabat muslimah, sering kita sadari bahwa ada saat-saat dimana iman kita sedang turun, sehingga ibadah... Inilah 7 Pesan Rasulullah SAW Kepada Abu Dzar Al-Ghifari Inilah 7 Pesan Rasulullah SAW Kepada Abu Dzar Al-Ghifari – Abu Dzar Al-Ghifari adalah sahabat Rasulullah SAW. Ia termasuk golongan orang-orang yang terdahulu memeluk Islam.... Cari untuk: FOLLOW FANS PAGE KAMI ADVERTISEMENT ARTIKEL TERBARU 4 Bulan Haram Dalam Islam Dan Keutamaannya Niat Mandi Wajib Dan Tata Cara Mandi Wajib Yang Benar Kisah Nabi Idris As Secara Ringkas Wanita Bersahabat Dengan Pria Beristri, Inilah Etikanya!!! Inilah Alasan Mengapa Istri Sebaiknya Tidak Mengeluh Meskipun Pekerjaan Rumahtangga Sangat Berat 4 Wanita Yang Menjadi Tanggung Jawab Pria Dalam Islam Mengenal Istilah Ujian, Musibah Dan Azab Beserta Perbedaannya Bacaan Niat Puasa Arafah Dan Keutamaannya Lengkap KATEGORI Agama (53) Fadhilah (16) Fiqh (22) Ibadah (19) Ibu & Anak (11) Jendela Inspirasi (23) Kesehatan & Kecantikan (23) Kisah-Kisah (12) Kumpulan Doa (14) Parenting (12) Serba-Serbi (17) Suami Istri (27) Tips & Trik (15) Wanita (17) STATISTIK

perbedaan ujian dan azab

JUL 6 PERBEDAAN ANTARA UJIAN DAN AZAB Pengertian Musibah Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Kata musibah (dalam bahasa Arab) berasal dari kata yang bermakna lemparan dengan anak panah. Kemudian kata itu digunakan untuk setiap bencana, musibah, dan malapetaka.” Ar-Raghib berkata, “Kata أَصَابَ digunakan pada perihal kebaikan dan keburukan yang menimpa.” Allah berfirman: Jika kamu ditimpa oleh suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh suatu bencana .” (at-Taubah: 50) Ada yang berpendapat, kata musibah (dalam bahasa Arab) jika digunakan pada perihal kebaikan, berasal dari kata الصَّوْبُ yang artinya hujan. Maksudnya, hujan yang turun sebatas keperluan, tidak membahayakan dan merugikan. Jika digunakan pada perihal keburukan, ia berasal dari kata إِصَابَةُ السَّهْمِ artinya bidikan atau sasaran anak panah. Al-Kirmani berkata, “Kata musibah jika ditinjau dari segi bahasa, bermakna apa saja yang menimpa manusia secara mutlak (umum). Jika ditinjau dari segi istilah, bermakna peristiwa-peristiwa tertentu yang tidak disukai yang terjadi. Makna inilah yang dimaksud dalam pembahasan ini.” (Fathul Bari, dalam Kitabul Mardha) Ahli bahasa berkata, “Pada kata musibah dikatakan: مَصُوبَةٌ – مُصَابَةٌ – مُصِيبَةٌ . Hakikatnya adalah perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia.” Al-Qurthubi menerangkan, ”Musibah adalah segala sesuatu yang menyakitkan, merugikan, menyusahkan orang mukmin, dan menimpa dirinya.” Perbedaan Musibah dan Cobaan Musibah adalah suatu hal yang menyebabkan manusia kehilangan nikmat-nikmat Allah yang telah Dia anugerahkan kepadanya, berupa anak, orang tua, saudara, harta. Sakit yang menimpanya atau hal yang serupa dengan itu disebut musibah. Adapun cobaan, lebih umum daripada musibah. Cobaan terkadang berbentuk kenikmatan. Hal seperti ini, bisa jadi lebih sulit dibandingkan dengan cobaan dalam bentuk musibah karena seringnya menyebabkan seseorang lupa akan akhirat, lupa kepada Rabbnya. Kebanyakan manusia hatinya tetap baik jika diuji dengan kefakiran, sakit, musibah, tetapi justru rusak jika diuji dengan kenikmatan. Hal ini sebagaimana firman Allah : “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (al-‘Alaq: 6—7) (Syarh Kitab at-Tauhid, oleh asy-Syaikh al-Ghunaiman) Definisi Azab Adapun pengertian azab adalah siksaan dan hukuman. Dikatakan dengan kalimat عَذَّبْتُهُ تَعْذِيبًا وَعَذَابًا, yakni “Aku menyiksanya.” Sekilas, banyak orang mengira bahwa azab merupakan istilah yang digunakan hanya untuk azab yang besar, berat, dan mengerikan. Hal ini karena penyebutan azab dalam Al-Qur’an seringnya berupa azab yang keras, pedih, hina, besar, berat, kekal, dan sebagainya. Semua itu sebagai bentuk ancaman bagi mereka yang terjerumus dalam syahwat, syubhat, kesesatan, dan pelanggaran. Namun, Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa Allah mengancam orang-orang yang menentang dan membuat kerusakan dengan suatu azab selain azab yang besar. Dengan harapan, mereka mau kembali dari kesesatan kepada ketaatan dan tersadarkan dari perbuatannya. Allah menjelaskan bahwa bencana dan malapetaka yang menimpa orang-orang yang menentang di dunia ini itu hanya azab yang dekat (kecil). Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (kepada ketaatan).” (as-Sajdah: 21) Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat dalam memaknai “azab yang dekat”. Maknanya adalah musibah dunia, penyakit, bencana yang menimpa jiwa dan harta, yang Allah menjadikannya sebagai ujian bagi hamba-Nya agar mereka bertaubat. Ulama yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’b, Abul Aliyah, adh-Dhahhak, al-Hasan, Ibrahim an-Nakha’i, Alqamah, Athiyah, Mujahid, dan Qatadah, semoga Allah merahmati mereka semua. Mereka memandang bahwa apa yang telah berlalu, baik berupa bathsyah (hantaman), sebagaimana dalam firman Allah : “(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras, sesungguhnya Kami benar-benar menimpakan hukuman.” (ad-Dukhan: 16), atau lizam (kebinasaan), sebagaimana dalam firman Allah : “Sesungguhnya kalian telah mendustakan-Nya, kelak akan menjadi kebinasaan bagi kalian.” (al-Furqan: 77), atau dukhan (kabut), sebagaimana dalam ayat: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.” (ad-Dukhan: 10). Demikian pula yang menimpa orang-orang kafir Quraisy, berupa pembunuhan dan penawanan pada Perang Badar, termasuk azab yang diisyaratkan di sini.Itu semua merupakan musibah-musibah dunia. Dalam Tafsir-nya, as-Suyuthi menyebutkan riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Mardawaih dari Ibnu Idris al-Khaulani, ia berkata, “Aku bertanya kepada Ubadah bin ash-Shamit tentang ayat ini. Beliau menjawab, ‘Aku pernah menanyakan ayat ini kepada Rasulullah . Beliau bersabda, ‘Itu adalah musibah, sakit, dan kesusahan, sebagai azab di dunia bagi orang yang melampaui batas sebelum datang azab akhirat.’ Aku bertanya kembali kepada Rasulullah , ‘Wahai Rasulullah, apa yang kita peroleh jika semua itu menimpa kita?’ Beliau menjawab, ‘Suci dan bersih’.” Maknanya adalah azab kubur. Pendapat ini diriwayatkan dari al-Bara’ bin ‘Azib, Abu ‘Ubaidah, dan Mujahid. Maknanya adalah hukum-hukum had. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu ‘Abbas. Maknanya adalah pedang, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abdullah bin al-Harits bin Naufal. Beliau berkata, “Maksudnya adalah dibunuh dengan pedang. Segala sesuatu yang Allah mengancam umat ini dengan ancaman azab yang dekat, maksudnya adalah pedang.” Ibnu Jarir memandang bahwa pendapat yang paling utama dalam masalah ini adalah bahwa Allah mengancam orang-orang fasik dan pendusta dengan ancaman-Nya di dunia berupa azab yang dekat, agar Dia merasakan azab tersebut kepada mereka sebelum azab yang besar. Azab ini adalah apa yang terjadi di dunia, yaitu bencana, kelaparan yang mematikan, pembunuhan, atau musibah lain yang menimpa. Terkadang, Allah mengancam hamba-Nya dengan salah satu jenis azab, terkadang dengan semuanya. Adapun hakikat azab yang dekat adalah setiap azab yang dengannya Allah mengazab suatu umat atau individu, di dunia atau di alam kubur, baik bersifat merata seperti yang menimpa kaum Nuh maupun secara khusus, seperti yang menimpa Qarun. Azab kadang bersifat hissi (fisik, tampak) seperti ditenggelamkan ke air, dibenamkan ke dalam bumi, diubah bentuk atau rupa (menjadi kera atau babi), gempa, suara keras yang mengguntur. Namun, terkadang azab juga bersifat maknawi (abstrak), seperti dilenyapkan penglihatannya (buta mata), ditutup, dan dikunci mata hatinya (buta hati), ditolak doanya, dan dikuasai oleh setan. Sama saja, dosa yang dilakukan berupa sikap congkak, melampaui batas terhadap sang Pencipta, seperti syirik dan mendustakan para rasul; atau melampaui batas terhadap hak manusia, seperti membunuh orang-orang yang lemah atau curang dalam menimbang. Allah terkadang menyegerakan azab dan menimpakannya secara tiba-tiba karena suatu dosa. Adakalanya Ia menunda azab duniawi dalam keadaan orang yang tertipu menyangka bahwa ia berada di atas kebaikan. Apalagi jika ia melihat nikmat dan karunia-Nya datang terus-menerus dan silih berganti. Ia tidak tahu bahwa jarak antara dirinya dengan azab Allah lhanya sekejap mata, sebagaimana azab yang menimpa kaum Nabi Luth . Semua yang terjadi itu menjadi tanda kekuasaan Allah bagi semesta alam, nasihat bagi orang-orang yang bertakwa, dan peringatan serta contoh bagi siapa saja yang meniru amalan/perbuatan orang-orang yang berbuat dosa. Allah terkadang mengakhirkan azab hingga di negeri akhirat supaya siksaan itu bertambah. Orang kafir menyangka, penangguhan azab Allah terhadapnya lebih baik baginya. “Dan janganlah sekali-kali orang-orang yang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (Ali ‘Imran: 178) Orang yang tidak berilmu menyangka bahwa orang kafir berada di atas kebenaran dengan kenikmatan hidup yang mereka dapati dan keselamatan mereka dari azab di dunia. Ia tidak mengira bahwa kenikmatan hidup yang mereka dapati itu hanya bagian dari disegerakannya balasan atas perbuatan mereka. Ibnu Katsir menafsirkan surat al-Ahqaf ayat 20, “Mereka dibalas sesuai dengan amalannya. Sebagaimana mereka lebih suka memuaskan hawa nafsu, menyombongkan diri dari mengikuti kebenaran, senang melakukan kefasikan dan kemaksiatan, Allah pun membalas mereka dengan azab kehinaan, yaitu kehinaan, kerendahan, rasa sakit yang menyakitkan, penyesalan yang terus-menerus, dan tempat tinggal di lapisan neraka yang mengerikan.” Perbedaan Musibah sebagai Cobaan dan Azab Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya, “Kapan seorang hamba mengetahui bahwa musibah yang menimpa itu merupakan cobaan atau azab (siksaan)? Jika seseorang diuji dengan sakit atau musibah jelek yang menimpa jiwa atau hartanya, bagaimana ia tahu bahwa musibah itu adalah cobaan atau kemurkaan dari sisi Allah ” Beliau menjawab, “Allah menguji para hamba-Nya dengan kesenangan dan penderitaan, kesempitan dan kelapangan. Allah terkadang mengujinya untuk mengangkat derajat, meninggikan nama, dan melipatgandakan pahala mereka, seperti yang Ia lakukan terhadap para nabi, rasul, dan hamba-Nya yang saleh. Hal ini sebagaimana termuat dalam riwayat dari jalan Mush’ab bin Sa’d bin Abi Waqqash, dari ayahnya Sa’d bin Abi Waqqash Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa manusia yang berat cobaannya?” Beliau n bersabda: أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ “Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian yang semisal mereka, kemudian yang semisal.” (HR. al-Imam al-Hakim, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan yang lain) Terkadang, Allah menimpakan hal itu karena kemaksiatan dan dosa sehingga musibah itu menjadi hukuman yang disegerakan. Hal ini sebagaimana firman Allah : “(Dan) apa saja musibah yang menimpamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahanmu).” (asy-Syura: 30) Keumuman manusia menyepelekan dan tidak menunaikan kewajiban. Jadi, musibah apa pun yang menimpa adalah karena dosa dan sikap mereka menyepelekan perintah Allah . Sebab itu, apabila seorang hamba yang saleh diuji dengan sakit atau semisalnya, hal ini sejenis dengan ujian yang diberikan kepada para nabi dan rasul. Tujuannya adalah meninggikan derajat, membesarkan pahala, dan agar menjadi teladan bagi yang lain dalam kesabaran dan keikhlasan. 1. Terkadang cobaan itu untuk meninggikan derajat dan memperbesar pahala. Hal ini sebagaimana yang telah Allah perbuat terhadap para nabi dan sebagian orang pilihan (musibah sebagai cobaan). 2. Cobaan tersebut kadang bermaksud untuk menghapuskan dosa-dosa (musibah sebagai kaffarah), sebagaimana firman Allah : “Barang siapa yang mengerjakan keburukan niscaya akan diberi balasan akibat keburukan itu.” (an-Nisa’: 123). Demikian juga sabda Nabi : مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ “Tiadalah seorang muslim yang ditimpa musibah dalam bentuk kelelahan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kecemasan, melainkan Allah menghapuskan segala kesalahan dan dosanya dengan musibah itu, hingga duri yang menusuknya juga sebagai penghapus dosa.” (HR. al-Bukhari, no. 5318). Demikian pula sabda beliau : مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرا يُصِبْ مِنْهُ “Barang siapa yang Allah l inginkan kebaikan, Allah lmenimpakan musibah kepadanya.”(HR. al-Bukhari, no. 5321) 3. Terkadang, azab itu disegerakan karena kemaksiatan dan tidak segeranya bertaubat (musibah sebagai hukuman/kemurkaan). Hal ini sebagaimana dalam hadits Rasulullah : إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, disegerakanlah hukuman baginya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan pada hamba-Nya, Allah akan menahan dia lantaran dosa-dosanya hingga (dibalas) secara sempurna kelak pada hari kiamat.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2396) Dan manakah musibah-musibah dan kesulitan-kesulitan dunia yang harus kita anggap sebagai sebuah bala dari Tuhan dan manakah yang merupakan akibat dari perbuatan tak baik kita? Bagaimana cara untuk membedakannya?. Tentunya sebagian persoalan secara pasti merupakan bagian dari musibah dan ujian-ujian Tuhan supaya manusia bisa memberikan reaksi yang jelas dalam menghadapinya, dan reaksi mereka dalam menghadapi kejadian ini akan membentuk karakter pribadi dan batinnya secara hakiki. Demikian juga dari sisi niat dan kebiasaan dalam memberikan reaksi atas musibah, terdapat perbedaan antara para mukmin, kafir dan para munafik. Musibah-musibah yang tergolong dalam persoalan-persoalan ini antara lain adalah masalah kematian dan kehidupan, kemiskinan dan kekayaan, akal dan syahwat, anbiya dan ausiya dari satu sisi, dan setan serta manusia-manusia setan dari sisi lain, demikian juga kekontanan dunia dan kebertahapan akhirat, perbedaan penciptaan masing-masing individu dari sisi keturunan, potensi dsb, adanya keburukan, kejahatan, eksistensi-eksistensi yang membahayakan atau tidak dan lain sebagainya. Manusia baik dia menghendaki ataupun tidak, dan baik dia shaleh ataupun tidak shaleh, mereka harus melewati ujian-ujian ini, bahkan musibah-musibah yang datang dan terjadi karena dosa dan hukuman serta siksaan bisa menjadi pelajaran bagi manusia untuk meninggalkan dosa dan memohon ampunan. Dan kesabarannya dalam menanggung beratnya musibah ini akan menyebabkan diampuninya dosa-dosanya karena dengan demikian berarti manusia telah mampu melihat jiwanya sendiri dan mampu menentukan kesalahan yang telah dilakukannya dan datangnya kesulitan-kesulitan yang mengiringi dosa tersebut merupakan tanda-tanda yang membedakannya dari seluruh musibah-musibah lainnya. Secara tabiat jika manusia tidak memiliki satupun kesulitan khas yang menimpanya maka dia akan bangga dengan dirinya sendiri yang hal ini akan menjerumuskannya ke arah takabbur dan kesombongan. Dan kesombongan semacam inilah yang akan melalaikannya dari akibat-akibat yang akan timbul dikemudian hari karena perbuatan-perbuatannya sendiri. Untuk menghindarkan diri dari keburukan semacam ini, kebijakan Ilahi meniscayakan bahwa dalam kehidupan duniawinya manusia diperhadapkan pada kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan alami atau sesuatu yang diciptakan sendiri oleh mereka. Dari sinilah sehingga peristiwa-peristiwa seperti sakit, kematian dan cacat, demikian juga dengan kefakiran, kekayaan, banjir, gempa bumi, angin topan, ledakan gunung berapi, serangga-serangga yang membahayakan serta binatang-binatang buas diletakkan melingkupi jasmani manusia sedangkan jiwanya dibatasi dengan akal, syahwat dan pembimbing-pembimbing Ilahi dari satu sisi, dan setan serta manusia-manusia setan dari sisi yang lain, juga adanya keterbatasan di dunia serta pentingnya ilmu dan iman terhadap gaib. Bagaimana manusia menanggapi ketaksempurnaan jasmani dan jiwanya ini akan membentuk karakter pribadi dan identitasnya. Akal dan fitrah yang merupakan faktor dari dalam serta anbiya serta auliya Ilahi sebagai faktor dari luar merupakan pembimbing dan penunjuk ke arah bagaimana berperilaku dan bagaiamana bereaksi secara benar yang akan mengantarkan manusia meraih kesempurnaannya, sedangkan syahwat hewani dan kecenderungan serta harapan-harapan yang panjang sebagai faktor dari dalam, dan setan, jin serta manusia sebagai faktor dari luar merupakan penghambat jalan manusia dalam menggapai kebahagiaan dan menjauhkannya dari jalan yang seharusnya dia lalui, namun manusia tetap harus memilih jalannya karena keadilan Ilahi berada dalam kekuasaan mereka dan tidak ada manusia yang mampu menghindar dari persoalan ini. Dari sini harus dikatakan bahwa seluruh alam keberadaan dengan segala nikmat dan musibahnya sebenarnya merupakan area uji bagi manusia, sementara bala serta musibah-musibah yang menimpanya pun pada dasarnya merupakan nikmat dan penyebab yang memungkinkannya untuk memilih dan selanjutnya akan mengantarkannya pada lompatan dan ketinggian jiwa baik di dunia maupun di akhirat, dan andai saja tidak ada hambatan-hambatan tersebut, maka lompatan dan kenaikan ini merupakan suatu hal yang sangat mungkin didapatkan oleh manusia. Dalam masalah ini para auliyaullah lebih banyak mendapatkan dan menanggung sulitnya bala dan musibah, karena hal ini mereka butuhkan untuk mendukungnya mengalami lompatan dan kulminasi. Musibah-musibah yang datang menimpa para auliya akan menghasilkan beberapa persoalan di bawah ini: Memperkuat kehendak dan jiwa mereka dan memperluas lingkup eksistensinya serta memperkuat wilayah takwini dan penciptaan mereka; Mempertinggi derajat mereka di akhirat; Membentuk kebencian mereka yang semakin mendalam kepada dunia dan hal-hal yang berkaitan dengannya dan memberikan kedekatan dan kecintaan yang semakin banyak kepada akhirat, dan apa yang berada di dekat-Nya akan disediakan kepada mereka; Memperbanyak tadharu' dan mengingat-Nya serta memacunya untuk mempersiapkan bekal yang lebih banyak untuk akhiratnya. Tentunya para auliya itu sendiripun menyambut musibah-musibah yang menimpanya dengan perasaan yang rela dan pandangan yang positif. Datangnya kesulitan-kesulitan ini justru akan menambah keyakinan, keimanan dan kerelaan mereka,dan akan membuat keinginan untuk bertemu dengan Tuhan menjadi semakin besar, karena di balik segala ujian ini akan diikuti dengan kenaikan maqam, sedangkan usia yang pendek di dunia beserta musibah-musibah yang menyertainya samasekali tidak bisa diperbandingkan dengan nikmat abadi yang terdapat di akhirat. Jika kita sedikit memperhatikan apa yang terjadi di Karbala pada tahun 61 Hijriah maka kita akan mengetahuinya sebagai sebuah contoh yang jelas dari rasa kecintaan seperti ini. Akan tetapi mereka yang memiliki kapasitas lebih sedikit, hanya akan diuji seukuran dengan kemampuan mereka, jika mereka menang dalam ujian ini barulah akan menghadapi ujian-ujian selanjutnya. Poin yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa seluruh ujian tidak senantiasa berada dalam satu bentuk dan tingkatan. Pada seseorang kadangkala ujian diberikan dalam bentuk kefakiran sementara kepada yang lainnya dalam bentuk kekayaan, yang satu diuji dengan musibah sementara yang lainnya dengan kenikmatan, yang satu dengan keberadaannya anak sementara yang lainnya dengan ketiadaan menikmati kehadiran anak, yang satu dengan kesehatan sementara yang lainnya dengan penyakit dan barangkali yang satu dengan ilmu dan kesuksesan ilmunya sementara yang lain dengan kesuksesannya dalam beribadah. Mungkin pula seorang manusia kadangkala diuji dengan hal-hal seperti ini dan kadangkala dengan bentuk yang itu atau yang lainnya, dan hal ini bergantung pada sejauh mana dia mempersiapkan diri untuk menerima ujian. Tentu saja kesiapan ini merupakan hasil dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan sebelumnya yang bisa jadi dirinya sendiri tidak menyadari akan hal ini. Sebenarnya musibah-musibah dan bala-bala yang ada lebih luas dari apa yang telah kami sebutkan di atas. Dan setiap manusia senantiasa berhadapan dengan hal-hal tersebut dalam bentuknya sendiri-sendiri dan tidak ada jalan untuk menghindarkan diri darinya. Akan tetapi sebagian dari musibah-musibah terjadi dikarenakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia atau karena penyimpangan dan penentangan yang dilakukannya terhadap aturan-aturan Ilahi. Musibah seperti ini terjadi sebagai sarana untuk memberikan pelajaran supaya manusia sadar dengan kesalahan yang dilakukannya. Dan tentunya musibah jenis ini hanya akan ditemukan pada orang-orang yang tak maksum, karena orang-orang maksum terlepas dari segala kelalaian dan kesalahan, sehingga musibah-musibah yang menimpa mereka tidak bisa dimaknakan sebagai ampunan dan penebus dosa. Sementara mengenai yang lainnya musibah-musibah ini akan terwujud dalam beberapa bentuk: Azab yang terputus dan pendek yang muncul untuk memberikan ibrah dan pelajaran kepada manusia, menghilangkan kesombongan dan takabbur serta mendorong mereka untuk berendah diri di hadapan Ilahi, mengajaknya untuk berdzikir dan mengingat-Nya, juga berguna untuk menyempurnakan hujjah atas mereka; Azab dan siksa yang bertahap adalah untuk mereka yang membangkang dan membandel dan tidak berkehendak melepaskan dirinya dari kesombongan dan takabbur. Kelompok ini telah melupakan keberadaan Tuhan, hari kiamat, kematian dan kemuliaan-kemuliaan manusia karena tenggelam dalam kenikmatan duniawi; Azab dan siksa istishal (yaitu siksa yang berkepanjangan), hal ini akan terjadi pada mereka yang berada di puncak kesombongan. Mereka akan diselimuti oleh siksa Ilahi dan sekaligus akan dimasukkan ke dalam jahannamnya alam barzakh, dan hingga kiamat pun mereka akan tetap berhubungan dan berteman akrab dengan azab ukhrawi. Bentuk pertama merupakan bagian dari kenikmatan itu sendiri, karena musibah semacam ini akan memeberikan kesadaran dan peringatan kepada manusia dan akan menjadi penjaganya dalam sepanjang hidupnya. Kesabaran manusia dalam menghadapi musibah-musibah semacam ini serta memperbanyak istighfar dan memohon ampunan akan segala dosa yang telah dilakukannya akan menyebabkan sirnanya kejelekan-kejelekan dan keburukan-keburukannya lalu akan mengubahnya ke dalam kebaikan-kebaikan dan meninggikan derajatnya di sisi-Nya, demikian juga akan menjauhkannya dari kelalaian dan ketaksadaran. Dan akhirnya hal ini akan melepaskannya dari murka Tuhan dan azab ukhrawi, bahkan akan mendekatkannya ke haribaan-Nya. Akan tetapi dua bentuk azab yang lainnya merupakan azab Ilahi yang menjadi milik para perusak dan para pembuat kezaliman di dunia, meskipun secara lahiriah mereka menikmati kehidupannya di puncak kulminasi kesejahteraan dan kemakmuran. Dengan ungkapan al-Quran dikatakan, “Bahkan manusia itu mengetahui tentang keberadaan dirinya sendiri meskipun dia membuat-buat alasan. Dan sebenarnya seseorang lebih mengetahui dirinya sendiri dari pada orang lain dalam niat dan tujuan dari amal dan perbuatan yang dilakukannya. Jika dia memandang dengan sadar dan adil serta menghindarkan diri dari mencari alasan serta membebankan segala sesuatu kepada selainnya maka dia akan mampu mengetahui keburukan dan kebaikan yang ada dalam dirinya. Dari sinilah jika sebuah musibah mendatanginya seiring dengan niat tak baiknya atau kelalaian yang dilakukannya, hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan inayah dan perhatian-Nya kepadanya dan dengan ini sebenarnya Tuhan bermaksud menyadarkannya untuk meninggalkan tujuan dan niat tak baiknya tersebut, dimana jika dia bersyukur dengan nikmat yang diberikan ini (musibah dan hukuman) dan meninggalkan persoalan tak baiknya tersebut, maka rahmat dan nikmat-nikmat Ilahi akan melingkupunya dan kebaikan-kebaikan dan ilham-ilham Ilahi akan menghambat dan menghalanginya dari jalan-jalan yang tak layak dan dari perbuatan-perbuatan yang tak terpuji. Akan tetapi jika dia tidak memberikan perhatian yang serius terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Ilahi dan menyepelekan peringatan-peringatan dan hujah-hujah Tuhan, maka Tuhan pun akan meninggalkannya dan membiarkannya seorang diri sehingga dia tidak akan lagi mendapatkan peringatan maupun hukuman dari-Nya melainkan akan tenggelam dalam kesejahteraan dan kemakmuran sehingga secara bertahap dan secara sempurna dia akan mengambil jarak dari Tuhannya hingga akhirnya berhak untuk mendapatkan siksa abadi (secara bertahap). Dunia dan kehidupan materi serta gemerlap sinar serta sekumpulan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya merupakan ujian dan musibah Ilahi yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia supaya dengan reaksi yang benar dalam menghadapinya akan memberikan kekuatan karakter pribadi dan identitas manusia dan meningkatkan maqam insaniyahnya –jika kita mampu menanggapinya dengan benar akan mendapatkan manfaat dari persoalan-persoalan ini, dan dengan bimbingan dari para nabi kita akan memiliki reaksi dan perilaku yang benar dalam menghadapinya- sedangkan apabila terlanjur melakukan kesalahan maka, dia akan diperingatkan berkali-kali sehingga meninggalkan kebandelannya, akan tetapi jika tetap tidak berubah maka dia akan menerima azab secara terus menerus atau secara bertahap. Mungkin ada dari kita yang bertanya-tanya, bagaimana membedakan antara ujian dan azab?, Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman yang tidak lalai dari keimanannya, sifatnya adalah ujian dan cobaan. Allah ingin melihat bukti keimanan dan kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi dengan benar, dan mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut. Sebaliknya bagi orang-orang yang bergelimang dosa dan kemaksiatan, bencana atau musibah yang menimpa, itu adalah siksa atau azab dari Allah atas dosa-dosa mereka. Apabila ada orang yang hidupnya bergelimang kejahatan dan kemaksiatan, tetapi lolos dari bencana/musibah, maka Allah sedang menyiapkan bencana yang lebih dahsyat untuknya, atau bisa jadi ini merupakan siksa atau azab yang ditangguhkan, yang kelak di akhirat-lah balasan atas segala dosa dan kejahatan serta maksiat yang dilakukannya. Sebenarnya yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan Allah menimpakan musibah itu kepada kita. Untuk di ingat, jika musibah itu terjadi, disebabkan dosa-dosa kita, maka segera-lah bertobat kepada Allah. Kalau musibah yang terjadi karena ujian keimanan kita, maka kuatkan iman dan berpegang teguhlah kepada Allah. Siapa saja berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan kembali kepadanya. Sedangkan siapa saja berbuat kejahatan, maka bencananya juga akan kembali kepada dirinya sendiri. Bisa dibalas didunia atau di akhirat. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini : ”Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. (QS. Al Mukmin [40] : 40). Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nissa [4] : 79) Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri. Musibah bisa jadi sebagai peringatan Musibah ini diberikan kepada kaum mukmin yang merosot keimanannya. Peringatan ini karena kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang berada dalam kesempitan rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari agar Allah memberikannya keluasan rezeki. Shalat tahajud, shalat Dhuha, puasa sunah senin kamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan semaksimal mungkin. Hingga Allah SWT memberikan jalan keluar. Bisnisnya berkembang, karyawan bertambah, kesibukan semakin meningkat. Tapi justru dikarenakan sibuknya, satu persatu ibadah sunahnya mulai ia tinggalkan. Shalat-shalatnya pun semakin tidak khusyu’. Seharusnya bertambahnya nikmat, membuat ia bertambah syukur dan semakin dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, nikmat bertambah malah membuatnya semakin jauh dari Allah. Orang ini sebenarnya sedang mengundang datangnya musibah atau azab Allah. Musibah yang datang kepadanya sebagai peringatan untuk meningkatkan kembali keimanannya yang merosot itu. Bisa saja terjadi tiba-tiba usahanya macet dan banyak mengalami kerugian. Akibatnya ia terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi tidak ada yang mau menolongnya. Ketika itulah ia kembali kepada Allah untuk memohon pertolongan dengan cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama ini sudah tidak ia perhatikan lagi.Tercapailah tujuan musibah yaitu pemberi peringatan. Musibah juga bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21) Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan musibah atau azab pada kita di dunia ini, sebagai peringatan bagi kita, untuk kembali pada kebenaran. Musibah sebagai ujian keimanan Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah SWT pada seseorang hamba. Semakin tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang, justru ujian (musibah) yang menimpanya akan semakin berat. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : Dari Mush’ab bin Sa’d dari ayahnya. Ayahnya berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW,” Manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Rasulullah SAW menjawab,” Para Nabi, kemudian disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun.” (HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan shahih) Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an seperti tertulis dalam firman Allah SWT : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35) Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang, bisa berupa keburukan atau kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) (QS. Al A’raf [7] : 168). Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana keimanan kita terhadap Allah SWT ? Apabila kita termasuk orang yang lalai, maka jawaban atas musibah yang menimpa, adalah sebagai azab dan peringatan atas kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan segeralah bertobat. Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah telah menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam firman-Nya “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az Zumar [39] : 10) Dengan kesabaran, akan bisa meraih ridha Allah, dan ridha Allah adalah segalanya. Secara tabiat jika manusia tidak memiliki satupun kesulitan khas yang menimpanya maka dia akan bangga dengan dirinya sendiri yang hal ini akan menjerumuskannya ke arah takabbur dan kesombongan. Dan kesombongan semacam inilah yang akan melalaikannya dari akibat-akibat yang akan timbul dikemudian hari karena perbuatan-perbuatannya sendiri. Untuk menghindarkan diri dari keburukan semacam ini, kebijakan Ilahi meniscayakan bahwa dalam kehidupan duniawinya manusia diperhadapkan pada kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan alami atau sesuatu yang diciptakan sendiri oleh mereka. Dari sinilah sehingga peristiwa-peristiwa seperti sakit, kematian dan cacat, demikian juga dengan kefakiran, kekayaan, banjir, gempa bumi, angin topan, ledakan gunung berapi, serangga-serangga yang membahayakan serta binatang-binatang buas diletakkan melingkupi jasmani manusia sedangkan jiwanya dibatasi dengan akal, syahwat dan pembimbing-pembimbing Ilahi dari satu sisi, dan setan serta manusia-manusia setan dari sisi yang lain, juga adanya keterbatasan di dunia serta pentingnya ilmu dan iman terhadap gaib. Tafsir surat Al Ankabut ayat 2 Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Al Ankabut ayat 2) Ujian adalah sebuah konsekuensi dari syahadat yang telah kita ucapkan, selayaknya seperti sebuah ucapan janji setia pada kekasih hati, maka kelak tentu saja kekasih hati kita akan meminta sesuatu dari diri kita (sebuah pengorbanan) untuk membuktikan tulusnya janji setia yang telah kita ucapkan. Bila ujian dari kekasih bisa kita lalui dengan selamat, maka hasilnya adalah semakin cinta dan sayang perasaan kekasih kita pada diri kita, demikian juga Allah swt, Dia adalah Tuhan yang memiliki nama Ar Rohman dan Ar Rahim, Cinta Kasih dan Sayang yang ada didunia ini berasal dari nama dan sifat Allah Ar Rohman dan Ar Rohim. Bila mahkluk –Nya saja bisa sedemikian setianya karena pembuktian kalimat cinta, maka Allah akan lebih membalas hamba-hamba Nya (melebihi semua rasa yang ada) yang mengaku beriman padanya. Ujian adalah sarana bagi mahkluk untuk membuktikan kesungguhan pengabdian dan cintanya mahkluk pada Allah swt dan utusan-Nya Rosul Muhammad saw. Bentuk dari ujian yang Allah berikan pada manusia itu sangat beragam macamnya dan dapat dalam bentuk yang tak disangka oleh kita. Ujian dan Cobaan dalam hidup ini adalah seperti dua tepi sisi mata uang logam, Ujian lebih sering Allah gunakan dalam dasar sayang Nya Allah untuk mengetahui derajat cinta dan iman hamba-Nya, dan dengan sarana itu Allah swt akan menaikan derajat hamba Nya yang lulus ujian itu beberapa derajat lebih tinggi dari hamba-hamba Nya yang lain. Cobaan lebih sering Allah gunakan dengan rasa sayang Nya untuk menegur, menyapa hamba Nya dengan sapaan mesra dan sayang, sapaan yang penuh pengajaran supaya hamba yang dicintainya itu kembali lagi pada jalur cinta Nya. Sedangkan Azab/Adzab adalah sarana yang Allah swt gunakan untuk membalas perbuatan mahkluk yang Dia ciptakan dan Dia perintahkan untuk tunduk taat pada Nya namun mahkluk tersebut dengan lancangnya berani menantang kekuasaan dan kebesaran Allah swt. Adzab Allah bisa Dia tumpahkan di dunia maupun Dia tunda kelak di akhirat. Salah satu bentuk Ujian/Cobaan yang Allah swt berikan pada manusia adalah dengan manusia yang lainnya sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya; Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. (QS Al Furqon ayat 20) Jadi sangat tidak aneh dan mengherankan kenapa kok didunia ini ada orang-orang jahat atau orang-orang jahil yang suka menganggu sebagian orang-orang baik lainnya. Mereka Allah ciptakan untuk mengasah ke-Imanan kita. Saat melihat suatu kejahatan dilakukan oleh orang lain maka yang harus kita lakukan adalah menegakannahi mungkar ; Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) Mengubah kemungkaran dengan tangan, berarti mengubah/mencegah kemungkaran yang terjadi dengan kekuasaan atau dengan kekuatan yang ia miliki. Mencegah dengan kekuasaan dan atau dengan kekuatan bukan berarti kita boleh memukuli, atau main hakim sendiri atas pelaku kejahatan/kemungkaran/ dan atau kejahilan sehingga orang tersebut akhirnya mati ditangan kita (atau ditangan masa), bila orang tersebut tidak sampai mati maka orang tersebut sekarat kesakitan dirumah sakit. Coba kita pikirkan, bila orang tersebut yang dihajar masa adalah benar pelaku kejahatan maka saat dia sembuh dari rumah sakit kemungkinan besar dia akan insyaf dari perbuatannya malah akan sangat tipis sekali, kenapa demikian?, karena tabiat manusia adalah mendendam. Bila yang dipukuli oleh masa itu ternyata bukan pelaku kejahatan yang sebenarnya, tapi teryata korban salah tangkap? Maka sama halnya bahwa kita telah melakukan kemungkaran itu pada orang lain. Dan bila ini kita lakukan lalu sampai orang tersebut meninggal dunia, maka kita telah melakukan dosa besar pada Allah swt karena telah berani mengambil hak Allah akan kehidupan (nyawa) seseorang. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar.”(AL Kahfi ayat 74) Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (Al Israa ayat 30) Jika kita menjadikan hadits mencegah kemungkaran tersebut dan Al Israa ayat 30 ini sebagai dalil diperbolehkannya untuk membunuh, atau melakukan kemungkaran (main hakim sendiri/mengeroyok orang lain), maka artinya kita bukan termasuk orang-orang yang disebut muslim dan mukmin. Membunuh jiwa makluk lain (termasuk manusia)telah Allah atur dalam keadaan bagaimana dan kapan boleh membunuh tersebut. Kita boleh membunuh manusia lain antara lain untuk hal berikut ini, membela diri (dan ini pun niat awalnya bukan membunuh/menghakimi namun tak tersengaja dalam pembelaan diri tersebut terpaksa kita harus membunuh orang lain), dan yang kedua adalah dalam keadaan perang (jihad) dan dalam keadaan Jihad pun niat kita membela agama Allah bukan nafsu kita, seperti kisah syaidina Ali ra., saat beliau dalam keadaan Jihad dan hamper saja batang pedang beliau menebas leher musuhnya, dan saat itu musuh beliau meludahinya maka seketika itupula beliau mengurungkan niat nya untuk membunuh musuh beliau tersebut. Saat ditanya oleh musuhnya kenapa beliau lakukan itu, jawab beliau aku takut aku membunuhmu bukan karena Allah tapi karena nafsuku. Dan bahkan sekalipun dalam keadaan Jihad, membunuh musuh atau membunuh karena Qishos pun Allah swt telah memberikan batasan aturan, yaitu kita tidak boleh berlebihan dalam cara membunuh, maksudnya tidak boleh menyiksa musuh. Lalu bagaimanakah kita harus mensikapi bila ada seseorang Jahil yang suka menganggu dan menjahati diri kita, seolah-olah kesabaran kita telah habis dibuatnya sedang tingkah lau jahilnya tidak juga berhenti? Allah swt menjawabnya dalam firman-Nya; Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. QS. Asy Syuura ayat 39 – 43 Dan Allah menegaskannya kembali dalam firman-Nya; Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(Al A’raf ayat 199) Bahkan Rosullullah Muhammad saw mengajarkan kepada kita untuk tidak ikut-ikutan menjadi seorang yang berbuat kemungkaran dalam menegakkan nahi mungkar, dalam sabdanya ; Janganlah kamu menjadi orang yang “ikut-ikutan” dengan mengatakan “Kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim”. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, “Kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya”. (HR. Tirmidzi) Kenapa kita harus berbuat demikian?, karena Allah jadikan diri kita adalah ujian untuk manusia yang lain, dan Allah jadikan manusia lain adalah sebagai ujian bagi kita, dan setiap dari diri kita telah Allah ilhami dengan Taqwa dan Fujur, dan tiap diri kita telah mengerti atas dasar taqwa dan fujur tersebut apa yang dinamakan dengan kebaikan dan keburukan, maka dari itu pada hakikatnya tiap diri kita tidak berhak sombong menganggap kita yang paling baik dan taqwa saat kita menatap kejahatan yang dilakukan saudara kita yang lain. Bencilah pada kejahatan dan kejahilan yang diperbuatnya, namun jangan benci individunya, serulah kejahatan itu dengan hikmah dan kebaikan, tolaklah dengan kekuatan sayang dan cinta, belalah dirimu dengan pembelaan yang sewajarnya dan jangan menganiyaya. Bila semua itu telah kita kerjakan namun kejahatan masih menganggu kita maka pasrahkan saja semuanya pada Allah swt, dan doakan kebaikan; “ya Allah hamba pasrah pada Mu atas sikap dan perilaku kaum dholimin, ya Allah Engkau maha mengetahui keadaan hamba Mu maka tolonglah aku, berikanlah mereka kebaikan dan kesadaran atas sikap mereka dengan cara Mu ya Allah,dan ampunilah mereka dalam kasih sayang Mu.” terakhir sebagai kesimpulan saya ambilkan firman Allah swt berikut ini sebagai bahan perenungan bagi kita, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(Al Anbiya ayat 35) Semoga Allah memberikan kemampuan bagi kita untuk menempuh Jalan Nya. Diposkan 6th July 2014 oleh Admin 0 Tambahkan komentar

perbedaan ujian musibah dan azab

Beranda / Quran / Inilah Perbedaan Ujian, Musibah dan Azab 17 Mei 2016, 18:56:55 WIB Rubrik : Quran Inilah Perbedaan Ujian, Musibah dan Azab Ditulis Oleh Administrator Dibaca 70573 Kali Inilah Perbedaan Ujian, Musibah dan Azab Sahabat Ummi, setiap orang beriman pasti akan di uji oleh Allah. Baik ujian kebaikan, keburukan, kebahagiaan, kesulitan, kesempitan, kelapangan, dan lain-lain. Allah akan menguji hamba-Nya sesuai dengan tingkatan keimanan dan kemampuannya. Nah… kadang kita masih suka bingung ya Sahabat Ummi, apa dan seperti apa serta untuk siapa ujian, musibah dan azab itu? Apakah orang beriman, jika melakukan kemasiatan akan mendapatkan azab Allah atau musibah sebagai teguran? Berikut ini penjelasan lengkapnya mengenai perbedaan ujian, musibah dan azab. Simak selengkapnya. 1. Ujian Ibtila' adalah ujian yang secara bahasa berarti ikhtibar (penyelidikan) dan imtihan (percobaan), baik berupa kesulitan maupun kesenangan, kebaikan maupun keburukan. Sahabat Ummi, Allah memberikan ujian kepada manusia dengan tujuan menguji siapa hamba-Nya yang bersyukur atas ujian nikmat yang diperoleh dan siapa yang bersabar atas kesulitan yang menimpanya, agar diketahui siapa diantara hamba-Nya yang paling baik amalnya. Baca juga: Selalu Ada Hikmah Dibalik Musibah Firman-Nya dalam Surat Al-Anbiya ayat 35, وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ Artinya: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35) Firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 168 yang artinya: “Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk.” (QS. Al A’raf: 168) Firman Allah dalam Surat Al-Kahfi ayat 7 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al Kahfi: 7) Ibnu Katsir mengatakan bahwa, makna “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)”, artinya terkadang Allah menguji dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan, agar Allah mengetahui orang-orang yang bersyukur dari orang-orang yang kufur, orang-orang yang bersabar dari orang-orang yang berputus asa. Sebagaimana perkataan Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas yang artinya: “Dan Kami menguji kalian”, dia mengatakan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan), dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan… sedangkan firman-Nya yang berarti “dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”, adalah Kami akan memberikan ganjaran (balasan) atas amal kamu. (Tafsir Al Qur’an Al Azhim juz V hal 342) Ujian yang diberikan oleh Allah, disesuaikan dengan kadar dan kualitas keimanan seseorang serta sebagai sarana untuk menambahkan pahala bagi orang-orang yang bersabar. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan bahwa orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi. Seseorang terkadang sanggup bertahan di dalam keimanan saat mendapatkan kesulitan, akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan. Ujian apapun yang Allah berikan pada kita, bersyukur dan bersabarlah. Karena, setiap ujian yang Allah timpakan pada seorang mukmin sebagai pembersih dosa dan kesalahannya di dunia, sehingga tidak ada lagi siksa atas dosanya di akhirat. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Tidaklah seorang mukmin atau mukminah yang ditimpa suatu bala’ (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan.” “Senantiasa cobaan itu datang menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa ada satupun dosa pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2399) 2. Musibah Sahabat Ummi, apabila ujian dan cobaan itu bisa berbentuk kesenangan atau kesulitan, sedangkan musibah biasanya berbentuk sesuatu yang tidak disukai. Musibah secara bahasa, identik dengan teguran atau peringatan yang sudah menjadi ketentuan Allah, terjadi karena kesalahan yαng kita perbuat. Apabila Allah menghendaki kebaikan, maka Allah akan menyegerakan hukuman. Ditegur di dunia sehingga ia menjadi lebih baik dan suci dari dosa. Tapi apabila Allah tidak mencintai hamba-Nya, maka Ia akan tunda hukumannya dan ditunaikan di akhirat kelak sebagai akibat dari perbuatan dosa yang dilakukannya. Firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 79, مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ Artinya: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisaa: 79) Firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat 30, وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30) ”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Tafsir Al-Qur’an Al Azhim juz II hal 363) Orang-orang yang bersabar ketika mendapat musibah dan menjadikannya sebagai upaya perbaikan diri untuk lebih mendekat pada-Nya makan akan mendapat ampunan di sisi-Nya. “(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat pengampunan dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS Al Baqarah: 155-157) Musibah yang terjadi pada diri kita, harus disyukuri sebagai sarana introspeksi. Manusia tidak pernah luput dari kekhilafan. Janganlah menjadi orang yang lemah imannya seperti surat Al Hajj ayat 11 yang maknanya, dia hanya akan beriman apabila diberi kesenangan tapi mudah berbalik menjadi kafir ketika mendapat bencana atau musibah. Sahabat Ummi, musibah dan ibtila' atau ujian hanyalah menimpa orang-orang mukmin, sedangkan musibah untuk orang kafir disebut azab. 3. Azab Azab Allah yang diberikan kepada orang-orang kafir, baik di dunia maupun akhirat. وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ Artinya: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajadah : 21) “Orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS Ar Ra’du: 31) “Wahai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kalian menjadi jahat sehingga kalian ditimpa musibah (azab) seperti yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Shalih. Sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kalian.” (QS Hud: 89) “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 16) Didalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidaklah menzhalimi seorang mukmin, diberikan kepadanya kebaikan di dunia dan disediakan baginya pahala di akherat. Adapun orang yang kafir maka ia memakan dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di dunia sehingga ketika dia kembali ke akherat maka tidak ada lagi satu kebaikan pun sebagai ganjaran baginya.“ (HR. Muslim) Wallahu A’lam. Referensi: dari berbagai sumber Foto ilustrasi: google Yuk, jadi ORANGTUA ASUH (OTA) Santri Penghafal Qur'an Askar Kauny! Donasi Rp 150.000,-/bulan Dapat Majalah Ummi (free ongkir) Transfer ke Bank Muamalat 335-000-9175 a.n. Yayasan Askar Kauny Konfirmasi ke 08170830017 : OTA#Nama#AlamatLengkap#No.HP#jumlahtransfer#TanggalTransfer#JamTransfer loading... Tag : Mau Berlangganan MAJALAH UMMI CETAK hubungi 081546144426 (bisa via whatsapp). Komentar

inilah bedanya ujian musibah dan azab

Inilah Bedanya Ujian, Musibah Dan Azab tanyajawab Inilah Bedanya Ujian, Musibah Dan Azab │ Ketika datang keburukan, kesulitan dan kesempitan dalam hidup, kadang banyak yang berkata agar kita bersabar menghadapinya karena hal itu adalah ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akan tetapi, benarkah segala kesulitan itu adalah ujian? Bagaimana jika hal itu adalah azab yang membinasakan? Sedangkan kita tidak pernah meminta ampunan dan rahmat-Nya karena kita tidak tahu bahwa kita sedang diazab. Agar hal ini tidak terjadi, berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan ujian, musibah dan azab. 1. Ujian Ujian dari segi bahasa merupakan suatu bentuk penyelidikan atau percobaan yang berupa kesenangan ataupun kesulitan. Baik berupa kebaikan ataupun keburukan. Sesungguhnya ujian diberikan oleh Allah kepada setiap manusia dengan tujuan yang jelas yaitu menguji siapa saja hambaNya yang mau bersyukur atas nikmat yang diperoleh dan siapa saja hamba yang mau bersabar ketika ditimpa kesulitan. Dengan demikian akan diketahui siapa yang paling baik amalannya. Allah Ta’ala telah menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa Dia akan menguji kita semua dengan berbagai kondisi. “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS Al Anbiya 35) “Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk.” (QS Al A’rof 168) “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al Kahfi 7) Dalam menafsirkan surat Al Anbiya ayat 35, Ibnu Katsir mengatakan bahwa terkadang Allah akan menimpakan ujian berupa musibah ataupun kenikmatan sehingga Dia akan mengetahui orang yang syukur dari yang kufur dan yang bersabar dari orang yang putus asa. Tentunya ujian yang Allah berikan disesuaikan dengan kadar kesanggupan setiap manusia sehingga dengan ujian tersebut, bertambahlah keimanannya dan bertambah pula pahala baginya. Memang sebagian besar manusia mungkin akan kuat menghadapi kenikmatan dan lalai ketika mendapat kesulitan. Namun ada juga sebaliknya dimana mereka akan kuat menghadapi kesulitan dan susah untuk menghadapi kenikmatan. Nantinya ujian yang mengharuskan kita bersabar dan bersyukur akan bermuara pada pembersihan dosa dan dihilangkannya siksa di neraka, sebagaimana sabda Rasulullah: “Tidaklah seorang mukmin atau mukminah yang ditimpa suatu bala’ (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan. Senantiasa cobaan itu datang menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya dan hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa ada satu pun dosa pada dirinya.” 2. Musibah Musibah lebih identik dengan sesuatu yang tidak kita sukai. Musibah juga menjadi semacam teguran atas kesalahan kita agar nantinya kesalahan tersebut tidak berbuah dosa di akhirat. Karenanya ditegur di dunia akan lebih baik dibandingkan harus menanggung dosa yang tak pernah hilang di akhirat sana. Bahkan dalam berbagai ayat dijelaskan bahwa jika Allah mencintai suatu hamba, maka Ia akan memberikan hukuman di dunia atas dosa hamba tersebut. Namun jika Ia membenci hambaNya, maka Ia akan menunda-nunda hukuman tersebut di dunia dan nantinya akan ditunaikan saat berada di akhirat. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy Syura 30) “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengatakan: “Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat pengampunan dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS Al Baqarah 155-157) Jadi musibah yang menimpa diri kita haruslah disyukuri sebagai sarana intropeksi. Kita harus sadar bahwa dalam menjalani kehidupan ini tak pernah lepas dari khilaf dan salah sehingga dengan adanya musibah, kita akan menjadi teringat kelemahan kita. Jangan sampai kita justru menjauh dari Allah ketika mendapatkan suatu musibah seperti yang dijelaskan dalam surat Al Hajj ayat 11. Jadi bagi seorang mukmin, musibah yang menimpa merupakan ujian dan bagi seorang kafirin, ujian menjadi azab yang sangat pedih. 3. Azab Azab merupakan siksaan yang akan Allah berikan kepada orang kafir, baik di dunia maupun di akhirat. “Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS As Sajadah 21) “Orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbutan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS Ar Ra’du 31) “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akherat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Hud 16) Baca Juga: Antara Musibah Dan Taubat Karena Hidup Tak Akan Pernah Terlepas Dari Ujian Demikian penjelasan mengenai perbedaan antara ujian, musibah dan azab. Semoga kita semua termasuk hamba Allah yang beriman dan bertakwa kepadaNya sehingga akan bersyukur ketika mendapat nikmat dan bersabar ketika mendapat kesulitan. Aamiin Wallahu A’lam loading... RELATED POSTS : Nama-Nama Surat Dalam Al Qur’an. Siapakah Yang Menamainya? Nama-Nama Surat Dalam Al Qur’an. Siapakah Yang Menamainya? │ Banyak dari umat Islam yang seringkali ingin mengetahui segala hal yang berhubu… Read More... Awas! Jangan Baca Al Qur’an Di Waktu-Waktu Ini Awas! Jangan Baca Al Qur’an Di Waktu-Waktu Ini │ Membaca Al Qur’an merupakan sesuatu yang sangat baik dan mengandung banyak keutamaan bagi s… Read More... Ini Konsekuensi Jika Mahar Berupa Al Qur’an Dan Seperangkat Alat Sholat Ini Konsekuensi Jika Mahar Berupa Al Qur’an Dan Seperangkat Alat Sholat Salah satu syarat sahnya sebuah pernikahan adalah adanya mahar… Read More... Derajat Manusia Sama Di Hadapan Tuhan. Benarkah? Derajat Manusia Sama Di Hadapan Tuhan. Benarkah? │ Terkadang perkataan manusia bisa dianggap benar oleh logika. Padahal belum tentu kenyataa… Read More... Sabda Rasul, Ini Orang Yang Paling Berat Cobaannya Sabda Rasul, Ini Orang Yang Paling Berat Cobaannya │ Setiap manusia yang hidup di dunia akan senantiasa mendapatkan berbagai macam cobaan. T… Read More... Lakukan Sujud Ini, Shalat Otomatis Batal Lakukan Sujud Ini, Shalat Otomatis Batal │ Shalat terdiri dari beberapa rukun yang harus dipenuhi dengan sempurna. Salah satunya adalah suju… Read More... 15 Sifat Manusia Yang Disebut Dalam Al Qur’an. Sebagian Besar Tak Kita Sadari 15 Sifat Manusia Yang Disebut Dalam Al Qur’an │ Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik bentuk. Tak hanya berupa penye… Read More...

antara ujian dan azab

Tegak'an Al-Qur'an QS.16. An Nahl 128. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Senin, 04 Oktober 2010 UJIAN, COBAAN DAN AZAB VERSI ALLAH UJIAN, ADZAB, COBAAN APA MUSIBAH? ( 11 ) ---------------- UJIAN ITU APA ---------------- Ibu-ibu dan bapak-bapak…. banyak dikalangan masyarakat yang selalu mengatakan dirinya sedang diuji…ada lagi yang mengatakan dirinya mendapat cobaan… tidak jarang musuh mereka mengatakan rasain loh kena adzab…bahkan ada pula yang mengeluh kepada teman nya kenapa musibah di keluargaku datang dengan silih berganti….. Berbedakah,…. Ujian…cobaan…adzab dan musibah…? Jika sama…? Kenapa mempunyai kata dan rangkaian kalimat yang berbeda…? Kemudian jika berbeda …? Apakah bedanya dari masing masing kata ini…? Ibu ibu ada yang tahu..??? Mari kita kembali ke alquran dan hadits agar dapat bimbingan langsung dari allah kepahaman tentang ke empat kata ini, sesuai dengan keinginan nya…… 004:059 Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ALLAH SANGAT HATI HATI UNTUK MEMBEDAKAN EMPAT KATA INI MELALUI FIRMAN NYA… UJIAN SANGAT BERBEDA DENGAN COBAAN… ADZAB SANGAT BERBEDA DENGAN UJIAN DAN COBAAN… MUSIBAH SANGAT BERBEDA DENGAN UJIAN, COBAAN DAN ADZAB… ALQURAN MEMPUNYAI HIKMAH DAN MAKNA YANG BERBEDA DISETIAP HURUF DAN KATA….SEHINGGA DISETIAP KATA YANG BERBEDA…SO PASTI MEMPUNYAI MAKNA DAN ARTI YANG BERBEDA PULA….. MAKA UJIAN PUN OLEH ALLAH DILETAKKAN PADA SUATU KATA YANG MENGANDUNG MAKNA PADA RANGKAIAN SEBUAH KALIMAT YANG BERATI : DIUJI ITU SAMA DENGAN DITEST KEMAMPUAN NYA UNTUK MENDAPAT DERAJAT YANG LEBIH TINGGI DARI SEBELUMNYA… TENTU UJIAN INI SELALU BERJALAN DISETIAP LINI KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG MEMPUNYAI KEINGINAN UNTUK MENJADI ORANG YANG LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA… ADA YANG PINGIN MENINGKAT KEIMANANNYA…..? TENTU ALLAH AKAN MENGUJI PADA SEPUTARAN KWALITAS IMAN MEREKA UNTUK DITINGKATKAN MENJADI ORANG PILIHAN DENGAN MAQOM KEIMANAN YANG LEBIH TINGGI DARI SEBELUMNYA… 029:002 Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? 029:003 Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. JIKA IBU IBU DAN BAPAK BAPAK INGIN KAYA..? TENTU ALLAH MENGUJI DULU MELALUI SEPUTARAN KEKAYAAN DAN KEMISKINAN, DENGAN ALAT UJI BAGAIMANA IBU DAN BAPAK SAAT INI MENGHADAPI ORANG ORANG YANG SEDANG MEMBUTUHKAN KEBERADAAN IBU DAN BAPAK…MAKA ALLAH SEGERA MEMBERI KEKAYAAN KEPADA ORANG ORANG YANG TELAH LULUS DALAM UJIAN… 006:053 Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" JIKA IBU DAN BAPAK MENGINGINKAN DIJAUHKAN DARI LARANGAN DAN DIDEKATKAN DENGAN PERINTAH..? MAKA ALLAH PASTI MENGUJINYA MELALUI SEPUTARAN PERINTAH DAN LARANGAN DENGAN DIJADIKANNYA MANUSIA BISA MELIHAT DAN MENDENGAR, AGAR ALLAH MENINGGIKAN DERAJAT MANUSIA ITU APABILA MEREKA MAMPU MENAHAN LARANGAN KETIKA DIA MELIHAT, DAN MAMPU MENAHAN LARANGAN KETIKA DIA MENDENGAR 076:002 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur [1536] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. JIKA IBU DAN BAPAK MENGINGINKAN MENJADI ORANG ORANG YANG BAIK…SO PASTI ALLAH SEGERA MENGUJI DENGAN SEPUTARAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN AGAR ALLAH MENINGKATKAN DERAJAT YANG LEBIH BAIK KEPADA ORANG ORANG YANG TELAH LULUS UJIAN… 021:035 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. KALAU IBU DAN BAPAK INGIN MENJADI PENGUASA, TENTU ALLAH SEGERA MENGUJI DENGAN SEPUTARAN JABATAN ITU MELALUI TINGGI RENDAHNYA DERAJAT YANG MEMBUAT MANUSIA TERPANCING IRI DENGKI TERHADAP PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN JABATAN ITU, AGAR ALLAH SEGERA MENINGGIKAN SECARA BERTAHAP JABATAN ITU KEPADA ORANG ORANG YANG TELAH LULUS UJIAN…… 006:165 Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. JIKA IBU DAN BAPAK INGIN MEMPELAJARI ALQURAN…? TENTU ALLAH PASTI MENGUJI IBU DAN BAPAK MELALUI SEPUTARAN KEYAQINAN TERAHADAP KITAB ITU SEBAGAI BATU UJIAN TEHADAP KITAB KITAB YANG LAINNYA, APABILA KITA MAMPU MENEMPATKAN ALQURAN SEBAGAI KITAB TERTINGGI DARI KITAB YANG LAIN, MAKA ALLAH SEGERA MEWARISKAN ALQURAN ITU KEPADA ORANG ORANG YANG TELAH LULUS MENSIASATI UJIAN DARI PADANYA… 005:048 Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian [421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu [422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya 035:032 Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan [1261] dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. JIKA IBU DAN BAPAK INGIN BERAMAL…? TENTU ALLAH SEGERA MENGUJI MELALUI SEPUTARAN AMAL ITU DENGAN MEMILIH YANG TERBAIK AMALANNYA…SEHINGGA ALLAH SEGERA MELETAKKAN DI TEMPAT YANG TERBAIK BAGI ORANG ORNG YANG TELAH LULUS DALAM UJIAN… 067:002 Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. JIKA IBU DAN BAPAK MENGINGINKAN BERJIHAD YANG MURNI KARENA ALLAH..? TENTU ALLAH SEGERA MENGUJI MELALUI SEPUTARAN JIHAD KITA APAKAH SUDAH SUNGGUH SUNGGUH DAN ISTIQOMAH, ATAU MASIH SETENGAH SETENGAH YANG MASIH SELALU PUTUS ASAH DAN TIDAK SABAR..? MAKA ALLAH SEGERA MENINGKATKAN DERAJAT ORANG ORANG YANG TELAH LULUS DALAM UJIAN MEDLALUI JIHAD YANG SABAR… 047:031 Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. BAHKAN JIKA IBU DAN BAPAK KEPINGIN BAHAGIA, MENJADI SEORANG IMAM, MENJADI SEORANG MUKMIN PUN, ALLAH TETAP SEGERA MENGUJI MELALUI SEPUTARAN GANGGUAN YANG BANYAK YANG MENYAKITKAN HATI TERHADAP DIRIMU, HARTAMU DAN KELUARGAMU, MELALUI KALIMAT KALIMATNYA, MELALUI GUNCANGAN YANG KUAT DAN APBILA KAMU BERSABAR MAKA ALLAH MENGANGKATMU UNTUK MENJADI ORANG ORANG YANG BERBAHAGIA… 003:186 Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. 002:124 Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji [87] Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku [88]". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". 033:011 Di situlah diuji orang-orang mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat. DALAM SEKTOR KEHIDUPAN APAPUN DI BUMI INI TIDAK AKAN PERNAH KITA JUMPAI MANUSIA YANG NORMAL, YANG INGIN MENCAPAI SUATU TUJUAN TANPA MELEWATI SEBUAH PROSES UJIAN…. UJIAN ADALAH MANAGEMENT ALLAH YANG MEMANTAU SECARA KETAT SETIAP MANUSIA YANG BERKEINGINAN UNTUK MENCAPAI SEBUAH TUJUAN , AGAR ALLAH MENGETAHUI SECARA AUTOMATIS MANA YANG DENGAN SUNGGUH SUNGGUH DAN MANA YANG HANYA SETENGAH HATI, SERTA MANA YANG HANYA DI MULUT SAJA ATAU MALAH SEBALIKNYA…. KARENA UJIAN INI MERUPAKAN SEBUAH MANAGEMENT YANG MELEKAT, TENTU UJIAN INI TIDAK AKAN PERNAH BISA DIPISAHKAN DARI LINI KEHIDUPAN MANUSIA…. BILA INGIN SUKSES..? HARUS DIUJI DULU DENGAN KEGAGALAN SESAAT… BILA INGIN BAHAGIA …? WAJIB DIUJI DULU DENGAN KESEDIHAN SESAAT… BILA INGIN LEBIH BAIK..? TETAP DIUJI DULU DENGAN KEBURUKAN SESAAT… INGAT…!!!!! ALLAH MENCIPTAKAN SEGALA SESUATU DENGAN BERPASANGAN… DAN INGATLAH PULA BAHWA DATANGNYA UJIAN JUSTERU MELALUI PASANGAN DARI KEBALIKAN YANG KAMU INGINKAN…. NABI IBRAHIM TERLALU MENCINTAI ANAKNYA, LALU ALLAH MENGUJI DENGAN HARUS MEMOTONGNYA….. 051:049 Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. 037:102 Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". 037:103 Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). 037:104 Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 037:105 sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu [1285] sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 037:106 Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. MARI KITA MENJADI MANUSIA YANG SADAR DENGAN SEBUAH UJIAN…MARI KITA MENJADI MANUSIA YANG SIAP MENERIMA UJIAN…MARI KITA MENJADI MANUSIA YANG PAHAM TERHADAP JENIS UJIAN…MARI KITA MENJADI MANUSIA YANG AKRAB DENGAN UJIAN….DAN MARI KITA JADIKAN UJIAN SEBAGAI ALAT MENEMPUH SEBUAH TUJUAN……. L-----------------APAKAH ITU ADZAB----------------------------- ISTILAH ADZAB SERING KITA PERDENGARKAN DI BERBAGAI PODIUM DAN MIMBAR MIMBAR….ADA YANG MENGATAKAN ADZAB ITU HANYA BERLAKU DI AKHIRAT, AKAN TETAPI ADA JUGA DIANTARA KITA YANG MEYAKINI BAHWA ADZAB ITU DI DUNIA PUN SUDAH DIBERLAKUKAN… KIRA KIRA YANG BENER YANG MANA YA BUU…? APAKAH ADZAB ITU HANYA BERLAKU DI DUNIA SAJA …? ATAUKAH DI AKHIRAT JUGA DIBERLAKUKAN..? JIKA DI AKHIRAT JUGA DIBERLAKUKAN, KENAPA DI DUNIA HARUS ADA ADZAB…? BERARTI DOBLE ADZAB DONG BUUU…? PIYE IKI…? YOK KITA LIHAT AYATNYA… 032:021 Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). WAH….TERNYATA ADZAB DI DUNIA INI SUDAH DIBERLAKUKAN SEBAGAI PERINGATAN AGAR TERLEPAS DARI ADZAB YANG EBIH BESAR DI AKHIRAT… NAH BERATI DEFINISI ADZAB ITU APA BUUU…? ADA YANG TAHU….? PIYE…? SI BADU MELUDAHI SATPAM YANG SEDANG BERTUGAS DI PABRIK KERTAS…LALU SATPAM MEMUKUL SI BADU…!!!! KIRA KIRA BADU MENDAPAT APA BUU..? ADZAB APA RAHMAT…? ADZAAAAB..!!!! BERATI ADZAB ITU APA..? YAITU DAMPAK ATAU BALASAN AKIBAT DARI PERBUATAN YANG SALAH…ATAU BALASAN AKIBAT DARI PERBUATAN YANG MELANGGAR / DOSA…. 003:181 Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar." 003:182 (Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. JIKA ADZAB ITU DIBERLAKUKAN DI DUNIA DAN JUGA DI AKHIRAT…LALU APA FUNGSI ADZAB DI DUNIA…? HAYO ADA YANG TAHU….? NIH FUNGSI ADZAB DI DUNIA, YAITU MEMBERIKAN PERINGATAN KEPADA MANUSIA AGAR MEREKA SEGERA KEMBALI KE JALAN YANG LURUS AKIBAT DARI SEBUAH KESALAHAN DAN DOSANYA….. 032:021 Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). 030:041 Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ADZAB DI DUNIA MERUPAKAN MALAPETAKA DAN PERINGATAN BAGI MANUSIA YANG SEDANG DAN TELAH MELANGGAR ATURAN ALLAH DENGAN PERBUATAN MEREKA YANG SELALU BERLUMURAN DOSA… 040:021 Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi [l320],maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. 029:040 Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. 007:096 Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. TENTU UJIAN DAN ADZAB MEMPUNYAI PERBEDAAN YANG SANGAT MENCOLOK… UJIAN ADALAH MANAGEMENT ALLAH UNTUK MEMANTAU SECARA KETAT KEPADA HAMBANYA YANG SEDANG SUNGGUH SUNGGUH MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK SESUAI DENGAN ATURAN ALLAH…. SEMENTARA ADZAB DUNIA ADALAH BALASAN YANG MENJADI PERINGATAN AKIBAT KESALAHAN SESEORANG ATAU KAUM YANG DISEBABKAN KARENA DOSA DOSANYA…. LALU BAGAIMANA DENGAN COBAAN….? -------------------APA ITU COBAAN--------------------------- DI SATU PIHAK COBAAN ADALAH MATERI YANG MENJADI ISI DARI PADA UJIAN ….SEMENTARA PADA SISI LAIN COBAAN ADALAH MATERI YANG MENJADI ISI DARI PADA ADZAB… COBAAN MEMPUNYAI PERAN GANDA YANG ALLAH KIRIMKAN KEPADA ORANG ORANG YANG SEDANG DIUJI…. DAN COBAAN JUGA OLEH ALLAH DIKIRIM KEPADA ORANG ORANG YANG SEDANG DIADZAB…. MATERI UJIAN DAN ADZAB BISA SAMA….. ADA ORANG SEDANG DIUJI DENGAN KELAPARAN…TETAPI ADA PULA ORANG YANG SEDANG DIADZAB DENGAN KELAPARAN… ADA ORANG YANG DIUJI DENGAN KEMATIAN…TETAPI ADA PULA SEGOLONGAN ORANG YANG DIADZAB DENGAN KEMATIAN PULA…. COBAAN ADALAH MATERI YANG DIPAKAI OLEH ALLAH UNTUK MENGISI DUA GELAS YANG BERBEDA KUTUB…. COBAAN UNTUK MENGISI GELAS UJIAN… DAN COBAAN UNTUK MENGISI GELAS ADZAB… SI BADU KECELAKAAN MENABRAK TIANG LISTRIK SETELAH BERMAIN JUDI DI RUMAH TETANGGANYA….. SI FULAN KECELAKAAN MENABRAK TIANG LISTRIK SETELAH MEMBERI MAKAN FAKIR MISKIN DI RUMAH TETANGGANYA… MEREKA BERDUA MENDAPAT COBAAN YANG SAMA YAITU KECELAKAAN MENABRAK TIANG LISTRIK…. PERTANYAANNYA…? SIAPAKAH YANG SEDANG DIUJI…DAN SIAPAKAH YANG SEDANG DIADZAB..? TENTU YANG PALING TAHU ADALAH IBU IBU DAN BAPAK BAPAK YANG SEDANG DALAM MELAKSANAKAN APA…? KADANG KITA SEDANG DIADZAB TAPI KITA SALAH TERKA SEAKAN AKAN KITA SEDANG DIUJI… JENIS COBAAN SANGAT BANYAK…ADA YANG DALAM BENTUK MALAPETAKA…ADA YANG DALAM BENTUK KESENGSARAAN…ADA PULA YANG KEKURANGAN HARTA, ANAK ANAK.. BAHKAN ADA PULA YANG KEKURANGAN JIWA DAN KETAKUTAN…. 002:214 Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. 064:015 Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar. 002:155 Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, 002:156 (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [101]. INGAAAAT…!!! KESEDIHAN ITU ADA YANG MENJADI UJIAN BUAT KITA…DAN KESEDIHAN ITU ADA PULA YANG MENJADI ADZAB BUAT KITA….. HATI KITA DIBUAT SEDIH DALAM SELINGKUH…ITULAH ADZAB BUAT KITA…. DILAIN PIHAK HATI KITA DIBUAT SEDIH KETIKA SEDANG MEMBERI MAKAN FAKIR MISKIN…ITULAH UJIAN KITA UNTUK MENDAPAT TEMPAT YANG BAKAL LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA…. PERCAYALAH UJIAN ITU SANGAT TEMPORERI…. TETAPI ADZAB TIDAK PERNAH ADA UKURAN WAKTUNYA…. 016:110 Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 021:111 Dan aku tiada mengetahui, boleh jadi hal itu [975] cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. ---------------------APAKAH MUSIBAH ITU---------------------------- MUSIBAH ADALAH SEBUAH MALAPETAKA YANG TERJADI PADA DIRI SESEORANG ATAU LEMBAGA YANG TIDAK DAPAT DIPREDIKSI SEBELUMNYA …. MUSIBAH LEBIH BERPELUANG DISEBABKAN OLEH KESALAHAN PERHITUNGAN MANUSIA…. 042:030 Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). 030:036 Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. TETAPI ADA JENIS MUSIBAH YANG SANGAT BERPELUANG UNTUK DAPAT DIDETEKSI ATAS IZIN ALLAH….ITULAH MUSIBAH YANG MENGUNTUNGKAN….. SUATU CONTOH : SI BAYAN MENGGAGALKAN KEPERGIANYA UNTUK BERTAMASA KELILING KOTA KARENA SAKIT PERUT…. SAKIT PERUT ADALAH MUSIBAH YANG SANGAT MENYEDIHKAN BUAT SI BAYAN UNTUK SEMENTARA WAKTU…. TETAPI SI BAYAN BERANJAK TERKESIMA KETIKA BUS YANG BAKAL DITUMPANGINYA JATUH KE JURANG DENGAN MENEWASKAN 15 ORANG TEMANNYA YANG SEDANG BERTAMASA KELILING KOTA… SI BAYAN TERKENA MUSIBAH…AKAN TETAPI SI BAYAN JUGA MENDAPAT RAHMAT…… 064:011 Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. 004:072 Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran) [315]. Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata : "Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka. BERARTI DEFINISI MUSIBAH ADALAH : MALAPETAKA YANG TERJADI PADA SESEORANG ATAU LEMBAGA YANG DISEBABKAN KESALAHAN DIRI MEREKA SENDIRI YANG TIDAK TERPREDIKSI SEBELUMNYA AKIBAT DALAM MELAKSANAKAN SEGALA SESUATU TIDAK DIDAHULUI DENAGN BERMUNAJAT / BERKOMUNIKASI DENGAN ALLAH… 002:216 Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. -------------------------SELESAI------------------------------------------------ CATATAN : WAHAI SAHABATKU….INILAH REFRENSI AYAT YANG KAMI KETAHUI HINGGA TURUNNYA TULISAN INI…JIKA SAHABATKU MENDAPAT INFORMASI YANG BARU PADA SUMBER YANG SAMA YAITU ALQURAN DAN HADITS YANG SHOHIH MAKA IKUTILAH YANG TERAKHIR SESUAI DENGAN KEYAKINAN SAHABAT…APABILA SAHABAT DAPAT MENYELIPKAN HADITS ATAU FILSAFAT DEMI KESEMPURNAAN TULISAN INI, MAKA KAMI LAH ORANG YANG PERTAMA SUJUD SYUKUR KEHADAPAN ALLAH, TERIRING DOA SEMOGA ALLAH MEMBERI PETUNJUK KEPADA KITA SEMUA, AMIN ALLAHUMMA AMIN… Reformasi Umat di 01.31 Berbagi 3 komentar: Unknown2 April 2016 08.10 Subhanallah... Balas Sllalu Adhi20 September 2016 08.08 Sangat bermanfaat Balas Sllalu Adhi20 September 2016 08.08 Sangat bermanfaat Balas Muat yang lain... › Beranda Lihat versi web Mengenai Saya Reformasi Umat Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger.