Kamis, 13 Oktober 2016

takhalli tahalli tajalli

Hikmah Takhalli, Tahalli, dan Tajalli SMKCORDOVA PATI JAWA TENGAH Konsultasi Online Silahkan Salam, perkenalkan diri (nama, umur, lokasi) dan sampaikan pertanyaan singkat padat.Berasma: Ust. M. Niam Follow @niams Whatsapp saja: +6281298666226 Ustdzh Kamilia Ust. Arif Hidayat Sistem Manajemen Madrasah & Pesantren Pengajian Belajarlah dari Keluarga Ibrahim a.s. Dahsyatnya Sholawat Faktor-faktor Penyulut Radikalisme Agama Hikmah Isra' Mi'raj Hukum Membaca Takbir Seusai Sholat pada Hari-hari Tasyriq Bahtsul Masail 'Urf Syari' Tentang Jihad Beragama Islam Secara Kaaffah bolehkah perempuan menjadi imam? Cara mengqodlo’ sholat mayyit yang tidak di ketahui jumlah sholat yang di tinggalkan? darah yang sudah membeku pada daging hal yang harus dilakukan orang sholat ketika melihat orang lain terancam Hukum Copy Right hukum mengakhirkan sholat karena terdesak hukum sholat dan berjama'ah untuk wanita Kirim Artikel Facebook Artikel Terlaris Bagaimana Mendapatkan Jawaban dari Istikharah Taubat Malam "Nisfu Sya'ban" Tata Cara Pelaksanaan Salat Istikharah Tentang Puasa Rajab Takhalli, Tahalli, dan Tajalli Manusia dilengkapi oleh Allah dua hal pokok, yaitu jasmani dan rohani. Dua hal ini memiliki keperluan masing-masing. Jasmani membutuhkan makan, minum, pelampiasan syahwat, keindahan, pakaian, perhiasan-perhiasan dan kemasyhuran. Rohani, pada sisi lain, membutuhkan kedamaian, ketenteraman, kasih-sayang dan cinta. Para sufi menegaskan bahwa hakekat sesungguhnya manusia adalah rohaninya. Ia adalah muara segala kebajikan. Kebahagiaan badani sangat tergantung pada kebahagiaan rohani. Sedang, kebahagiaan rohani tidak terikat pada wujud luar jasmani manusia. Sebagai inti hidup, rohani harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Semakin tinggi rohani diletakkan, kedudukan manusia akan semakin agung. Jika rohani berada pada tempat rendah, hina pulalah hidup manusia. Fitrah rohani adalah kemuliaan, jasmani pada kerendahan. Badan yang tidak memiliki rohani tinggi, akan selalu menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rendah hewani. Rohani hendaknya dibebaskan dari ikatan keinginan hewani, yaitu kecintaan pada pemenuhan syahwat dan keduniaan. Hati manusia yang terpenuhi dengan cinta pada dunia, akan melahirkan kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung. Hati adalah cerminan ruh. Kebutuhan ruh akan cinta bukan untuk dipenuhi dengan kesibukan pada dunia. Ia harus bersih. Dalam rangkaian metode pembersihan hati, para sufi menetapkan dengan tiga tahap : Takhalli, Tahalli, dan Tajalli. Takhalli, sebagai tahap pertama dalam mengurus hati, adalah membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. Hati, sebagai langkah pertama, harus dikosongkan. Ia disyaratkan terbebas dari kecintaan terhadap dunia, anak, istri, harta dan segala keinginan duniawi. Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah. Ia bukan hakekat tujuan manusia. Manakala kita meninggalkan dunia ini, harta akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk pada dunia, saat ditinggalkannya, akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi, seorang manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya dari kecintaan pada dunia. Tahalli, sebagai tahap kedua berikutnya, adalah upaya pengisian hati yang telah dikosongkan dengan isi yang lain, yaitu Allah (swt). Pada tahap ini, hati harus selalu disibukkan dengan dzikir dan mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, melepas selain-Nya, akan mendatangkan kedamaian. Tidak ada yang ditakutkan selain lepasnya Allah dari dalam hatinya. Hilangnya dunia, bagi hati yang telah tahalli, tidak akan mengecewakan. Waktunya sibuk hanya untuk Allah, bersenandung dalam dzikir. Pada saat tahalli, lantaran kesibukan dengan mengingat dan berdzikir kepada Allah dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz kebesaran Allah yang tidak henti-hentinya didengungkan setiap saat. Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang lain. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Kegelisahannya bukan lagi pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang tidak akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya bukan pada syahwat badani yang seringkali memperosokkan pada kebinatangan. Tapi hanya kepada Allah. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik. Setelah tahap â€کpengosongan’ dan â€کpengisian’, sebagai tahap ketiga adalah Tajalli. Yaitu, tahapan dimana kebahagian sejati telah datang. Ia lenyap dalam wilayah Jalla Jalaluh, Allah subhanahu wata’ala. Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Ia bahagia dalam keridho’an-Nya. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai ma’rifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur. Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebutnya sebagai insan kamil, manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai ketinggian kebahagiaan. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap ketiga ini sebagai waliyullah, kekasih Allah. Orang-orang yang telah memasuki tahapan Tajalli ini, ia telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia. Derajat ini pernah dilalui oleh Hasan Basri, Imam Junaidi al-Baghdadi, Sirri Singkiti, Imam Ghazali, Rabiah al-Adawiyyah, Ma’ruf al-Karkhi, Imam Qusyairi, Ibrahim Ad-ham, Abu Nasr Sarraj, Abu Bakar Kalabadhi, Abu Talib Makki, Sayyid Ali Hujweri, Syekh Abdul Qadir Jaelani, dan lain sebagainya. Tahap inilah hakekat hidup dapat ditemui, yaitu kebahagiaan sejati. Wallahu a’lam Rizqon Khamami. Sebelumnya Berikutnya Informasi tambahan Cari Seputar Zakat Fiqhuz-Zakat (2): Zakat Pertanian Zakat atas Penghasilan (profesi). Zakat Profesi Zakat dan Pendidikan Idul Fitri Dan Zakat Fitrah Tanya Jawab Agama Salat di Kuburan Nikah Mit'ah dan Kawin Kontrak Umrah dari Makkah Al-Dharurat Tubiih Al-Mahdzuuraat Ingin Bangun Untuk Shalat Tapi Telat Terus Sholat Jum'at Memesan Daging kepada Panitia Kurban Mendahulukan Ibadah atau Adab? Perempuan Bepergian Sendirian Imam Lupa Mandi Junub Kitab Kuning Digital Seputar Ramadhan Redaksi-redaksi Doa Berbuka Puasa Kontroversi Metodologi Rukyat dan Hisab Mensikapi Dua Iedul Fitri Panduan Sholat Tarawih Yang Dibolehkan dalam Puasa Puasa Ramadhan Lebih dari 30 Hari? Bagaimana Dengan Profesi Saya? Perempuan Tarawih di Masjid RUKUN PUASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar