Senin, 30 Mei 2016

nabi adam iri dngn umat muhammad

KETIKA NABI ADAM IRI DENGAN UMAT NABI MUHAMMAD Jangan sia siakan waktu untuk bertaubat... Sebesar apapun dosa kita, jika seorang hamba mampu menghadirkan ketulusan bertaubat, maka Allah Ta'ala niscaya akan menerima taubatnya, kendati belum pernah ‘beramal shalih’ sekali pun. Subhanallah , betapa beruntung menjadi umat Muhammad. Taubatnya mudah diterima. Sementara Adam a.s dengan kesalahan yang kecil telah didera dengan hukuman yang panjang. Kondisi ini sempat membuat Nabi Adam a.s iri hati. Disebutkan bahwa Nabi Adam a.s berkata: “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umat Muhammad empat kelebihan yang tidak diberikan kepadaku,” katanya. Apa itu? Pertama, kata Nabi Adam, taubatku hanya diterima di kota Makkah, sementara taubat umat Muhammad diterima di sebarang tempat alias di mana saja. Kedua, “Pada mulanya aku berpakaian, tetapi ketika aku berbuat durhaka kepada-Nya, maka Allah Ta'ala menjadikan aku telanjang. Sebaliknya dengan umat Muhammad yang berbuat durhaka dengan telanjang, tetapi Allah tetap memberi mereka pakaian.” Ketiga, lanjut Nabi Adam, setelah aku durhaka kepada Allah, maka Dia langsung memisahkan aku dengan isteriku. Tetapi tidak untuk umat Muhammad. Mereka berbuat durhaka, sementara Allah Subhana wa Ta'ala tidak memisahkan isteri mereka. Yang keempat, “Memang benar aku pernah durhaka kepada Allah di dalam surga dan aku kemudian dikeluarkan dari surga, sebaliknya umat Muhammad durhaka kepada Allah, tetapi justru dimasukkan ke dalam surga apabila mereka bertaubat kepada-Nya.” Lalu, ada kisah lain disabdakan langsung oleh Rasulullah. Kata Nabi Shalallahu alaihi wasallam kisah ini terjadi di zaman Bani Israil. Demikian Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, Sa’id bin Malik bin Sinan r.a. Intinya Nabi pernah bercerita, bahwa pada zaman dahulu, di zaman orang-orang sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Dia kemudian sedih dan bertanya, ingin mencari orang yang paling alim di muka bumi, lalu ditunjukkan kepadanya tentang seorang rahib (pendeta, ahli ibadah). Maka dia bergegas mendatangi rahib tersebut lalu mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 99 jiwa. “Apakah masih ada pintu taubat bagi saya?,” tanyanya. Ahli ibadah itu berkata: “Tidak. Tidak ada pintu taubat bagi pembunuh 99 orang.” Mendengar jawaban rahib ini, seketika laki-laki itu marah dan membunuhnya. Maka dia pun menggenapi korban pembunuhannya menjadi 100 jiwa. Pembunuh ini kemudian mencari orang alim lainnya. Lalu ditunjukkanlah kepadanya tentang seorang yang berilmu. Dia bergegas menemuinya. Maka dia pun mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 100 jiwa. “Apakah masih ada pintu taubat bagi saya?” tanyanya. Orang alim itu berkata: “Ya. Siapa yang menghalangi dia dari taubatnya? Pergilah ke daerah ini dan ini. Karena sesungguhnya di sana ada orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka. Dan jangan kamu kembali ke negerimu, karena negerimu itu adalah negeri yang buruk, negeri orang jahat.” Pembunuh itu pun bergegas melaksanakan perintahnya. Dia berangkat. Akhirnya, ketika tiba di tengah perjalanan datanglah kematian menjemputnya. Belum sampai tujuan dia sudah mati. Maka berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia. Malaikat rahmat mengatakan: “Dia sudah datang dalam keadaan bertaubat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Sementara malaikat azab berkata: “Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan amalan kebaikan sama sekali. Maka dia juga belum bertaubat.” Nah, dalam perselisihan ini, datanglah seorang malaikat berwujud manusia, lalu dijadikan dia (sebagai hakim pemutus) di antara mereka berdua. Maka malaikat itu memberikan solusi. “Ukurlah jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Maka ke arah negeri mana yang lebih dekat, dialah yang berhak membawanya.” Lalu keduanya mengukurnya, dan ternyata mereka dapatkan bahwa orang itu lebih dekat kepada negeri yang diinginkannya untuk taubat. Maka malaikat rahmat pun segera membawanya, dan memasukkan sebagai hamba yang bertaubat. Subhanallah! Terdapat kisah lain. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam pernah didatangi Jibril dengan membawa kabar baik untuk umatnya. Jibril menyampaikan salam Allah kepada Baginda Rasul lalu memberitahu bahwa Allah akan mengampuni dosa umatnya setahun sebelum dia meninggal sekiranya dia bertaubat. Tetapi Baginda Nabi mengatakan setahun terlalu lama. Bisa saja kesalahan terus terjadi. Nabi Shalallahu alaihi wasallam minta Jibril kembali menghadap Allah memohon kemudahan. Jibril pun menghadap Allah. Ketika berjumpa Nabi Muhammad Jibril mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni dosa umat Muhammad sebulan sebelum dia meninggal dunia, jika dia bertaubat. Nabi pun mengetahui kelemahan umatnya dan meminta Jibril menghadap Allah sekali lagi. Tanpa payah Jibril menghadap lagi. Kali ketiga berjumpa Nabi, Jibril mengatakan Allah akan menerima taubat umat Muhammad sehari sebelum meninggal dunia. Sebagai Nabi yang sangat menyayangi umat, Baginda masih menaruh harapan agar Allah melonggarkan syarat taubat bagi umatnya. Nabi meminta Jibril menghadap Allah kembali. Pada kali keempat, Jibril menemui Nabi dan mengatakan Allah bersedia menerima taubat umatnya selagi nyawanya belum sampai tenggorokan. *** Subhanallah , Alangkah besar karunia dan rahmat Allah kepada hamba-Nya. Tetapi alangkah banyak hamba Nya yang tidak mengetahui dan tiada mensyukuri nikmat tersebut... Bisa dibayangkan bagaimana seandainya kedhaliman yang dikerjakan anak cucu Adam harus diselesaikan dengan azab dan siksa di dunia, niscaya tidak akan ada lagi satu pun makhluk yang melata di atas muka bumi ini. Seandainya murka Allah lebih dahulu daripada rahmat-Nya, niscaya tidak akan pernah ada rasul yang diutus, tidak ada kitab suci yang diturunkan, tidak ada ulama dan orang shalih serta berilmu yang memberi nasihat, peringatan, dan bimbingan. Lingkungan yang baik dan bergaul dengan orang shalih akan menambah iman seseorang. Hijrah termasuk salah satu amalan shalih paling utama, bahkan merupakan sebab keselamatan agama seseorang serta perlindungan bagi imannya. Jika hijrah itu memang dibalut dengan kemauan keras untuk berbuat baik. Hijrah bisa berarti meninggalkan apa yang tidak/kurang baik menuju yang lebih baik yang disukai Allah dan Rasul-Nya. “Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: An-Nisa 4 ayat 100) ******* Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hambaNya yang senantiasa taubat dan berserah diri .. اَمِيـْنْ يَـارَبَّ الْعَـالَمِيْــ Wallahu’alam bish-shawab emraan hany di 20.34 Berbagi

arti suami

"ARTI SUAMI DAN ISTERI" S → Selalu menyayangi isterinya. U → Ucapannya selalu sopan dan benar. A → Amal ibadahnya tak pernah ketinggalan. M → Mampu menjadi imam yang baik. I → Iman dan Islam selalu tertanam di hati. =========================== I → Indah perilaku dan akhlaknya. S → Selalu setia kepada suaminya. T → Tekun amal ibadahnya. E → Enggan membantah suaminya. R → Raut wajahnya menenteramkan suami. I → InsyaAllah menjadi isteri sholehah. Siapa yang setuju...??? Ya ALLAH... ✔ Muliakanlah orang yang membaca status ini ✔ Ringankanlah kakinya untuk melangkah ke masjid ✔ Lapangkanlah hatinya ✔ Bahagiakanlah keluarganya ✔ Luaskan rezekinya seluas lautan ✔ Mudahkan segala urusannya ✔ Kabulkan cita-citanya ✔ Jauhkan dari segala Musibah ✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah, Prasangka Keji, Berkata Kasar dan Mungkar. ✔ Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan membagikan status ini. Aamiin ya Rabbalalamin.. #SHARE :)

hak suami yg harus dpenuhi istri

بسم آلله الرحمن الرحيم السلام عليكم ورحمة آلله وبركاته HAK SUAMI YANG HARUS DIPENUHI ISTERI ~~Keataan isteri kepada suaminya ~~ Setelah wali ( orang tau )sang isteri menyerahkan kepada suaminya ,maka kewajiban taat kepada sang suami menjadi hak yang tertinggi yang harus dipenuhi,setelah kewajiban taatnya kepada Allah Azza Wa Jalla,Dan RasulNya shallallahu'alaihi wa sallam : لو كنت أمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها ** Kalau seandainya aku boleh menyuruh seseorang sujud kepada seseorang,maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya ** HR Tirmidzi 1.159 Sang isteri harus taat kepada suaminya,dalam hal-hal yang ma'ruf ( mengandung kebaikan dalam hal agama ),misalnya ketika diperintahkan untuk shalat ,berpuasa,mengenakan busana muslimah,menghadiri majelis ilmu dan bentuk bentuk perintah lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan syari'at.hal ini adalah justru akan mendatangkan surga bagi dirinya,sebagaimana sabda Rasulullah : إذا صلت المرأة خمسها،وصامت شهرها،وحصنت فزجها،واطاعت بعلها،دخلت من أي أبواب الجنة شاءت ** Apabila seseorang wanita mengerjakan shalat yang lima waktu,berpuasa di bulan Ramadhan,menjaga kemaluannya,menjaga kehormatannya dan taat kepada suaminya,niscaya ia akan masuk surga dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki ** HR Ibnu Hibban no.1.296,Mawarid ISTERI HARUS BANYAK BERSYUKUR DAN TIDAK BANYAK MENUNTUT Perintah ini sangat ditekankan dalam islam ,bahkan Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat ,manakala sang isteri banyak menuntut kepada suaminya dan tidak bersyukur kepadanya . Rasulullah bersabda : اريت النار،فإذا أكثر أهلها النساء،يكفرن.قيل: ايكفرن بالله. ؟ يكفرن العشير،ويكفرن الإحسان،لو أحسنت إلى إحداهن الدهر،ثم رأت منك شيئا،قالت : ما رأيت منك خيرا قط ** Sesungguhnya aku diperlihatkan neraka dan melihat kebanyakan penghuni neraka adalah wanita, " Sahabat bertanya : sebab apa yang menjadi mereka paling banyak menghuni neraka ,"" RASULULLAH menjawab : " Dengan sebab kufur ." SAHABAT bertanya : " Apakah dengan sebab kufur terhadap Allah ?" RASULULLAH menjawab : " (tidak),Mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isteri nya selama setahun kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya,maka dia mengatakan ' Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu HR BUKHARI NO.29 ...HR MUSLIM NO. 907 (17) Rasulullah bersabda : لا ينظر آلله إلى امرأة لاتشكر لزوجها وهي لا تستغني عنه "" Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya,dan dia selalu menuntut. ( tidak pernah merasa cukup) HR AN NASA-I dalam kitab isyaratin Nisaa' no.294. ISTERI WAJIB BERBUAT BAIK KEPADA SUAMINYA Perbuatan ihsan ( baik)seorang suami harus dibalas pula dengan perbuatan yang serupa atau yang lebih baik.isteri harus berkhidmat kepada suaminya dan menunaikan amanah mengurus anak anaknya menurut syari'at islam yang mulia.Allah telah mewajibkan kepada dirinya untuk mengurus suaminya,mengurus rumah tangga nya ,mengurus anak anaknya. وآلله أعلم

doa qunut yg pendek

Do'a qunut yg pendek itu ada do'a dan pujian contoh 1.Allohurhamnaa ya rohmaan. 2. Allohumagfirlanaa ya gofaar

pasal solat tarawih

Share FASAL TENTANG SHALAT TARAWIH (2) Jumlah Raka’at Shalat Tarawih Menurut Madhab Empat A. Khoirul, NU Online | Selasa, 10 Agustus 2010 14:26 Ada beberapa pendapat mengenai bilangan rakaat yang dilakukan kaum muslimin pada bulan Ramadhan sebagai berikut: 1. Madzhab Hanafi Sebagaimana dikatakan Imam Hanafi dalam kitab Fathul Qadir bahwa Disunnahkan kaum muslimin berkumpul pada bulan Ramadhan sesudah Isya’, lalu mereka shalat bersama imamnya lima Tarawih (istirahat), setiap istirahat dua salam, atau dua istirahat mereka duduk sepanjang istirahat, kemudian mereka witir (ganjil).<> Walhasil, bahwa bilangan rakaatnya 20 rakaat selain witir jumlahnya 5 istirahat dan setiap istirahat dua salam dan setiap salam dua rakaat = 2 x 2 x 5 = 20 rakaat. 2. Madzhab Maliki Dalam kitab Al-Mudawwanah al Kubro, Imam Malik berkata, Amir Mukminin mengutus utusan kepadaku dan dia ingin mengurangi Qiyam Ramadhan yang dilakukan umat di Madinah. Lalu Ibnu Qasim (perawi madzhab Malik) berkata “Tarawih itu 39 rakaat termasuk witir, 36 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir” lalu Imam Malik berkata “Maka saya melarangnya mengurangi dari itu sedikitpun”. Aku berkata kepadanya, “inilah yang kudapati orang-orang melakukannya”, yaitu perkara lama yang masih dilakukan umat. Dari kitab Al-muwaththa’, dari Muhammad bin Yusuf dari al-Saib bin Yazid bahwa Imam Malik berkata, “Umar bin Khattab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim al-Dari untuk shalat bersama umat 11 rakaat”. Dia berkata “bacaan surahnya panjang-panjang” sehingga kita terpaksa berpegangan tongkat karena lama-nya berdiri dan kita baru selesai menjelang fajar menyingsing. Melalui Yazid bin Ruman dia berkata, “Orang-orang melakukan shalat pada masa Umar bin al-Khattab di bulan Ramadhan 23 rakaat”. Imam Malik meriwayatkan juga melalui Yazid bin Khasifah dari al-Saib bin Yazid ialah 20 rakaat. Ini dilaksanakan tanpa wiitr. Juga diriwayatkan dari Imam Malik 46 rakaat 3 witir. Inilah yang masyhur dari Imam Malik. 3. Madzhab as-Syafi’i Imam Syafi’i menjelaskan dalam kitabnya Al-Umm, “bahwa shalat malam bulan Ramadhan itu, secara sendirian itu lebih aku sukai, dan saya melihat umat di madinah melaksanakan 39 rakaat, tetapi saya lebih suka 20 rakaat, karena itu diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab. Demikian pula umat melakukannya di makkah dan mereka witir 3 rakaat. Lalu beliau menjelaskan dalam Syarah al-Manhaj yang menjadi pegangan pengikut Syafi’iyah di Al-Azhar al-Syarif, Kairo Mesir bahwa shalat Tarawih dilakukan 20 rakaat dengan 10 salam dan witir 3 rakaat di setiap malam Ramadhan. 4. Madzhab Hanbali Imam Hanbali menjelaskan dalam Al-Mughni suatu masalah, ia berkata, “shalat malam Ramadhan itu 20 rakaat, yakni shalat Tarawih”, sampai mengatakan, “yang terpilih bagi Abu Abdillah (Ahmad Muhammad bin Hanbal) mengenai Tarawih adalah 20 rakaat”. Menurut Imam Hanbali bahwa Khalifah Umar ra, setelah kaum muslimin dikumpulkan (berjamaah) bersama Ubay bin Ka’ab, dia shalat bersama mereka 20 rakaat. Dan al-Hasan bercerita bahwa Umar mengumpulkan kaum muslimin melalui Ubay bin Ka’ab, lalu dia shalat bersama mereka 20 rakaat dan tidak memanjangkan shalat bersama mereka kecuali pada separo sisanya. Maka 10 hari terakhir Ubay tertinggal lalu shalat dirumahnya maka mereka mengatakan, “Ubay lari”, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan as-Saib bin Yazid. Kesimpulan Dari apa yang kami sebutkan itu kita tahu bahwa para ulama’ dalam empat madzhab sepakat bahwa bilangan Tarawih 20 rakaat. Kecuali Imam Malik karena ia mengutamakan bilangan rakaatnya 36 rakaat atau 46 rakaat. Tetapi ini khusus untuk penduduk Madinah. Adapun selain penduduk Madinah, maka ia setuju dengan mereka juga bilangan rakaatnya 20 rakaat. Para ulama ini beralasan bahwa shahabat melakukan shalat pada masa khalifah Umar bin al-Khattab ra di bulan Ramadhan 20 rakaat atas perintah beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang shahih dan lain-lainnya, dan disetujui oleh para shahabat serta terdengar diantara mereka ada yang menolak. Karenanya hal itu menjadi ijma’, dan ijma’ shahabat itu menjadi hujjah (alasan) yang pasti sebagaimana ditetapkan dalam Ushul al-Fiqh. KH Muhaimin Zen Ketua Umum Pengurus Pusat Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz (JQH) NU Baca Juga Pengertian Qiyamu Ramadhan Menyambut Malam Nishfu Syaban Niat dalam Puasa Ramadhan Cara Meng-qadha atau Mengganti Puasa Kapan Lailatul Qadar? Bagaimana Menyambut Ramadhan? Keistimewaan Bulan Ramadhan dan Doa-doa Pilihan

Sabtu, 28 Mei 2016

era globalisasi berpengaruh pd umat islam

Era globalisasi banyak berpengaruh pada kehidupan seorang muslim, sadar atau tidak sadar mereka terseret ke dalam arusnya. Sehingga dijumpai banyak orang menyatakan: “Yang haram aja susah apalagi yang halal.” Satu ungkapan yang menggambarkan rendahnya kondisi keimanan dan keyakinan mereka terhadap rahmat dan rizki Allah. Padahal Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dengan sangat tandas sekali bahwa Allah akan mencukupkan rizki mereka dan tidak membebankan hal itu kepada pundak mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya: وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri.Allah-lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Ankabut: 60) dan firman-Nya مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ “Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan.” (QS. Adz Dzariyat:57) Dalam dua ayat di atas jelaslah Allah sebagai pemberi rizki kepada semua makhluknya, lalu Ia mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk dan jelek bagi manusia, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوباً عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْأِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al a’raf:157) Makanlah yang halal dan baik saja Setelah mengetahui yang dihalalkan Allah adalah semua yang baik dan sebaliknya yang diharamkan semuanya pasti buruk, apalagi yang menjadi halangan menghindari yang haram dan hanya mengambil yang halal saja? Tinggal kita laksanakan saja perintah Allah untuk memakan yang halal dan baik dan tidak mengikuti jejak dan ajakan syeitan yang mengajak kepada keburukan dan kesengsaraan. Allah berfirman: يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلالاً طَيِّباً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168) Karena hal ini merupakan wujud syukur kita kepada Allah yang telah memberikan rizki-Nya yang luas dan banyak. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah:172) Apabila kita bersyukur, Allah akan menambah anugerah-Nya. Jangan sekali-kali kita ingkar terhadap nikmat Allah dan melampaui batas, sebab jika kita ingkar terhadap nikmat Allah maka kebinasaan ada di hadapan kita. Allah berfirman: كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى “Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.” (QS. Thaaha:81) Pentingnya makan yang halal dan bahaya makan yang haram Permasalahan halal dan haram sangat penting sekali bagi seorang muslim, dan ini ditunjukkan langsung dengan pengaitan Allah Subhanahu wa Ta’ala antara makanan yang baik dengan amal shalih dan ibadah. Di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (Qs. al-Mu’minun: 51). Dan Ia berfirman, (yang artinya)“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Qs. al-Baqarah: 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdo’a: ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?!”1 Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa makanan yang dimakan seseorang mempengaruhi diterima dan tidaknya amal shalih seseorang. Hal ini tentunya cukup membuat kita memberikan perhatiaan yang serius dan berhati-hati dalam permasalahan ini. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa amal tidak diterima dan tidak suci kecuali dengan memakan makanan yang halal. Sedangkan memakan makanan yang haram dapat merusak amal perbuatan dan membuatnya tidak diterima”2. Hal ini sangat berbahaya sekali, perhatikan lagi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain:أَيَّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ “Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih pantas baginya.”3 Mudah-mudahan hal ini membuat kita lebih berhati-hati. Wallahu Al Muwaffiq.

harta milik allah

Harta Mutlak Milik Allah Swt Detail Ditulis oleh Super User إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. يا أيها الناس أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون. قال تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) ال عمران . ​يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (70-71) الأحزاب وقال تعالى : وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6) هود أما بعد : إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Marilah kita selalu menghiasi kehidupan kita dengan hiasan pakaian takwa. Karena pakaian takwa adalah lebih baik. وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ (26) الأعراف “Dan pakaian takwa Itulah yang paling baik”. وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى (197) البقرة “Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa”. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Segala apa yang ada di muka bumi ini, mutlak milik Allah Swt. Bahkan harta yang dimiliki manusia hakikatnya adalah milik Allah Swt. Allah Swt berfirman : وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (109) ال عمران “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan”. Walaupun harta itu mutlak milik Allah, Dia Maha Pemurah, Maha Pemberi rahmat, maka harta itu dilimpahkan kepada seluruh makhluk-Nya di dunia tanpa terkecuali. Allah Swt akan menjamin semua rizki semua makhluk-Nya, hatta binatang melata pun. Allah Swt berfirman : وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (60) العنكبوت “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6) هود “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”. Dari dua ayat di atas jelas sekali bahwa Allah Swt menjamin rizki setiap makhluknya, apalagi manusia asal mau bekerja dan berusaha. Akan tetapi pertanyaannya : “Mengapa manusia ada yang kaya dan ada yang miskin, padahal Allah sudah memberi rizki dan menjaminnya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita lihat firman Allah berikut ini : اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (62) العنكبوت “Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Ayat ini menjelaskan bahwa Dia-lah (Allah Swt) yang Maha menganugerahkan rizki kepada hamba-hamba-Nya, menentukan ajal mereka, menetapkan perbedaan ajal para makhluk, menentukan perbedaan rizki mereka, hingga rizki yang mereka peroleh bervariasi, ada yang kaya, ada yang miskin. Allah Maha mengetahui siapa yang pantas diberi kekayaan dan siapa di antara mereka yang diberi kemiskinan (Shahih Tafsir Ibnu Katsir). Allah-lah yang melapangkan rizki manusia, sehingga dapat memperoleh makanan, minuman, pakaian, kendaraan, dan tempat tinggal. Sedangkan yang lain, Allah menyempitkan rizkinya, mengapa…? Jawabannya adalah …… Dilapangkannya rizki seseorang oleh ALLAH merupakan ujian baginya. Apakah dia menjadi hamba yang bersyukur atau kufur…? Demikian juga Allah menyempitkan rizki seseorang dengan tujuan untuk menguji apakah dia orang yang bersabar ataukah tidak…? Oleh karena itu tidak ada alasan bagi yang miskin untuk berkecil hati. Karena kaya dan miskin bukanlah barometer yang menunjukkan bahwa Allah ridha atau murka kepada seseorang. (Tafsir Al-Aisar). Dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman : وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (165) الأنعام “Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Rabbmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dalam ayat ini Allah Swt mengatakan : وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ “Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat” Maksudnya: “ada yang kaya, ada juga yang miskin, ada sehat dan ada yang sakit, ada yang cerdas dan ada yang bodoh dan lain sebagainya”. Hal ini tiada lain Allah Swt lakukan hanyalah untuk : لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ “untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”. Maksudnya ialah menguji orang kaya dengan kekayaannya dan menanyakan rasa syukurnya. Menguji orang fakir dan menanyakan kesabarannya. Mengeluh atau tidak dan lain-lain. (Shahih Tafsir Ibnu Katsir). Untuk menguji hamba-Nya agar terlihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur. Dan setiap ujian pasti akan berakhir dengan keberhasilan atau kegagalan”. Akan tetapi kadang kekayaan yang Allah berikan kepada seseorang hanya sebagai istidraj dari-Nya. Maksud istidraj ialah menarik seseorang ke dalam kebinasaan sedikit demi sedikit tanpa disadarinya. Apa sebabnya..? Hal ini disebabkan karena jika mereka diberi kenikmatan tidak bersyukur, dan jika berbuat dosa mereka lupa istighfar. Demikian juga sebaliknya kadang kefakiran yang Allah berikan merupakan siksanya (Shahih Tafsir Ibnu Katsir). Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Harta yang ada pada kita adalah titipan Allah dan harus dipergunakan sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Kalau Allah saja sebagai pemilik mutlak mau memberikan hartanya kepada seluruh makhluknya, mengapa kita enggan, tidak mau berbagi kepada orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita? Allah mengingatkan hamba-Nya yang bakhil atas hartanya itu. وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (180) ال عمران “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat”. الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (37) النساء “Orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan” Ayat ini menerangkan tentang celaan terhadap mereka yang berbuat kikir. Allah memerintahkan agar harta itu dinafkahkan sesuai perintah Allah, seperti berbakti kepada orang tua, berbuat baik pada kerabat, anak-anak yatim, fakir miskin, tetangga dekat dan jauh, ibnu sabil dan hamba sahaya dan lain sebagainya. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Kelak pada hari Kiamat harta yang kita punyai akan ditanya dua hal saja : 1. Dari mana harta kita diperoleh artinya bagaimana kita cara memperoleh harta yang kita miliki tersebut? 2. Kemana larinya harta itu artinya distribusi harta itu apakah sesuai dengan anjuran dan arahan Allah Swt. Sabda Rasulullah Saw dari Abu Barzah Al-Aslami : لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ (رواه الترمذي) "Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan." أقول قولي هذا أستغفر الله لي ولكم ولسائر المؤمنين فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم Khotbah Kedua الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على محمد صلى الله وعليه وسلم أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى أله وأصحابه أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد : أوصيكم وإياي نفسي بتقوى الله فقد فاز المؤمنون المتقون. Pada khotbah kedua ini marilah kita berdoa kepada Allah Swt, semoga kita menjadi hamba Allah yang selalu taat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, termasuk golongan muttaqin, yang berinfaq dan bersadaqah, yang beramal shalih tanpa pujian dan pamrih, karena tidak ada balasan untuk itu semua kecuali Surga-Nya Allah. Ya Allah Yang Maha Pemberi….., berilah kami rizki yang halal yang bermanfaat untuk hamba, keluarga dan kaum muslimin. Ya Allah Yang Maha Penyayang…., hindarilah kami dari rizki yang haram, dari riba, dari kecurangan dalam perdagangan dan usaha. Ya Allah Yang Maha Pemurah ….., berilah kami kekuatan untuk bisa berbuat baik, membantu dan memberi pertolongan kepada orang lain. ​ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (الحشر:10) رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ولوالدينا وارحمهما كما ربيانا صغارا. ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين. ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنة وقنا عذاب النار. سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين. Oleh : Munir, S.Ag Anda disini: BerandaKhutbahHarta Mutlak Milik Allah Swt

harta mutlak milik allah

Harta Mutlak Milik Allah Swt Detail Ditulis oleh Super User إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. يا أيها الناس أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون. قال تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) ال عمران . ​يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (70-71) الأحزاب وقال تعالى : وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6) هود أما بعد : إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Marilah kita selalu menghiasi kehidupan kita dengan hiasan pakaian takwa. Karena pakaian takwa adalah lebih baik. وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ (26) الأعراف “Dan pakaian takwa Itulah yang paling baik”. وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى (197) البقرة “Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa”. Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Segala apa yang ada di muka bumi ini, mutlak milik Allah Swt. Bahkan harta yang dimiliki manusia hakikatnya adalah milik Allah Swt. Allah Swt berfirman : وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (109) ال عمران “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan”. Walaupun harta itu mutlak milik Allah, Dia Maha Pemurah, Maha Pemberi rahmat, maka harta itu dilimpahkan kepada seluruh makhluk-Nya di dunia tanpa terkecuali. Allah Swt akan menjamin semua rizki semua makhluk-Nya, hatta binatang melata pun. Allah Swt berfirman : وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (60) العنكبوت “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6) هود “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)”. Dari dua ayat di atas jelas sekali bahwa Allah Swt menjamin rizki setiap makhluknya, apalagi manusia asal mau bekerja dan berusaha. Akan tetapi pertanyaannya : “Mengapa manusia ada yang kaya dan ada yang miskin, padahal Allah sudah memberi rizki dan menjaminnya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita lihat firman Allah berikut ini : اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (62) العنكبوت “Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Ayat ini menjelaskan bahwa Dia-lah (Allah Swt) yang Maha menganugerahkan rizki kepada hamba-hamba-Nya, menentukan ajal mereka, menetapkan perbedaan ajal para makhluk, menentukan perbedaan rizki mereka, hingga rizki yang mereka peroleh bervariasi, ada yang kaya, ada yang miskin. Allah Maha mengetahui siapa yang pantas diberi kekayaan dan siapa di antara mereka yang diberi kemiskinan (Shahih Tafsir Ibnu Katsir). Allah-lah yang melapangkan rizki manusia, sehingga dapat memperoleh ma

sifat rizkinya allah

PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AZZA WA JALLA AL-KARÎM PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AZZA WA JALLA AL-KARIM Oleh Ustadz Ali Musri Semjan Putra MAKNA AL-KARIM DARI TINJAUAN BAHASA Berikut ini beberapa penjelasan para ulama pakar bahasa Arab mengenai makna al-Karîm: Ibnu Fâris rahimahullah menyebut bahwa asal kata karom (bentuk noun kata al-Karîm) menunjukkan dua makna, salah satunya adalah kemuliaan[1]. Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata, “al-Karîm artinya pemaaf. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm yang memaafkan dosa para hamba-Nya yang beriman”[2]. Al-Azhari rahimahullah mengartikannya dengan: ” al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Maknanya, yaitu dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan”. al-Karîm adalah nama yang mencakup segala sifat yang terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm (Maha Mulia) amat terpuji segala perpuatan-Nya.[3] Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan: ” al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Yakni dzat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah lagi pemberi. Pemberian-Nya tidak pernah habis. Dia-lah Dzat Yang Maha Mulia secara mutlak. al-Karîm adalah nama mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Nama ini juga menghimpun segala hal yang terpuji. Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Mulia) artinya amat terpuji dalam segala perpuatan-Nya, Rabb yang memiliki ‘Arsy yang mulia lagi agung”[4]. PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AL-KARIM Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-Qur’ân, nama Allah Azza wa Jalla yang mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat an-Naml/27:40: فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ “Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman: يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ “Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah”. Pada ayat surat an-Naml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang perkataan Nabi Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan wujud istana ratu Balqis di hadapannya. Pemberian Allah Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syukurnya pada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu, ayat ini ditutup dengan dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani (Maha Kaya) dan al-Karîm (Maha Mulia). Kedua nama ini sangat erat dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja yang mau bersyukur, sikap tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena Allah Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan mengurangi kekayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang bersyukur akan mendapat balasan dari al-Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Allah Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini seperti termaktub dalam firman Allah: إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ “Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak memerlukanmu) dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran itu bagimu” [az-Zumar/39:7] Barangsiapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa mengingkari (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Kaya lagi Maha Mulia. Allah Azza wa Jalla memberi bukan karena membutuhkan makhluk tapi karena Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Pemurah). Adapun pada ayat surat al-Infithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada manusia, apa yang membuat mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Padahal, Allah Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan berbagai nikmat dan rahmat bagi mereka. Karena Allah bersifat Maha Pemurah terhadap seluruh manusia. Tidaklah pantas manusia berlaku demikian, karena Allah al-Karîm (pemurah) terhadap mereka. Al-Karîm adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan kebaikannya, baik ketika diminta maupun tidak. Nama al-Karîm menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat serta perbuatan-Nya: 1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k Maha Indah. 2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Allah k . Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya. 3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam perbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan berbagai hikmah yang luas. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Nama Allah al-Karîm mencakup makna kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta bermakna kelembutan dan memberi kebaikan” [5]. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Secara global, makna al-Karîm adalah dzat yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan gampang. Lawannya, orang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan “[6]. Diantara makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah kewajiban yang mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada makhluk adalah semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk. Kemudian, sebagai (cermin) sifat karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memaafkan sesuatu hak yang wajib diserahkan kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah. Karena nama Allah al-Karîm beriringan dengan nama Allah al-‘Afuww (Maha Pemberi Maaf), seperti tertuang dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut: عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha , ia berkata: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika seandainya aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau bersabda: “Ucapkanlah: Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai sifat pemaaf, maka ampunilah aku”. [HR. at-Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni] Disamping itu, jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa Jalla menghapus dosanya dan menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman: إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [al-Furqân/25:70] Begitu juga, sebagai cermin karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi, tanpa pernah terhenti pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman: أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” [Luqmân/31:20] Demikian pula sebagai bentuk karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat dari semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla berfirman: وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [al-‘Ankabût/29:60] Sebagai cermin sifat karom-Nya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai kebaikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman: مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ  “Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. [Adz-Dzâriyât/51:57-58] Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan permintaan mereka. Bahkan memberitakan mengenai pemberian lain diluar permintaan mereka tersebut. Sebaliknya, akan marah kepada orang yang tidak berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla berfirman: وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ “Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [Ghâfir/40:60] Jadi intinya, pengertian nama al-Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan[7]. ALLAH AZZA WA JALLA MENAMAKAN AL-QUR’AN DENGAN NAMA AL-KARIM Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa kitab suci al-Qur’ân kalamullah adalah kitab yang Karîm (mulia). Allah Azza wa Jalla berfirman: إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيمٌ “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia” [al-Wâqi’ah/56:77] Dijelaskan oleh para ulama, alasannya karena al-Qur’ân adalah kalâmullah (perkataan Allah Azza wa Jalla), mengandung kebaikan yang begitu banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk yang lurus, keterangan yang jelas, ilmu yang berguna dan hikmah yang banyak [8]. Segala kebaikan terjamin dengan menjalankan isi Al Quran tersebut. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, “Allah Azza wa Jalla menyebutkan sifat al-Qur’ân dengan sesuatu yang menunjukkan keindahan, limpahan kebaikan juga manfaat serta keagungannya. Karena al-Karîm adalah sesuatu yang sarat dengan kebaikan yang amat banyak lagi agung manfaatnya. Dan al-Qur`ân sendiri, ditinjau dari segala segi merupakan yang terbaik dan paling afdhal. Maka, Allah Azza wa Jalla mensifati diri-Nya dengan sifat al-Karam (kemuliaan) serta mensifati kalam dan ‘Arasy-Nya dengan sifat karam pula. Dan juga memberikan sifat tersebut sesuatu yang banyak kebaikannya dan indah bentuknya…” Al-Azhari rahimahullah berkata, “Al Qur’ân disebut al-Karîm karena kandungannya akan berbagai petunjuk, penjelasan, ilmu dan hikmah” [9]. Al Qur’ân yang mulia ini dibawa oleh malikat yang mulia pula yaitu Jibril Alaihissalam, sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ “Sesungguhnya Al Qur’ân itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)” [at-Takwîr/81:19]. Kemudian Al Qur’ân yang mulia tersebut disampaikan oleh malaikat yang mulia kepada rasul yang mulia pula, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Azza wa Jalla berfirman: إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ “Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia..” [al-Hâqqah/69:40] Berdasar ayat di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut sebagai utusan yang karîm (mulia) karena Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki akhlak yang mulia, membawa kitab yang mulia, mengajak manusia kepada segala hal yang mulia, baik dalam hal keyakinan maupun amalan. Demikian pula, ‘Arsy Allah Azza wa Jalla adalah makhluk yang mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman: فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ “Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Rabb (Yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.”. [al-Mukminûn/23:116] Karena ‘Arsy merupakan makhluk yang paling besar dan paling tinggi di atas seluruh makhluk. Segala kemuliaan yang terdapat pada makhluk adalah atas pemberian Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mulia. Hal tersebut menunjukkan akan kemulian makhluk tersebut di sisi Allah, melebihi makhluk-makhluk lainnya. Surga yang dipenuhi berbagai macam kenikmatan, segala nikmat yang terdapat di dalamnya melebihi segala apa yang ada di dunia. Yang disediakan bagi orang-orang yang memiliki sifat mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman: إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. [an-Nisâ/4:31] BEBERAPA PELAJARAN YANG DAPAT KITA AMBIL MELALUI NAMA ALLAH AZZA WA JALLA AL-KARIM Selanjutnya, berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari mengetahui dan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm. Perkara ini merupakan tujuan yang sesungguhnya bagi seorang muslim ketika memahami nama-nama Allah Azza wa Jalla tersebut. Agar nama al-Karîm benar-benar memberikan pengaruh positif bagi peningkatan iman dan perbaikan ibadah dan akhlak seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan sifat-sifat yang mulia dalam diri seorang muslim, diantaranya: 1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencintai orang yang bersifat mulia. Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat yang merupakan penjabaran dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla mencintai orang yang memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya”[10] . 2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara makna al-Karîm adalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang yang bersifat pemurah. Dan Allah Azza wa Jalla membenci orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfirman: هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ “Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini”. [Muhammad/47:38] 3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada Allah Azza wa Jalla . Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla memberi nikmat tanpa batas kepadanya meskipun tanpa diminta. 4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur’ânul Karîm. Karena, al-Qur’ân adalah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui perantara malaikat yang mulia kepada Rasul yang mulia. 5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya malaikat Jibril. Barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman : مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”. [al-Baqarah/2:98] 6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci salah seorang diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan kandungan ayat di atas. 7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf. 9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla Maha Pemurah terhadap hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla malu mengembalikan tangan hamba yang diangkat saat berdoa dalam keadaan kosong. Karena nama Allah al-Karîm bergandengan dengan nama Allah Azza wa Jalla al-Hayiyyu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut: إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ. “Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Allah malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya mengembalikannya dalam keadaan kosong lagi merugi”. [HR. Abu Dâwud dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albâni] Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita orang yang bersifat mulia lagi pemurah. Dan menjadikan kita orang yang mencintai segala hal yang mulia, baik berbentuk keyakinan, ucapan maupun tindakan dan perbuatan. Wallahu A’lam. [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016] ________ Footnotes. [1]. Mu’jam Maqâyîs Lughah (5/139) [2]. Ibid (5/139) [3]. Tahdzîbul Lughah(3/374) [4]. Lisânul ‘Arab (12/510) [5]. Bayân Talbîs Jahmiyah (1/196). [6]. At-Tibyân: 140. [7]. Shahîh al-Bukhâri (4/1713) [8]. Tafsir al-Baghawi (8/22) [9]. at-Tibyân hal. 140. [10]. al-Wâbil ash-Shayyib hal. 49. 6 Mei 2010 editor Bahasan : Asmaaul Husna Leave a Comment

hadist persaudaraan

(HADITS PERSAUDARAAN, TATA PERGAULAN DAN AJAKAN KEPADA KEBAIKAN) DISUSUN OLEH : . HERI AZHARI . JONO SURYATNA . KAMROLIN . MURSYID PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang harmonis, yang penuh dengan kedamaian, ketenangan dan ketentraman, saling menghormati, menghargai dan membantu antara satu dengan yang lainnya. Semuanya itu tidak akan pernah terwujud, kecuali jika setiap individu yang ada dalam satu masyarakat, menghendaki kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain seperti ia menghendakinya untuk dirinya sendiri. Karena itulah Islam mengaitkan persatuan dengan Iman, bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan. Persaudaraan di dalam islam memilki nilai yang sangat besar, bahkan tidak dikatakan seseorang beriman sehingga dia mencitai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. Oleh karena itu memperkokoh pilar-pilar persaudaraan merupakan salah satu tugas penting bagi kita, dan untuk memperkokoh pilar-pilar persaudaraan maka dibutuhkan individu-individu yang memiliki ahklaq yang mulia, hati yang bening bersih dan selamat, karena persaudaraan tidak akan pernah terwujud manakala setiap orang sudah tidak memiliki lagi kemuliaan akhlaq yang terwujud dari kebersihan hati. Seperti yang terjadi dengan kondisi sekarang ini dimana manusia berada dalam kegelapan, dimana setiap orang meraba-raba namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih sayang, tidak melihat sorot mata persahabatan yang tulus, dunia kita telah berubah menjadi hutan belantara, dimana bahasa global kita adalah kekuatan besi dan baja, bahasa bisnis kita adalah persaingan, bahasa politik kita adalah penipuan, bahasa sosial kita adalah pembunuhan, dan bahasa jiwa kita adalah kesepian dan keterasingan. Kita adalah masyarakat sipil yang berwatak militer, kita adalah masyarakat peradaban yang berbudaya primitif, kita adalah manusia-manusia sepi di tengah keramaian dan kita adalah manusia-manusia merana di tengah kemelimpahan. Pembunuhan, perzinahan, pemerkosaan, penyimpangan sexual, perkelahian antar warga, perkelahian antar pelajar, judi dan mabuk yang meraja lela dimana-mana, praktek riba yang dianggap biasa, korupsi dan kolusi yang membudaya, aborsi, penistaan agama, ghibah, aksi-aksi pornografi dan pornoaksi yang menyebar disetiap media dan lain sebaginya, itulah krisis moral yang sedang melanda kehidupan kita sekarang ini, yang merusak tatanan kehidupan manusia. Semuanya itu terjadi karena manusia-manusia zaman ini telah kehilangan cahaya kehidupan yang dapat membimbing mereka menuju keselamatan dan kebahagiaan. 1 Dunia ini gelap gulita. Dan hanya cahaya Alloh lah yang dapat meneranginya kembali. Maka Alloh berfirma : “...dan barang siapa yang tidak diberi cahaya oleh Alloh, maka tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun juga.” (QS : 24 : 40 ). “ maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” ( QS : 2 : 38 ). “ Thoohaa. Kami tidak menurunkan Al Qur’an kamu agar kamu menderita.”( QS : 20 : 1-2 ) Oleh karena itu agar tercipta kehidupan yang harmonis yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan maka marilah kita kembali kepada cahaya Alloh SWT yang tertuang di dalam Al Qur’an dan sunnah-sunnah Rosululloh Muhammad SAW. kita kembali menempuh jalan Alloh, ajaran Islam. Perbaiki akhlaq dan karakter kita dengan ajaran Islam. Kita rajut kembali tali persaudaraan diantara kita dengan pondasi keimanan, kita hiasi diri dan etika pergaulan kita dengan ajaran Islam, kita seru manusia kepada kebaikan-kebaikan, dan cegah mereka dari segala keburukan. Dan kita didik generasi-generasi penerus kita dengan ajaran Islam yang lurus dan benar. B. Rumusan masalah Dari paparan singkat latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : a. Memahami arti pentingnya persaudaraan b. Memahami dan mengamalkan etika pergaulan dalam Islam c. Memahami keutamaan menyeru kepada kebaikan dan mencegah keburukan d. Memahami korelasi persaudaraan dengan dunia pendidikan. 2 KATA PENGANTAR Segala puja dan puji hanyalah milik Allah swt. Kita ekspresikan rasa terima kasih (syukur) sedalam-dalamnya kepada Allah atas berbagai nikmat tak terhingga yang kita terima darinya. Terutama kita syukuri nikmat iman dan islam yang telah membuat hidup kita menjadi bermakna. Semoga Allah memelihara keimanan dan keislaman kita hingga kita meninggalkan dunia fana. Shalawat dan salam sejahtera semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga hari akhir. Dan semoga kita dinilai Allah menjadi bagian dari khilafah yang panjang penuh berkah tersebut. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang dicintai oleh Rasullah saw dan diletakkan pada majelis terdekat dengannya di hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad sebagai berikut: “ Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majelis terdekat denganku di hari kiamat?” Rasulullah saw kemudian mengulang lagi pertanyaan itu. Dan pada ulangan yang ketiga, para sahabat sepertinya terhenyak dan bertanya: “ Iya, Ya Rasullah!” Maka Rasulullah saw kemudian bersabda: “Orang yang paling baik akhlaknya.” Seorang pemikir islam di dunia barat bernama Asy-Syaikh Kamal Halbawy pernah mengutarakan hasil pengamatannya terhadap kondisi umat islam di penghujung abad 20 menjelang memasuki abad 21. Salah satu di antara tujuh fenomena yang di garis bawahi olehnya ialah Dhoyya al Hawiyyah al Humayyizah (hilangnya kepribadian istimewa) dikalangan kaum muslimin. Ia berpendapat bahwa di era globalisasi ini sebagian kaum muslimin tidak utuh dalam menampilkan kepribadian islam. Ada kelemahan di dalam upaya melengkapi keseluruhan wilayah akhlak. Misalnya dalam “wilayah kepribadian”. Bapak Dosen dan teman yang di rahmati Allah swt. Kami dari kelompok enam mendapatkan tiga materi tentang persaudaraan, tata pergaulan dan ajakan kepada kebaikan. Bagi kami ketiga materi ini kalau di bahas sangat berat, apalagi dikaitkan dengan dunia pendidikan saat ini. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa ketiga bahasan ini untuk saat ini jauh sekali dari persaudaraan, pergaulan bahkan mengajak kebaikan saja masih sangat jarang di lihat. Kami sangat berterima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dengan memberikan ketiga materi ini, dan juga kepada teman-teman di semester empat yang tetap semangat mengikuti perkuliahan hingga sekarang. Semoga kedekatan, persaudaraan kita akan tetap berlangsung sampai kita menyelesaikan perkuliahan di kampus peradaban ini. Amin ii BAB II PEMBAHASAN A. HADITS-HADITS TENTANG PERSUDARAAN MUSLIM 1. Hadits Persaudaraan Muslim عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ .[رواه مسلم] Terjemah hadits / ترجمة الحديث : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (Riwayat Muslim) Kosa kata / مفردات : تحاسدوا : (kalian) saling dengki تناجشوا : (kalian) saling menipu تباغضوا : (kalian) saling membenci (يبع (يبيع : Menjual تدابروا : (kalian) saling memutuskan hubungan (يحقر(ه : Menghina(nya) (يخذلـ(ـه : Merendahkan(nya) بحسب : Cukup (صدر(ه : Dada(nya) Kenapa hadis ini ditekankan ? Masalah penyakit hati yang sangat berbahaya Larangan untuk saling dengki. Dengki di sini bermaksud menginginkan agar nikmat atau kelebihan atau kebolehan atau keistimewaan yang ada pada orang lain di alihkan kepadanya atau terhapus. Larangan untuk berbuat keji dan menipu dalam urusan jual beli. Diharamkan untuk memutuskan hubungan terhadap muslim. Sebaliknya harus dijaga persaudaraan dan hak-haknya kerana Allah ta’ala. Islam bukan hanya aqidah dan ibadah saja, tetapi juga di dalamnya terdapat urusan akhlak dan muamalah. Hati merupakan sumber rasa takut kepada Allah ta’ala. Taqwa merupakan barometer keutamaan dan timbangan seseorang. Islam memerangi semua akhlak tercela kerana hal tersebut berpengaruh negatif dalam masyarakat Islam. Islam bukanlah sekadar lantunan kata-kata, tetapi ia mencakupi akhlak yang merupakan nilai-nilai luhur dalam bentuk perbuatan yang lahir daripada keimanan yakni orang yang bersih hatinya. Petanda hati yang kotor lahir daripada perbuatan dengki, khianat, menipu, pemarah, , menzalimi, berkata kotor yang akhirnya akan memutuskan hubungan silaturrahim. Memutuskan silaturrahim hukumnya haram dan termasuk sebagai maksiat yang besar (Surah 47: 22-23) dan dipercepatkan hukumannya di dunia, “Tidak ada dosa yang lebih layak dipercepat hukumannya di dunia, dan apa yang dipersiapkan Allah baginya di akhirat daripada tindakan kezaliman dan memutuskan hubungan silaturrahim” (HR Ibnu Majah dan Tirmizi) Dibenarkan cemburu dalam dua perkara “… seseorang yang Allah berikannya harta, lalu dia menginfaqkannya pada waktu malam dan waktu siang, dan seseorang yang Allah kurniakannya al-Quran, lalu dia bangun dengannya pada waktu malam dan waktu siang.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmizi dan Ibnu Majah) ataupun membenci kerana Allah atas kemaksiatan yang berlaku Pentingnya tarbiyah ruhiyah untuk memastikan para Da’i mampu untuk mengawal emosi. Emosi yang tidak terkawal hanya akan meletihkan, menyakitkan dan meresahkan diri sendiri. Dikala marah, kemarahannya meluap-luap, tubuhnya gementar, mudah memaki siapa saja, seluruh isihati akan ditumpah luahkan, nafasnya terpengap-pengap dan dia akan berbuat sekehendak hatinya. Rumah tangga pun runtuh kerana kegagalan suami-isteri mengawal emosi masing-masing (an-Nisa’: 19). Bangunan jamaah kaum muslimin akan runtuh bukan disebabkan oleh kekurangan material, tetapi atas kemiskinan akhlak ahlinya yang mengikut al-hawa (Surah 49: 10). Bahkan kedengkian itu merusakkan amalan peribadi, “Jauhilah olehmu sekalian sifat dengki, kerana dengki itu akan memakan segala kebaikan seperti api yang membakar kayu” dan mencukur agama “Akan menjalar kepada kamu penyakit umat-umat yang terdahulu; hasad dan benci membenci. Itu sebenarnya pencukur. Aku tidak menyatakan pencukur rambut, tetapi ia mencukur agama” Apa tindakan kita ketika ada sangkaan buruk tersebar? “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak tergelincir ke dalam sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa…” (al-Hujurat: 12) Al-Qardawi menerangkan maksud jangan kamu membenarkan sangkaan buruk itu adalah dengan tidak berubahnya sikap dan pandangan kamu terhadap orang yang disangka buruk itu. Jika itu tidak dikawal, bermakna kamu sudah membenarkannya. Imam Fakhruddin Ar-Razi menguraikan :“Sangkaan ini mestilah disokong oleh ijtihad (usaha bersungguh memastikan kebenarannya, dan penyelidikan yang dalam”(Tafsir Ar-Razi, 28/115) Takwa merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar tidak lepas control mengikuti keinginan dan hawa nafsunya. Dengan ketakwaan seseorang dapat menjaga dan mengontrol etika dan budi pekertinya dalam setiap saat kehidupannya karena ketakwaan pada hakikatnya adalah muroqabah dan berusaha keras mencapai keridhoan Allah serta takut dari adzabNya Jangan menyerang kesalahan peribadi secara terang-terangan melainkan menggunakan kaedah yang lebih hikmah. Apalagi dalam hubungan antara pimpinan dan para ahli, guru dan siswa, seringkali berlaku kegoncangan apabila guru tersilap langkah dalam teguran sehingga memburuk-burukkan siswa di hadapan yang lain. Setiap manusia itu ada kehormatan yang Allah berikan. Sedang berkhutbah : يخْطُبُ Menyendiri : يَخْلُوْ Muhrim, orang yang haram dinikahi : مَحْرَمٍ Mengadakan perjalanan : تُسَافِرُ Keluar mengerjakan haji : خَرَجَتْ حَا جَّةً Menulis, mendaftar : اكْتَتَبْتَ Perang : غَزْوَةٌ Pergi berangkat. : اِنْطَلِقَ 2. HADITS MEMELIHARA SILATURROHIIM عن النعما ن بن بشيررضى الله عنهماقال:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:ترى المؤمنين فىتراحمهم وتوادهم وتعاطفهم كمثل الجسد اذااشتكىعضوتداعىسائرجسده بالسهر والحمى.(اخرجه البخارى:78كتاب الأدب:27-باب رحمة الناس والبهائم) Terjemah hadits : “ An-Nu’man bin Basyir berkata, ‘ Nabi SAW bersabda,’Anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur.”(HR. Bukhori) سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ رِزْقُهُ أَوْيُنْسَأَلَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ أخرخه البخارى فى : 34 ـ كتاب البيوع 31 ـ باب من أحبّ البسط فى الرّزق Terjemah hadits : “Anas bin Malik r.a. berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjagkan umurnya, hendaklah menyambung hubungan famili (kerabat).( Dikeluarkan oleh Bukhori : kitab “jual beli”, bab : siapa yang menyukai dilapangkan rizqi ) 3. HADITS LARANGAN MEMUTUSKAN SILATURROHIIM Terjemah hadits : Dari Jubair bin Muth’im Radiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim”. (Muttafaqun ‘alaih). 4 Pelajaran yang terdapat dalam hadits-hadits di atas adalah / الفوائد من الحديث : Fiqh Dakwi dan Tarbawi : 5 Imam Hasan Al-Banna mengatakan, “Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan rohani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah ikatan yang paling kokoh dan paling mulia. Ukhuwah adalah saudara keimanan, sedangkan perpecahan adalah sumber kembar kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak ada persatuan tanpa cinta kasih, minimal cinta kasih dalam, kelapangan dada dan maksimalnya adalah itsar (mementingkan oran lain dari diri sendiri). 7 B. HADITS-HADITS TENTANG PERGAULAN Sebagian umat Islam, kita tentu mengetahui dengan baik bahwa Allah SWT telah menetapkan batas-batas dalam pergaulan. Yang mana dalam pergaulan terkadang manusia tidak lepas dari kesalahan, dosa, dan kekhilafan. Untuk itu perlu rujukannya dalam bertingkah laku. Rujukan tersebut diantaranya adalah hadits-hadits/sabda Rasulullah SAW, karena risalah pertama yang disampaikan kepada umat Islam adalah tentang akhlak. Hendaknya dalam kehidupan sehari-hari kita mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah disampaikan pada kita secara jelas. Agar dalam pergaulan sehari-hari, kita tidak melampaui batas yang telah ditetapkan, maka kita harus dapat memahami sabda-sabda Rasulullah tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa hanya pergaulan bebas dan semacamnya hampir-hampir tidak memiliki rem, kaum muda saat ini berbuat sekehendak hatinya. Begitu pula halnya kebiasaan nongkrong di jalan hampir-hampir jadi tradisi serta hubungan silaturrahmi pun jarang dilakukan. Untuk itulah, kita sebagai orang yang berilmu agar bisa mencari jalan keluar untuk berbagai macam permasalahan dan kemudian kita dapat memprakteknya dalam kehidupan sehari-hari. 1. Larangan Berduaan Tanpa Mahram (LM: 1671) وَعَنْهُ رَضِى اللهُ َعْنهُ قَالَ : سَمِعْتُ رسول اللهِ صلى الله عليه و سلم َيخْطُبُ يَقُوْلُ : لاَيَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِإِمْرَأَةٍ اِلاَّوَمَعَهَاذُوْمَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرُ الْمَرْأَةُ ِالاَّمَعَ ِذيْ مَحْرَمٍ. فَقَامَ رَجُلٌ. فقال:يارسول الله، ِإنَّ ِإمْرَأَتِى خَرَجَتْ حَا جَّةً وَ ِإنِّى ِاكْتَتَبْتُ فِى غَزْوَةٍ كَذَاوَكَذَا، فَقَالَ : اِنْطَلِقْ فَحَجِّ مَعَ إِ مْرَأَتِكَ. (متفق عليه) Terjemahan Hadits : "Ibnu Abbas berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW berkotbah, "Janganlah seorang laki-laki bersama dengan seorang perempuan, melainkan (hendaklah) besertanya (ada) mahramnya, dan janganlah bersafar (bepergian) seorang perempuan, melainkan dengan mahramnya. "Seorang berdiri dan berkata : Ya Rasulullah, istri saya keluar untuk haji, dan saya telah mendaftarkan diri pada peperangan anu dan anu." Maka beliau bersabda, "Pergilah dan berhajilah bersama istrimu." [1] (Mutatafaq’alaih) 8 2. Tinjauan Bahasa 3. Penjelasan Hadits Larangan tersebut, antara lain dimaksudkan sebagai batasan dalam pergaulan antara lawan jenis demi menghindari fitnah. Dalam kenyataannya, di negara-negara yang menganut pergaulan bebas, norma-norma hukum dan kesopanan merupakan salah satu pembeda antara manusia dengan binatang seakan-akan hilang. Hal ini karena kesenangan dan kebebasan dijadikan sebagai rujukan utama. Akibatnya, perzinahan sudah bukan hal yang aneh, tetapi sudah biasa terjadi, bahkan di tempat-tempat umum sekalipun. Kalau demikian adanya, apa bedanya antara manusia dengan binatang ? Oleh karena itu, larangan Islam, tidak semata-mata untuk membatasi pergaulan, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menyelamatkan peradaban manusia. Berduaan dengan lawan jenis merupakan salah satu langkah awal terhadap terjadinya fitnah. Dengan demikian, larangan perbuatan tersebut, sebenarnya sebagai langkah preventif agar tidak melanggar norma-norma hukum yang telah ditetapkan oleh agama dan yang telah disepakati masyarakat. Adapun larangan kedua, tentang wanita yang bepergian tanpa mahram, terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama. Ada yang menyatakan bahwa larangan tersebut sifatnya mutlak. Dengan demikian, perjalanan apa saja, baik yang dekat maupun yang jauh, harus disertai mahram. Ada yang berpendapat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan jauh yang memerlukan waktu minimal dua hari. Ada pula yang berpendapat bahwa larangan tersebut ditujukan bagi wanita yang masih muda-muda saja, sedangkan bagi wanita yang sudah tua diperbolehkan, dan masih banyak pendapat lainnya. Sebenarnya, kalau dikaji secara mendalam, larangan wanita mengadakan safar adalah sangat kondisional. Seandainya wanita tersebut dapat menjaga diri dan meyakini tidak akan terjadi apa-apa. Serta merasa bahwa ia akan merepotkan mahramnya setiap kali akan pergi. Maka perjalanannya dibolehkan. Misalnya pergi untuk kuliah, kantor dan lain-lain yang memang sudah biasa dilakukan setiap hari, apabila kalau kantor atau tempat kuliahnya dekat. Namun demikian, lebih baik ditemani oleh mahramnya, kalau tidak merepotkan dan menganggunya. Dengan demikian, yang menjadi standar adalah kemaslahatan dan keamanan. Begitu pula pergi haji, kalau diperkirakan akan aman, apalagi pada saat ini telah ada petugas pembimbing haji yang akan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kelancaran para jamaah haji, maka seorang wanita yang pergi haji tidak disertai mahramnya diperbolehkan kalau memang dia sudah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan ibadah haji. 9 2. HADITS SOPAN SANTUN DAN DUDUK DI JALAN 1. عَنْ أَبِى سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ الله ُعَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوْسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ فَقَالُوْا : مَالَنَابُدٌّ إِنَّمَاهِيَ مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيْهَا قَالَ : فَإِذَاأَبَيْتُمْ إِلاَّ الْمَجَالِسَ فَأَعْطُوْاالطَّرِيْقَ حَقَّهَا قَالُوْا : وَمَاحَقُّ الطَّرِيْقِ ؟ قَالَ : غَضُّ اْلبَصَرِوَكَفُّ اْلاَذَى وَرَدُّ السَّلاَم ِوَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ. (رواه البخاري ومسلم وأبوداود) Terjemahan Hadits : "Dari Abu Said Al-Khudry r.a. Rasulullah SAW. bersabda, Kami semua harus menghindari untuk duduk di atas jalan (pinggir jalan)-dalam riwayat lain, di jalan – mereka berkata, "Mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat duduk kami untuk mengobrol. Nabi bersabda, "Jika tidak mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu tempat untuk mengobrol, berilah hak jalan." Mereka bertanya, "Apakah hak jalan itu?" Nabi bersabda, "Menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, menjawab salam, memerintahkan kepada kebaikan dan larangan kemunkaran."[2] (H.R Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud) Pelajaran yang dapat di ambil dari hadits di atas adalah Rasulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik di tempat duduk yang khusus, seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain-lain. Sebenarnya larangan tersebut bukan berarti larangan pada tempat duduknya, yakni bahwa membuat tempat duduk di pinggir jalan itu haram. Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan berargumen bahwa hanya itulah tempat mereka mengobrol. Rasulullah SAW. pun membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan, yaitu berikut ini. a. Menjaga Pandangan Mata Menjaga pandangan merupakan suatu keharusan begi setiap muslim atau muslimat, sesuai dengan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur'an : Artinya : "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang duduk dipinggir jalan. Ini karena akan banyak sekali orang yang lewat, dari berbagai usia dan berbagai tipe. Maka bagi para lelaki janganlah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan muhrim dengan pandanagan syahwat. Begitu pula, tidak boleh memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat. Pandangan seperti tidak hanya akan melanggar aturan Islam. Tetapi akan menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan memarahan dari orang yang dipandangnya, apalagi begi mereka yang mudah tersinggung. Oleh karena itu, mereka yang sedang duduk dipinggir harus betul-betul menjaga pandangannya. b. Tidak Menyakiti Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki, dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya, dengan tangan misalnya melempar dengan batu-batu kecil atau benda apa saja yang akan menyebabkan orang lewat sakit dan tersinggung, tidak memercikkan air, dan lain-lain yang akan menyakiti orang yang lewat atau menyinggung perasaannya. c. Menjawab Salam Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkan- nya sunnat. Oleh karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk dijalan, hukum menjawabnya adalah wajib. Untuk lebih jelas tentang salam ini, akan dibahas di bawah. d. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran. Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yang berjalan dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut, dan lain-lain, diwajibkan menegurnya atau memberinya nasihat dengan cara yang bijak. Jika tidak mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam hati supaya orang tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya. 3. HADITS MENYEBARLYUASKAN SALAAM (BM: 1559/1469) عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلاَمٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَااَيُّهَا النَّاسُ، اَفْشُوْا السَّلاَمِ وَصِلُّوْا اْلأَرْحَامِ وَاَطْعِمُوْا الطَّعَامَ وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَ النَّاسُ نُيَّامٌ تَدْ خُلُوْ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ. Terjemahan Hadits : "Dari Abdullah bin Salam ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, "Hai Manusia, siarkanlah salam dan hubungan kekeluarga-keluarga dan berilah makan dan shalatl;ah pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk surga dengan sejahtera."[3] (Dikeluarkan oleh Turmudzi dan ia sahihkannya) Hadits Kedua: عَنْ عَيْدِ اللهِ بْنِ سَلاَمٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م: يَااَيُّهَاالنَّاسُ، اَفْشَوْا السَّلاَم،َ وَصِلُوْا اْلاَحَامَ وَاَطْعِمُوْ الطَّعَامَ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَّامٌ، تَذْخُلُوْ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ. Terjemahan hadits: “Dari Abdullah bin Salam, Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: hai manusia! Siarkanlah salam dan hubungilah keluarga-keluarga dan berikan makan dan sembahyanglah pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk surga dengan sederhana. Pelajaran yang dapat di ambil dari hadits di atas adalah Hadits diatas mengandung pelajaran, yaitu sebagai berikut : Menyiarkan (menyebarkan) Salam Salam merupakan salah satu identitas seorang muslim untuk saling mendoakan antar sesama muslim setiap kali bertemu. Mengucapkan salam menurut kesepakatan para ulama hukumnya sunat mu'akad. Ini dipahami dari ayat 81 surat An-Nisa : وَ إِذَاحُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْابِأَحْسَنَ مِنْهَاأَوْرُدُّوْهَاإِنَّ الله َكَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ حَسِيْبًا (النساء ) Artinya : "Apabila ada orang memberi hormat (salam) kepada kamu, balaslah hormat (salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas penghormatan itu (serupa dengan penghormatannya). Sesungguhnya Tuhan itu menghitung segala sesuatu". (Q.S An-Nisa : 81) Mengucapkan salam tidak hanya disunahkan ketika berjumpa dengan orang yang dikenal saja, tetapi juga bertemu dengan orang yang belum dikenal. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim : عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عُمَرَرَضِى الله ُأَنْهُ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ اْلإِ سْلاَمُ خَيْرٌ ؟ قَالَ : تُطْعِمُ َوتَقْرَءُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ. (رواه البخارى ومسلم) Artinya : "Abdullah Ibn Umar berkata, bahwa seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Islam seperti apakah yang paling baik ? Nabi Menjawab, "Memberi makan dan mengucapkan salam, baik kepada kamu kenal mapun kepada orang yang tidak kamu kenal. (H.R Bukhari da Muslim) 12 Dengan hadits lain juga diterangkan tentang siapa yang pertama kali harus mengucapkan salam, yaitu orang yang dalam kendaraan kepada yang berjalan kaki, orang yang berjalan kepada yang duduk, kelompok yang sedikit kepada kelompok yang besar. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits : عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ الله ُعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِى وَ الْمَاشِى عَلىَ اْلقَاعِدِ وَ اْلقَلِيْلُ عَلَى اْلكَثِيْرِ. متفق عليه وَفِى رِوَاَيةٍ لِلْبُخَارِىِّ : وَالصَّغِيْرُ عَلَى اْلكَبِيْرِ. Artinya : "Abu Hurairah r.a berkata : "Rasulullah SAW bersabda, orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk. Dan rombongan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak." (H.R Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat Bukhari : "Dan yang kecil memberi salam kepada yang besar." Salam juga disunahkan diucapkan dalam berbagai situasi, misalnya ketika hendk masuk Srumah orang lain. Sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an : Artinya : "Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (Q.S. An-Nur : 61) Begitu pula ketika meninggalkan suatu tempat atau rumah disunahkan pula mengucapkan salam. Rasulullah SAW bersabda: اِذَادَ خَلْتُمْ بَيْتًافَسَلِّمُوْا عَلَى أَهْلِهِ فَإِذَاخَرَجْتُمْ فَأَوْدَعُوْا أَهْلَهُ بِسَلاَمِ. (رواه البيهقى) Artinya: ”Apabila seorang diantara kamu masuk ke dalam suatu rumah, maka hendaklah iamengucap salam. Apabila ia lebih dahulu berdiri meninggalkan rumah itu, hendaklah ia mengucapkan atau memberi salam pula”. (HR. Al-Baihaqi) 13 3. HADITS-HADITS TENTANG AJAKAN KEPADA KEBAIKAN 1. HADITS TENTANG AJAKAN KEPADA YANG MA’RUF DAN MENJAUHI YANG MUNGKAR ﻋﻦ ﺣﺬﻴﻔﺔ ﺮﺻﻰ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻠﻧﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻮﺴﻠﻤ ﻘﺎﻝ : ﻮﺍﻠﺫﻱ ﻧﻔﺴﻰ ﺒﻴﺪﻩ ﻠﺘﺎﻤﺮﻥ ﺒﺎﻠﻤﻌﺮﻭﻑﻭﻠﺘﻧﻬﻭﻥ ﻋﻥ ﺍﻠﻤﻧﻜﺮ ﺍﻭ ﻠﻴﻭﺸﻜﻥ ﺍﷲ ﺍﻥ ﻴﺑﻌﺙ ﻋﻠﻴﻜﻤ ﻋﻘﺎﺑﺎ ﻤﻨﻪ ﺛﻤ ﺗﺪﻋﻭﻨﻪ ﻔﻼ ﻴﺴﺗﺟﺎﺏ ﻠﻜﻤ (ﺮﺍﻭﻩﺍﻠﺮﻤﺫﻯ) Terjemah Hadits: “Huzaifah berkata bahwa Nabi bersabdah, “Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, kamu harus menganjurkan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran,atau kalau tidak, pasti Allah akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa, maka tidak diterima doa dari kamu.” (H.R. Tirmidzi) وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا اِلَى هُدًي كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئا وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلَالَةَ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثلُ آثَامِ مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئا (روه مسلم Terjemah hadits : Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim) عَنْ اَبِيْ سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإيْمَانِ (روه المسلم( Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata saya telah mendengar Rasulullah saw berabda: Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka ubahlah kemungkaran tersebut dengan tangannya jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah selamahnya iman. (HR.muslim). Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tingkatan melarang dari kemungkaran, yaitu: 1. Mengingkari dengan tangan. 2. Mengingkari dengan lisan. 3. Mengingkari dengan hati. Dalam hadits lain nabi meriwayatkan perumpamaan orang-orang yang enggan menyuruh kepada amar makruf nahi mungkar. عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِ ص م قَالَ "مَثَلُ الْقَائِمِ فِي حُدُوْدِ اللهِ وَاْلوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ اَعْلاَهَا وَ بَعْضُهُمْ اَسْفَلَهَا، وَكَانَ الَّذِيْنَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوْا: لَوْاَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَاِنْ تَرَكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَاِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَ نَجَوْا جَمِيْعًا (روه البخاري( 15 Dari An-Nu’man Ibn Basyir ra, dari nabi saw beliau bersabda perumpamaan orang yang teguh menjalanankan hukum Allah dan orang-orang yang terjerumus di dalam adalah bagaikan satu kaum yang terbagi tempat dalam satu kapal sebagian mereka ada di bagian atas kapal dan sebagian lagi ada di bagian bawah. Sedang orang di bagian bawah jika memerlukan air mereka harus naik ke atas melewati orang-orang yang di atas. Maka mereka berkata “seandainya jika kita melobangi di bagian bawah, kita tidak lagi menunggu orang-orang yang di atas kita”. Maka jika mereka yang di atas membiarkan maksud mereka (yang dibawah) pasti mereka semua binasa. Tetapi jika mereka mencegah tangan mereka, tentu mereka selamat dan semuanya selamat. (HR.Bukhari). Allah juga berfirman dalam surat Al-A’raf : 165 فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذَكِّرُوْا بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْءِ وَأَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابِ بَئِيْسِ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingati kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orng-orang yang zhalim siksaan yang keras, di sebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al-A’raf : 165) 2. HADITS TENTANG KEUTAMAAN MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال : مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم) Terjemah hadits :Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menyeru kepada hidayah (jalan petunjuk dan kebaikan), maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti (atau mengerjakan)nya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikuti (mengerjakan)nya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”. (HR. Muslim no. 6750). 16 حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيْرُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيْدِ عَنِ اْلأَعْمَشِ عَنْ مُوْسَى بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِيْدَ وَأَبِي الضُّحَى عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هِلاَلٍ اَلْعَبْسِيِّ عَنْ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: جَاءَ نَاسٌ مِنَ اْلأَعْرَابِ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمُ الصُّوْفُ فَرَأَى سُوءَ حَالِهِمْ قَدْ أَصَابَتْهُمْ حَاجَةٌ فَحَثَّ النَّاسَ عَلَى الصَّدَقَةِ فَأَبْطَئُوْا عَنْهُ حَتَّى رُئِيَ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ قَالَ ثُمَّ إِنَّ رَجُلاً مِنَ اْلأَنْصَارِ جَاءَ بِصُرَّةٍ مِنْ وَرِقٍ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ ثُمَّ تَتَابَعُوْا حَتَّى عُرِفَ السُّرُوْرُ فِي وَجْهِهِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ Trjemah hadits :Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir bin ‘Abdul Hamid dari Al A’masy dari Musa bin ‘Abdullah bin Yazid dan Abu AdhDhuhadari ’Abdurrahman bin Hilal Al ‘Absi dari Jarir bin ‘Abdullah dia berkata: Pada suatu ketika, beberapa orang Arab badui datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengenakan pakaian dari bulu domba (wol). Lalu Rasulullah memperhatikan kondisi mereka yang menyedihkan. Selain itu, mereka pun sangat membutuhkan pertolongan. Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan para sahabat untuk memberikan sedekahnya kepada mereka. Tetapi sayangnya, para sahabat sangat lamban untuk melaksanakan anjuran Rasulullah itu, hingga kekecewaan terlihat pada wajah beliau. Jarir berkata: Tak lama kemudian seorang sahabat dari kaum Anshar datang memberikan bantuan sesuatu yang dibungkus dengan daun dan kemudian diikuti oleh beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu, datanglah beberapa orang sahabat yang turut serta menyumbangkan sedekahnya (untuk diserahkan kepada orang-orang Arab badui tersebut) hingga tampaklah keceriaan pada wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam 17 Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barang siapa memberikan suri tauladan yang buruk dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikitpun. Pelajaran yang dapat diambil dari hadits-hadits di atas adalah : 1. Alloh SWT memerintahkan kita untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan. 2. Da’wah adalah salah satu kebaikan yang wajib kifayah dilaksanakan. 3. Alloh memberikan keutamaan yang besar kepada orang-orang yang melakukan. amar ma’ruf nahi mungkar. 4. Alloh memerintahkan kita untuk menjauhi dan mencegah kemungkaran. 5. Ancaman bagi orang-orang yang tidak mau melakukan amarma’ruf nahi mungkar adalah azab yang pedih. 6. Alloh memerintahkan kita untuk melakukan kebaikan dan mencegah keburukan. Tidak seperti anggapan sekelompok orang yang hanya terfokus kepada mengajak kebaikan saja dan tidak mencegah kemungkaran, mereka beranggapan keburukan akan hilang kalau semua orang berbuat kebaikan. 7. Mencegah kemungkaran ada tiga tingkatan yaitu : dengan lisan, dengan tangan, dan dengan hati. 8. Keutamaan yang besar Alloh berikan kepada orang-orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. 18 BAB III KORELASI HADITS DENGAN DUNIA PENDIDIKAN Islam adalah agama yang sempurna yang ajarannya mencangkup seluruh dimensi kehidupan, bahkan tidak hanya dimensi kehidupan dunia saja tetapi juga dimensi kehidupan akhirat. Pendidikan dalam Islam merupakan suatu proses pembentukan pribadi manusia agar menjadi manusia yang sempurna yaitu manusia yang memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Manusia yang memiliki keimanan yang kuat, cerdas dan juga akhlaq yang mulia. Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata education yang dapat diartikan (pengembangan), teaching (pengajaran), pedagogy (pembinaan kepribadian), instruction (perintah), breeding (memberi makna), raising (menumbuhkan). Dalam bahasa Arab kata pendidikan merupakan terjemahan dari kata al-tarbiyah yang dapat diartikan proses menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seseorang, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual. Selain itu kata tarbiyah juga dapat berarti menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, memperbaiki, menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh, memiliki, mengatur dan menjaga kelangsungan maupun eksistensi seseorang. Kata tarbiyah sebagaimana tersebut di atas juga mencakup pengertian al-taklim (pengajaran tentang ilmu pengetahuan), al-ta’dib (pendidikan budi pekerti), al-tahdzib (pendidikan budi pekerti), al-mauidzoh (nasihat tentang kebaikan), al-riyadho (latihan mental spiritual), al-tazkiyah (pendidikan kebersihan diri), al-talqin (bimbingan dan arahan), al-tadiris (pengajaran), al-tafaqquh (memberikan pengertian dan pemahaman), al-tabyin (penjelasan), al-tazkiroh (memberikan peringatan), dan al-irsyad (memberikan bimbingan).4 Jadi korelasi antara hadits-hadits yang telah dibahas di atas dengan dunia pendidikan bila ditinjau dari makna pendidikan baik secara bahasa ataupun istilah adalah mengajarkan tentang mental spiritual, nasehat kebaikan, memberikan peringatan dan bimbingan, menjaga kebersihan diri, dan pembinaan kepribadian agar memiliki budi pekerti yang mulia. [4] BAB IV KESIMPULAN 1. Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, yang mengajarkan kepada kita nilai-nilai yang luhur, agar terciptanya kehidupan yang harmonis yang penuh dengan kasih sayang. 2. Pilar-pilar kehidupan yang harmonis dan penuh kasih sayang adalah terciptanya individu-individu yang memiliki kebeningan dan kebersihan hati, yang selalu menghiasi dirinya dengan segala kebaikan dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan serta menghiasi pergaulannya dengan akhlaq yang mulia. 3. Islam adalah agama yang mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga tali persaudaraan, bersatu padu dan hidup teratur, mencintai kebaikan dan berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan, menghormati hak-hak orang lain dan menciptakan masyarakat yang bersih dan berwibawa. 4. Sebaik-baik pendidikan adalah pendidikan Islam yang bersumber dari cahaya Alloh SWT, yang tertuang di dalam Al Qur’an dan Sunnah-sunnah Nabinya yang mulia Muhammad SAW. 20 DAFTAR PUSTAKA ▪ Imam Az-Zabidi, Ringkasan hadits shohih Bukhori, Pustaka Amani. ▪ DR. Musthofa Dieb Al-Bugha Muhyidin Mistu, Al-Wafi, Al-I’tisom. ▪ Hasan Albanna, Majmu’atrur Rosail, Al-Itisom. ▪ Anis Mata, membentuk karakter Muslim, Shout Al-Haq Press. ▪ Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A. Sejarah Pendidikan Islam, Kencana Pernada Media Group. ▪ Rahmat Syafei, Alhadits (aqidah, akhlaq, sosial dan hukum), Pustaka Setia Jakarta. ▪ Kahar Mansyur, Bulughul Maram, Rineka Cipta Jakarta. [1] Rachmat Syafe'I, Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Jakarta: PT. Pustaka Setia, 2003, h.217 [2] Rachmat Syafe'I, Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Jakarta: PT. Pustaka Setia 10 [3] Kahar Munsyur, Bulughul Maram, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. 3, hal.225 11 [4] Prof.DR. H. Abuddin Nata, MA./Sejarah pendidikan Islam. 19 TeratakHijau11 di 11.25 Berbagi

Jumat, 27 Mei 2016

rukn solat

Nasehat Menjelang Musim Ketaatan (Bulan Ramadhan) Syaikh Muhammad bin Muhammad Mukhtar As-Syinqity hafidzahullah pernah ditanya: “Wahai Syaikh.. Dengan amalan apa anda menasehati saya dalam rangka menyongsong datangnya musim ketaatan…? Syaikh menjawab: "Sebaik-baik amalan yang dapat dilakukan dalam rangka menyongsong datangnya musim ketaatan adalah memperbanyak istighfar. Sebab dosa akan menghalangi seseorang dari taufiq Allah (untuk melaksanakan ketaatan).” Tidaklah hati seorang hamba selalu beristighfar melainkan ia akan disucikan. ** Bila ia lemah, maka akan dikuatkan ** Bila ia sakit, maka akan disembuhkan ** Bila ia diuji, maka ujian itu akan diangkat darinya. ** Bila ia kalut, maka akan diberi petunjuk ** Dan bila ia galau, maka akan diberi ketenangan. Istighfar merupakan benteng pengaman yang tersisa untuk kita (dari adzab Allah) sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Katsir rahimahullah, berkata: “Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan ini, yaitu memperbanyak istighfar, maka Allah akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya” Maka apa lagi yang kau tunggu …? ( Perbanyaklah istighfar … ) Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Bila engkau ingin berdo'a, sementara waktu begitu sempit, padahal di dalam dadamu dipenuhi oleh begitu banyak hajat (kebutuhan), maka jadikan seluruh isi do'amu berupa permohonan maaf kepada Allah. Karena bila Dia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi oleh-Nya tanpa engkau memintanya.” Yaa Allah … Sesungguhnya engkau Maha pemaaf, mencintai kemaafan, maka ampunilah Aku (*) NB: *Lafadz do'a di atas adalah ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧَّﻚَ ﻋَﻔُﻮٌّ ﺗُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻓَﺎﻋْﻒُ ﻋَﻨِّﻰ “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu 'anni”